Bab 3. Menantu Rasa Pembantu

Kosim segera menimba air dengan agak malas mengingat dia harus mengisi baik air dengan penuh, sementara ember yang digunakan berukuran sedang tetapi terasa berat ketika harus diangkat saat menimba.

Apa boleh buat karena memang begitu keadaannya yang membuat dirinya merasa serbasalah. Dikerjakan berat tak dikerjakan berat juga.

Namun akhirnya Kosim menimba air, sudah dua ember dia isikan ke dalam bak. Lumayan sudah seperdelapan ukuran bak.

Kalau dikerjakan terus dengan tekun pastilah bakal terisi penuh dan pastilah mertua perempuannya akan senang meski jangan berharap Kosim mendapatkan ucapan terima kasih.

Bagi Kosim, ucapan terima kasih dari sang mertua wanita adalah barang langka kalau tak boleh dikatakan mustahil terucap.

Sikap seperti itu tak ubahnya Kosim dijadikan kacung alias pembantu, alih-alih menjadi pangeran karena mendapat istri cantik dan anak orang kaya.

Ketika serius menimba untuk ember berikutnya dan air sudah terisi sekitar seperempat bak, tiba-tiba Kosim mendengar orang berjalan ke arahnya. Ketika ditoleh ternyata Amih Iah.

"Coba lihat sudah penuh belum kamu mengisi bak Kosim?" ujar Amih Iah sembari masuk kamar mandi dan melihat bak yang baru berisi seperempatnya.

"Kamu ngapain saja sih di sini?" tanya Amih Iah.

"Ya lagi nimba air Mih. Kan tadi Amih menyuruh aku menimba air bukan joged," timpal Kosim sekenanya.

"Kalau kamu benar menimba air mestinya sudah penuh ini bak. Nyatanya baru seperempatnya. Itu artinya kamu kerja enggak beres!" koar Amih Iah.

"Sudah sana dulu aku mau mandi, kamu sekarang sapuin sampah di dapur dan di halaman belakang, terus buang ke tempat yang biasa," kata Amih Iah sudah memerintah pekerjaan yang baru padahal pekerjaan menimba air pun belum beres.

"Oh, jadi mengisi bak oleh Amih ya. Kalau begitu aku keluar mau menyapu dan buang sampah."

"Apa kau bilang?" tanya Amih Iah sembari berkacak pinggang dengan mata melotot ke arah Kosim.

"Iya Amih yang akan menimba air karena aku disuruh membuang sampah kan?" ujar Kosim.

"Setelah kamu menyapu dan membuang sampah, kamu kembali ke sini melanjutkan menimba air karena air yang ini akan aku pakai mandi. Paham?"

Kosim tak menjawab. Ia ngeloyor pergi dari kamar mandi, lalu mengambil sapu untuk menyapu di sekitaran dapur.

"Biar oleh aku Kang. Udah beres menimba airnya?" tiba-tiba Yani, sang istri menghampiri.

"Baru seperempat bak Nyi, itu pun kini sedang digunakan Amih mandi, Akang disuruh nyapu dapur dan halaman dapur," keluh Kosim.

"Iya biar nyapu dapur ini oleh aku, Akang di bagian luar saja biar cepat," tutur Yani.

Kosim pun membersihkan bagian halaman dapur. Setelah terkumpul lalu dimasukkan ke dalam wadah sampah lalu diangkut ke TPS (tempat pembuangan sampah) sementara di dekat kebun.

Setelah membuang sampah Kosim kembali melanjutkan mengisi bak air. Begitu melihat bak, Kosim geleng-geleng kepala karena isi dalam bak itu benar-benar sudah kering, tak ada air sedikit pun.

Lagi-lagi Kosim hanya bisa mengurut dada. Dia merasakan benar-benar dijadikan pembantu bukan menantu. Padahal sebelumnya di sini ada pembantu pria yang biasa disuruh-suruh baik oleh Pak Haji maupun Amih dan keluarga lainnya. Namun setelah ada Kosim si pembantu pria bernama Mang Koyod itu malah diberhentikan oleh Amih dan tugas-tugas sebelumnya dilimpahkan kepada Kosim.

Kosim pun segera meraih tali timba. Lalu meluncurkan ember ke dalam sumur dengan bebas hingga kemudian terdengar dentuman keras di dalam sumur sebagai pelampiasan kekesalan Kosim.

"Yang bener kamu nimba air, jangan main lepas begitu, Kosim!" tiba-tiba terdengar Amih Iah berkoar marah.

Kosim tak menyahut. Syukur saja ulahnya barusan terdengar, semoga saja dia mengerti bahwa apa yang terjadi barusan merupakan protes dirinya agar tidak dijadikan pembantu terus-menerus.

Kosim sudah berhasil mengisi air bak hingga seperempatnya. Cukup untuk mandi seorang, bahkan kalau ingat mengambil air dari sumur itu berat orang yang menggunakannya pastilah akan berhemat air kecuali mau menimba sendiri itu bukan masalah.

Ketika Kosim akan melanjutkan menimba air karena disuruh mengisi bak hingga penuh, tiba-tiba Deni, kakak iparnya, muncul. Deni sedang berada di rumah karena libur kuliah katanya.

"Sim, sori euy gue ikut dulu ke kamar mandi," kata Deni.

"Mau ngapain Kak?"

"Sebentar buang air," timpal Deni.

"Tapi tolong nimba dulu airnya itu sudah aku timba untuk memenuhi air bak disuruh Amih," wanti-wanti Kosim kepada kakak iparnya.

"Wa kamu perhitungan amat sih sama kakak ipar? Cuma air doang!" protes Deni enteng.

Kosim pun tak menimpali, lalu keluar kamar mandi dan memilih duduk di kursi yang ada di samping pintu kamar mandi.

"Lho, kenapa kamu duduk di situ bukankah disuruh menimba air hingga penuh?" tiba-tiba muncul Amih Iah.

"Deni lagi di air Mih," ucap Kosim pendek.

"O ya awas ya jangan sampai tak penuh. Sebentar lagi Bapak pulang pasti butuh air untuk mandi," kata Amih Iah sambil ngeloyor pergi ke tengah rumah.

Kosim masih menunggu Deni keluar kamar mandi, namun ditunggu-tunggu masih anteng. Katanya mau buang air? Mungkin buang air besar, pikir Kosim.

"Kok lama banget Kak?" akhirnya Kosim bertanya pula mengingat Deni sudah begitu lama di dalam WC.

"Bentar gue sembelit," timpal Deni.

Benar aja tuh anak itu sedang buang hajat. Namun Kosim tak enak hati karena mendengar gelontoran air sepertinya keran air bak dibiarkan menggelontor tak ditutup.

"Kosim berdiri, penasaran dengan apa yang terjadi di dalam WC. Namun dia tak bisa melihat karena pintu tertutup rapat.

"Tolong Kak itu keran airnya jangan dibiarkan terbuka terus nanti airnya habis!" kata Kosim dengan suara nyaring.

"Iya, iya maaf aku lupa menutupnya." kata Deni.

"Apaaaaa?" Kosim setengah berteriak.

"Sudah ditutup Sim. Tenang aja," kata Deni enteng.

Lalu pintu kamar mandi terbuka, tanpa mengucapkan terima kasih karena sudah diambilkan air dari sumur, Deni ngeloyor entah ke mana.

Kosim berdiri mematung dengan dada sesak melihat air di bak kembali sudah kering. Entah lupa entah sengaja tadi Deni membiarkan keran air bak tidak ditutup hingga airnya terbuang percuma.

Seketika Deni ingin menangis, tak ibu tak anak sama-sama tak berperasaan menghabiskan air bak sekarep dewek. Mau enaknya, biar orang lain enek.

Meski begitu Deni lagi-lagi menahan diri untuk tidak meluapkan emosi dengan tetap sabar dan segera saja meraih kembali tali timba untuk mengambil air dalam sumur.

Kalau saja dia tukang sulap, ingin sekali bisa menyulap air itu bisa terbang sendiri dari dalam sumur lalu masuk bak hingga penuh.

Namun tentu saja itu mustahil bisa terwujud. Namanya juga sulap, sekadar manipulasi pandangan penonton yang dibuat trik oleh pesulap.

Menyadari menyulap air takkan terwujud, maka Kosim pun mengikuti dunia nyata saja dengan mengulangi menimba air sumur yang akhirnya penuh juga.

Setelah penuh ia memutar kuat-kuat keran air bahkan lubang pipa saluran air di dalam bak dia tutup rapat agar airnya tidak keluar semena-mena.

Tiba-tiba muncul Yani membawa piring. Di atasnya terlihat pisang goreng.

"Mau dimakan di mana Kang?" tanya Yani dengan wajah sayu.

"Di sini aja Yan," timpal Kosim.

Yani pun lantas menyimpan pisang goreng itu di meja kecil terbuat dari kayu di samping kursi kayu yang tengah diduduki suaminya.

Yani kembali ke ruang tengah dapur terlihat oleh Kosim istrinya tengah membuat kopi. Dan benar saja Yani sedang membuat kopi. Namun tiba-tiba muncul Amih Iah.

"Kopi untuk siapa itu Yan?" tanya Amih Iah.

"Untuk Kang Kosim, Mih" timpal Yani terdengar juga oleh Kosim.

"Halah.......menimba air segitu aja meski dimanja dengan air kopi. Biar ia suruh bikin sendiri, nanti kalau terus begitu bisa ngelunjak," kata Amih Iah.

Kosim tak habis pikir mengapa Amih Iah bicara sampai segitunya. Bukankah kewajiban istri melayani suami? Dan tak semestinya pekerjaan Kosim menimba air disepelekan.

Toh tadi juga yang menggunakan airnya dia sendiri. Kosim mau cuci muka sekalipun tak mau mengganggunya takut air baknya berkurang meski hanya sedikit.

"Buru cepet kamu mandi, sebentar lagi ada tamu. Awas ya kamu harus menuruti apa yang ibu katakan," kata Amih Iah bicaranya seperti dikeraskan agar terdengar oleh Kosim.

"Tamu siapa sih Bu?" tanya Yani.

"Den Johar!"

Deg!

Kosim terkejut mendengar nama itu disebut mertua perempuannya.

(Bersambung)

Terpopuler

Comments

Hadimulya Mulya

Hadimulya Mulya

ini critanya lelaki gk tanggung jwb,gk beri nafkah istri,z bener klo gk punya harga diri,

2024-02-25

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Sedang Makan Dimarahi
2 Bab 2. Pertikahan "Bencana"
3 Bab 3. Menantu Rasa Pembantu
4 Bab 4. Mengintip dari Langit-langit Rumah
5 Bab 5. Dihina Si Tikus Besar
6 Bab 6. Tiga Tamparan Mendarat di Wajah Yani
7 Bab 7. Mengajak Pindah
8 Bab 8. Terpaksa Berbohong
9 Bab 9. Mabuk Berat
10 Bab 10. Kabur Lewat Dapur
11 Bab 11. Ditendang hingga Terjengkang
12 Bab 12. Malam Pertama yang Tertunda
13 Bab 13. Kompak Mandi Besar
14 Bab 14. Bersilat Lidah
15 Bab 15. Dicurigai
16 Bab 16. Menanti Doping Deritan Ranjang
17 Bab 17. Hasrat yang Hilang
18 Bab 18. Demi Kemanusiaan
19 Bab 19. Senjata Andalan Bi Icih
20 Bab 20. "Keluar Kau!!!!"
21 Bab 21. Dihina Habis-habisan
22 Bab 22. Kenangan Masa Kecil
23 Bab 23. Para-para Rumah pun Dinaiki
24 Bab 24. Masuk Rumah Tak Melepas Sandal
25 Bab 25. Melawan
26 Bab 26. Godaan Sang Pengojek
27 Bab 27. Tak Terpengaruh
28 Bab 28. Minta Diajari Bela Diri
29 Bab 29. Diketahui Mata-mata
30 Bab 30. Disambut Tangisan Histeris
31 Bab 31. Tiada Maaf Bagimu
32 Bab 32. Doa Dapat Momongan
33 Bab 33. Jojo Sedih Oyot Nekat
34 Bab 34. Asisten Kompor
35 Bab 35. Bisikan Jahat
36 Bab 36. Bangga Anak 'Ngegeng'
37 Bab 37. Misi Balas Dendam
38 Bab 38. Dibawa ke Dangau Sunyi
39 Bab 39. Tak Melawan
40 Bab 40. Masih Hidup
41 Bab 41. Oyot yang Selamat dan Rencana Johar Berbuat Jahat
42 Bab 42. Dihadang Sepulang Sekolah
43 Bab 43. Dihajar Dongkrak
44 Bab 44. Pemuda Idaman
45 Bab 45. Ingin Pergi Jauh
46 Bab 46. Cinta Buta
47 Bab 47. Jadi Permen Saja
48 Bab 48. Mundur dari Preman Maju Jadi Orang Beriman
49 Bab 49. Kerja Sama
50 Bab 50. Diperas
51 Bab 51. Dirayu
52 Bab 52. Diborgol
53 Bab 53. Kaget, Oyot Disel juga
54 Bab 54. Terkejut
55 Bab 55. Hamil
56 Bab 56. Menangis
57 Bab 57. Bagi-bagi Duit
58 Bab 58. "Gampang, tinggal menjerit"
59 Bab 59. Iblis Kurang Asem!
60 Bab 60. Keceplosan Bicara
61 Bab 61. Nungging
62 Bab 62. "Juhri, Cabut!"
63 Bab 63. Rumah dan Motor Baru
64 Bab 64. Minta Bantuan Dukun
65 Bab 65. Pulang
66 Bab 66. Mendadak Kangen
67 Bab 67. Tak Mau Dijemput
68 Bab 68. Dibuntuti
69 Bab 69. Tumbang
70 Bab 70. Berembuk
71 Bab 71. Didatangi Suami
72 Bab 72. "Jangan Bawa Anakku!"
73 Bab 73. Interogasi ala Pak Haji
74 Bab 74. "Ampun Pak Haji, Ampun"
75 Bab 75. Di Ujung Sujud Tahajud
76 Bab 76. Menemukan Sandal
77 Bab 77. Bermula dari Patah Hati
78 Bab 78. Godaan Sang Istri
79 Bab 79. Srikandi Pantang Menangis
80 Bab 80. Minta Perlindungan Dukun
81 Bab 81. Bisikan Gaib
82 Bab 82. "Toloooong...!"
83 Bab 83. Yani Sembuh Kosim Masih Misterius
84 Bab 84. Menangisi Baju Sang Suami
85 Bab 85. "Ya Allah Semoga Suamiku Selamat...."
86 Bab 86. Memilih Temani Sang Ayah
87 Bab 87. Terlacak
88 Bab 88. Bergerak Menuju Persembunyian
89 Bab 89. Sepuluh Tahun Kemudian
90 Bab 90. Tak Ingin Mengkhianati Cinta
91 Bab 91. Melihat Istri dengan Pria Lain
92 Bab 92. Antara Kabar Bahagia dan Kabar Duka
93 Bab 93. Ikatan Batin
94 Bab 94. "Papa Kejam!"
95 Bab 95. Jeritan Histeris
96 Bab 96. Terpaksa Dikerangkeng
97 Bab 97. "Sudah Dapat Calon Istrinya?"
98 Bab 98. "Panggil Saja Mama"
99 Bab 99. Bulan Madu Lagi
100 Bab 100 (Tamat) - Amih pun Minta Maaf
Episodes

Updated 100 Episodes

1
Bab 1. Sedang Makan Dimarahi
2
Bab 2. Pertikahan "Bencana"
3
Bab 3. Menantu Rasa Pembantu
4
Bab 4. Mengintip dari Langit-langit Rumah
5
Bab 5. Dihina Si Tikus Besar
6
Bab 6. Tiga Tamparan Mendarat di Wajah Yani
7
Bab 7. Mengajak Pindah
8
Bab 8. Terpaksa Berbohong
9
Bab 9. Mabuk Berat
10
Bab 10. Kabur Lewat Dapur
11
Bab 11. Ditendang hingga Terjengkang
12
Bab 12. Malam Pertama yang Tertunda
13
Bab 13. Kompak Mandi Besar
14
Bab 14. Bersilat Lidah
15
Bab 15. Dicurigai
16
Bab 16. Menanti Doping Deritan Ranjang
17
Bab 17. Hasrat yang Hilang
18
Bab 18. Demi Kemanusiaan
19
Bab 19. Senjata Andalan Bi Icih
20
Bab 20. "Keluar Kau!!!!"
21
Bab 21. Dihina Habis-habisan
22
Bab 22. Kenangan Masa Kecil
23
Bab 23. Para-para Rumah pun Dinaiki
24
Bab 24. Masuk Rumah Tak Melepas Sandal
25
Bab 25. Melawan
26
Bab 26. Godaan Sang Pengojek
27
Bab 27. Tak Terpengaruh
28
Bab 28. Minta Diajari Bela Diri
29
Bab 29. Diketahui Mata-mata
30
Bab 30. Disambut Tangisan Histeris
31
Bab 31. Tiada Maaf Bagimu
32
Bab 32. Doa Dapat Momongan
33
Bab 33. Jojo Sedih Oyot Nekat
34
Bab 34. Asisten Kompor
35
Bab 35. Bisikan Jahat
36
Bab 36. Bangga Anak 'Ngegeng'
37
Bab 37. Misi Balas Dendam
38
Bab 38. Dibawa ke Dangau Sunyi
39
Bab 39. Tak Melawan
40
Bab 40. Masih Hidup
41
Bab 41. Oyot yang Selamat dan Rencana Johar Berbuat Jahat
42
Bab 42. Dihadang Sepulang Sekolah
43
Bab 43. Dihajar Dongkrak
44
Bab 44. Pemuda Idaman
45
Bab 45. Ingin Pergi Jauh
46
Bab 46. Cinta Buta
47
Bab 47. Jadi Permen Saja
48
Bab 48. Mundur dari Preman Maju Jadi Orang Beriman
49
Bab 49. Kerja Sama
50
Bab 50. Diperas
51
Bab 51. Dirayu
52
Bab 52. Diborgol
53
Bab 53. Kaget, Oyot Disel juga
54
Bab 54. Terkejut
55
Bab 55. Hamil
56
Bab 56. Menangis
57
Bab 57. Bagi-bagi Duit
58
Bab 58. "Gampang, tinggal menjerit"
59
Bab 59. Iblis Kurang Asem!
60
Bab 60. Keceplosan Bicara
61
Bab 61. Nungging
62
Bab 62. "Juhri, Cabut!"
63
Bab 63. Rumah dan Motor Baru
64
Bab 64. Minta Bantuan Dukun
65
Bab 65. Pulang
66
Bab 66. Mendadak Kangen
67
Bab 67. Tak Mau Dijemput
68
Bab 68. Dibuntuti
69
Bab 69. Tumbang
70
Bab 70. Berembuk
71
Bab 71. Didatangi Suami
72
Bab 72. "Jangan Bawa Anakku!"
73
Bab 73. Interogasi ala Pak Haji
74
Bab 74. "Ampun Pak Haji, Ampun"
75
Bab 75. Di Ujung Sujud Tahajud
76
Bab 76. Menemukan Sandal
77
Bab 77. Bermula dari Patah Hati
78
Bab 78. Godaan Sang Istri
79
Bab 79. Srikandi Pantang Menangis
80
Bab 80. Minta Perlindungan Dukun
81
Bab 81. Bisikan Gaib
82
Bab 82. "Toloooong...!"
83
Bab 83. Yani Sembuh Kosim Masih Misterius
84
Bab 84. Menangisi Baju Sang Suami
85
Bab 85. "Ya Allah Semoga Suamiku Selamat...."
86
Bab 86. Memilih Temani Sang Ayah
87
Bab 87. Terlacak
88
Bab 88. Bergerak Menuju Persembunyian
89
Bab 89. Sepuluh Tahun Kemudian
90
Bab 90. Tak Ingin Mengkhianati Cinta
91
Bab 91. Melihat Istri dengan Pria Lain
92
Bab 92. Antara Kabar Bahagia dan Kabar Duka
93
Bab 93. Ikatan Batin
94
Bab 94. "Papa Kejam!"
95
Bab 95. Jeritan Histeris
96
Bab 96. Terpaksa Dikerangkeng
97
Bab 97. "Sudah Dapat Calon Istrinya?"
98
Bab 98. "Panggil Saja Mama"
99
Bab 99. Bulan Madu Lagi
100
Bab 100 (Tamat) - Amih pun Minta Maaf

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!