Bab 4 : Ganti rugi

Malam yang indah, langit di temani bintang dan bulan yang bersinar terang, qaisya berjalan sambil melihat ke arah langit yang sangat indah. Seperti malam biasanya ia akan bekerja di sebuah cafe dekat taman kota, ia berjalan kaki karena cafe itu tak jauh dari rumahnya.

Tak terasa ia pun sampai di cafe tersebut, ia bekerja dari jam 7 hingga pukul 11 malam, awalnya nenek tidak mengizinkan Qaisya bekerja malam, tapi Qaisya terus meyakinkan nenek agar ia di beri kesempatan untuk bekerja malam, lagian pula banyak teman-teman tetangganya yang bekerja di sana, namanya celine dia teman dekat Qaisya sedari kecil, rumahnya juga tidak jauh dari rumah qaisya tapi hari ini ia tak bekerja di karenakan sakit, jadi Qaisya terpaksa berangkat kerja sendirian.

"Ini menunya pak." Ucap Qaisya memberikan buku menu pada seorang pria yang baru saja masuk ke dalam cafe. Pria itu yang sedang melihat ke ponsel seketika langsung menatap ke arah Qaisya.

Deg. . .

Jantung Qaisya berdetak lebih cepat dari sebelumnya, entah kenapa ia begitu kaget saat melihat wajah pria itu dengan jelas.

Tampan sekali, batin Qaisya.

"Terima kasih mbak." Ucapnya sambil tersenyum.

"I. . . iya," qaisya gugup, ia pun langsung pergi dari sana. Qaisya mengelus dadanya, ia benar-benar terpesona melihat pria itu.

"Lo kenapa?" tanya Bagas heran melihat raut wajah Qaisya yang begitu tegang.

"Ah. . . tidak apa-apa." Ucap Qaisya tersenyum tipis.

"Mba. . . " panggil pria tadi.

"Lo di panggil tu." Ucap Bagas lagi. Qaisya pun langsung menoleh ke arah pria tadi, dengan langkah yang gemetar ia pun mendekati pria tadi.

"Saya pesan ini saja." Ucap pria itu menatap Qaisya. Tatapan yang membuat Qaisya meleleh, ia benar-benar tak bisa fokus saat melihat pria itu.

"Iya baik nek." Ucap Qaisya menatap pria itu tampa mengedipkan matanya.

"Nek? saya nenek? saya pria loh." Pria itu mengerutkan keningnya heran.

"Eh . . . Astaghfirullah maaf mas." Ucap Qaisya yang langsung mengambil kertas pesanan pria tersebut. Pria itu masih menatap gadis itu, ia merasa ada yang

lain dari gadis itu.

"Hahahaha lo kenapa? kenapa manggil dia nek?" Bagas tertawa renyah saat Qaisya sudah berada di hadapannya. Ternyata percakapan Qaisya dan pria itu terdengar sampai ke telinga Bagas.

"Ih kamu apa-apa an sih, aku keceplosan, aku kira aku lagi berbicara sama nenek." Ucap Qaisya sangat malu. Bagas semakin tertawa renyah mendengar perkataan Qaisya.

"Ih kamu jangan ketawa aja, lihat tu makin banyak orang datang, cepat layanin." Ucap Qaisya yang masih merasa malu.

"Iya nek." Ucap Bagas tertawa.

Tak lama kemudian pesanan pria itu pun sudah siap, ia menatap pria itu dari kejauhan, qaisya masih merasa malu dengan pria itu, tapi bagaimana pun ia harus mengantarkan pesanan itu, karena Bagas juga sibuk melayani pengunjung yang lain.

Qaisya menghela nafasnya, ia menelan saliva dengan susah. Ia pun mulai memberanikan diri untuk mengantarkan pesanan itu. Pria itu tengah fokus pada laptopnya, qaisya pun dengan hati-hati ingin meletakkan pesanan pria itu.

Saat Qaisya datang pria itu pun tiba-tiba melihat ke arah Qaisya, tatapan maut bagi Qaisya. Tiba-tiba tangan Qaisya pun terasa sangat keram dan gemetaran.

Qaisya tersenyum kaku ke arah pria itu, ia berusaha untuk tidak gugup sama sekali.

"Hmmmm . . . cantik." Ucap pria itu yang kembali fokus pada laptopnya. Sontak Qaisya kaget dan gemetaran saat mendengar perkataan pria tersebut, tanpa sengaja ia menumpahkan nampan yang berisi minuman dan makanan yang di pesan oleh pria itu.

Bruk. . .

Pria itu pun langsung kaget, minuman itu terkena baju dan laptopnya, bahkan ponsel yang ia letakkan dekat laptop pun jatuh ke bawah hingga retak.

"Astaghfirullah." Refleks Qaisya langsung mengambil ponsel yang jatuh, jantungnya berdegup lebih kencang, ia tak sengaja menjatuhkan makanan itu.

"Apa kamu tidak punya mata hah!!" pria itu bangkit dari duduknya. Sontak semua pengunjung yang ada di sana langsung melihat ke arah sumber suara.

"Bisa-bisanya kamu menjatuhkan ponselku!!" pria itu langsung merebut paksa ponsel yang di pegang oleh Qaisya tadi.

"Maaf pak maaf saya tak sengaja." Qaisya menunduk, ia tak berani menatap ke arah pria itu.

"Lihat laptop saya basah, baju saya juga, ponsel saya rusak. Apa kamu kira ini barang murahan hah!!" pria itu semakin marah. Orang yang ada di sana tak berani membantu Qaisya, mereka hanya terdiam mendengar pria itu marah.

Si pemilik cafe pun langsung berlari kecil ke arah Qaisya dan pria itu, ia ingin menyelesaikan permasalahan itu.

"Maaf sebelumnya pak menganggu kenyamanan anda, kami minta maaf atas kerja pelayan kami yang mungkin tidak konsisten. Kami akan segera mengganti ponsel dan laptop bapak." Ucap si pemilik cafe.

"Saya hanya mau kalian mengganti ponsel saya saja, dan ini alamat saya." Ucap pria itu memberikan alamatnya, ia pun langsung pergi dari tempat itu dengan perasaan yang kesal.

Si pemilik cafe langsung menarik tangan Qaisya untuk pergi dari sana, ia membawa Qaisya ke ruang belakang.

"Kamu sudah bekerja lima bulan dengan saya, bagaimana bisa kamu se ceroboh itu hah!!" pemilik cafe itu marah.

"Ma. . . maaf pak saya gak sengaja." Ucap Qaisya menangis, ia hanya menunduk tak berani menatap ke arah bapak itu.

"Saya gak mau tau kamu harus ganti rugi ponsel orang itu tadi, kau tau? ponsel itu sangat mahal!!" Ucapnya lagi.

"Baik pak saya akan menggantinya." Ucap Qaisya yang masih menangis. Si pemilik cafe pun langsung menyerahkan kartu nama milik pria tadi.

"Ini kamu ke sini nanti untuk membayarnya." Ucap bapak itu. Qaisya pun mengangguk. Si pemilik cafe itu meninggalkan Qaisya di sana, Bagas yang sedari tadi menguping langsung menghampiri Qaisya.

"Kamu gak papa? ada yang terluka?" Bagas tampak khawatir.

"Aku tidak papa, tapi harus ganti rugi, bagaimana ini." Qaisya menangis.

"Memang ponselnya apa tadi?" tanya Bagas.

"iPhone 14." Tangis Qaisya semakin kuat.

"Hah? kok bisa kamu jatuhin." Bagas sangat kaget.

"Hiks. . . hiks. . . gak sengaja loh." Ucap Qaisya yang tak bisa berhenti menangis.

"Ya sudah gini saja, kamu tunggu di sini ya aku layani dulu orang-orang itu. Nanti kita cari solusinya." Ucap Bagas. Qaisya pun hanya mengangguk pasrah.

Bagaimana cara Qaisya mengganti ponsel itu? sedangkan gajinya saja tak sanggup untuk membayar ponsel itu, apalagi kalau nenek tau pasti nenek akan memarahinya.

Qaisya langsung mengambil ponselnya, ia ingin menghubungi Celine sahabat baiknya, ia pun langsung curhat kejadian barusan.

Terima kasih udah mampir di novel author semoga ceritanya menarik perhatian teman teman ya 🤗

Jangan lupa untuk like vote dan komen ya biar author nya tambah semangat ni wkwkkwkw 🥴

_Happy Reading_

Episodes
Episodes

Updated 46 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!