Bab 3 : Undangan pernikahan

Sembari menyirami bunga di depan rumah, senja pun telah tiba, qaisya melihat ke arah senja dengan senyuman yang tulus, ia sangat suka melihat keindahan langit di sore hari.

Senja terjadi karena molekul dan partikel kecil di atmosfer mengubah arah sinar cahaya matahari, sehingga menyebabkannya berhamburan atau berpendar di udara. Pemendaran memengaruhi warna cahaya yang datang dari langit, tetapi detailnya ditentukan oleh panjang gelombang cahaya dan ukuran partikel.

______________________

Heningnya malam begitu candu, berbisik pada alam bercerita berjuta kisah yang telah di lewati. Hidup itu adalah perjalanan. Kehidupan itu merangkai kisah yang tak pernah putus. Ada senang dan bahagia, ada air mata dan nestapa, ada siang dan malam, ada terik dan hujan. Hidup itu seperti menulis bait puisi yang tak pernah selesai.

Alva menatap kosong ke arah langit yang di penuhi bintang-bintang, entah kenapa hatinya masih tidak terima jika Rinja akan menikah dengan orang lain, rasanya Alva tak sanggup melewati hari-hari tanpa Rinja. Apakah itu yang di namakan cinta itu buta dan tuli? walaupun Rinja tak mau menikah dengan Alva, tapi Alva masih tetap mencintai wanita cantik itu.

"Kenapa dia tidak mau bersama ku? apa yang kurang dariku? bahkan harta ku sangat banyak, kenapa malah dia tidak mau dengan ku." Ucap Alva yang bertanya pada bintang yang banyak, seakan-akan bintang itu sedang mendengarkan curhatan Alva malam ini.

"Tidurlah, masih banyak wanita yang baik di luar sana." Ucap Arjana yang tiba-tiba muncul di belakang Alva. Alva yang tadinya duduk santai kini ia langsung berdiri di hadapan ayahnya.

"Iya ayah." Ucapnya menurut.

__________________

Pagi ini Alva lebih cepat sampai ke kantor, ia berangkat lebih pagi agar tidak terjebak di kemacetan. Kemacetan ibu kota yang membuat orang yang bekerja pagi sangat kesulitan, tak jarang mereka banyak yang telat sampai ke tempat kerja.

Tok . . . tok . . . tok . .

"Masuk." Ucap Alva yang fokus pada ponselnya.

"Hai Alva, apa kabar?" suara seorang wanita terdengar ke telinga Alva. Alva pun langsung melihat ke arah sumber suara, betapa terkejutnya Alva saat melihat Rinja berada di hadapannya saat ini. Wanita yang sangat ia cintai dan sayangi kini berada di hadapannya.

"Rinja? apa aku mimpi? ini kamu kan?" ucap Alva yang langsung berdiri.

"Iya ini aku, emangnya kenapa?" tanya Rinja sedikit heran.

"Sini silahkan duduk." Ucap Alva langsung mengajak Rinja duduk di sofa yang ada di ruangan itu. Alva tampak senang dan bahagia saat Rinja mendatanginya ke kantor.

"Maaf menganggu waktu mu, aku di sini tidak lama. Ini undangan pernikahan ku. Kamu datang ya." Ucap Rinja yang langsung memberikan undangan pernikahannya kepada Alva.

Deg. . .

Jantung Alva berdetak lebih kencang dari sebelumnya. Apa-apaan ini? Alva sangat shok ketika Rinja mengeluarkan surat undangan dari dalam tas ranselnya.

"Hello kenapa diam?" tanya Rinja heran.

"Ka. . . ka. . . u akan me-nikah?" tanya Alva tak percaya.

"Iya aku akan menikah, mungkin kita bukan jodoh." Ucap Rinja sambil tersenyum.

"Bagaimana bisa baru dua hari kita putus kau langsung memberikan undangan pernikahan padaku? kenapa kau selalu menyakiti hatiku? apa yang salah dari ku Rinja?" ucap Alva dengan mata yang berkaca-kaca.

"Kau terlalu polos untuk ku Alva!" ucap Rinja.

"Polos apanya? hanya karena aku menolak berhubungan badan dengan mu, kau langsung mengatakan aku polos? aku tidak mau menikmati mu sebelum menikah mu Rinja." Ucap Alva serius, ia tak sanggup lagi menahan air matanya, Alva pun menangis di hadapan Rinja.

"Kau terlalu baik, dan tidak paham apa yang aku mau, jadi ya sudah lebih baik kita tidak usah bersama kan." Ucap Rinja yang tak merasa bersalah sama sekali.

"Tidak, kau tidak boleh menikah dengan orang selain aku, kau tau? aku sangat mencintaimu mu. Jadi, ku mohon jangan tinggalkan aku." Ucap Alva sambil menangis.

Alva duduk di hadapan Rinja untuk memohon agar tidak meninggalkan dirinya, ia tak sanggup jika harus melihat Rinja di nikahi oleh pria lain.

"Ku mohon Rinja hiks. . . hiks. . . " Alva menangis.

"Untuk apa kau menangis, bukan kah kau lelaki yang kaya raya masih banyak di luar sana wanita yang cantik dan juga polos sama seperti mu, jadi menikah lah dengan mereka." Ucap Rinja benar-benar tak menyukai Alva sama sekali.

"Memang banyak wanita di luar sana, tapi hati ku hanya terpikat padamu Rinja, aku sangat mencintaimu. Semua akan ku lakukan demi diri mu Rinja." Ucap Alva tulus. Rinja langsung bangkit dari duduknya, ia muak mendengar Alva berbicara.

"Sudah ku katakan kita bukan jodoh. Aku harap kau datang ke acara pernikahan ku." Ucap Rinja yang langsung pergi dari sana.

"Rinja." Panggil Alva yang tak bergerak dari duduknya.

"Rinja ku mohon jangan tinggalkan aku." Ucapnya sambil menangis.

Satu jam berlalu, Alva masih menangis di dalam ruangannya. Ia menghancurkan apa yang ada di dalam ruangan itu, ia sangat hancur saat ini.

Tok. . . tok. . . tok . . .

Alva masih tetap menangis, ia tak tau siapa yang sedang mengetuk pintu ruangannya.

Klek. . . .

"Astaghfirullah!" Aldo kaget saat melihat ruangan Alva yang berantakan.

"Kamu kenapa? kenapa ruangan ini seperti kapal pecah? apa kamu baru saja kemalingan?" Aldo sangat panik dan langsung mendekati Alva yang sedang menangis di pojokan ruangan itu.

"Aldo . . . hiks. . . hiks . . . Rinja akan menikah." Ucap Alva yang langsung memberitahu Aldo.

"Buset dah, jadi kamu nangis gara-gara Rinja mau menikah hah? terus kamu berantakin ini semua karena sakit hati hah? dasar lo cowok tolol." Ucap Aldo yang merasa Alva benar-benar bodoh.

"Aku sangat mencintainya Aldo." Ucap Alva bersuara lagi.

"Sini dulu," ucap Aldo membantu Alva agar duduk di sofa bersamanya.

"Sudah berapa tahun kamu menangis di sini?" tanya Aldo saat mereka sudah duduk di sofa.

"Baru juga se jam." Ucap Alva jujur.

"Alva . . . Alva . . . ngoblok benar dah. Kalau dia gak cinta sama kamu ya sudah cari yang lain saja. Masih banyak cewek di luar sana yang mau sama kamu." Ucap Aldo. Alva hanya diam, ia berusaha menghapus air matanya saat ini. Seorang Alva yang terkenal sangat dingin malah kini menangis hanya karena seorang wanita yang sudah pasti bukan jodohnya, bukan kah itu hal yang bodoh?

"Sudah lah jangan menangis lagi." Ucap Aldo.

"Memang sangat mudah untuk mengatakan jangan menangis dan lupakan dia, kau tak merasakan jadi diriku, aku yang cinta dia bukan kau, jadi ya mungkin sangat mudah dirimu berbicara lupakan dia." Ucap Alva yang berusaha tegar di hadapan Aldo.

"Iya aku tau itu, aku tak suka kau menangisi dia lagi itu saja." Ucap Aldo paham akan keadaan Alva saat ini.

Terima kasih udah mampir di novel author semoga ceritanya menarik perhatian teman teman ya 🤗

Jangan lupa untuk like vote dan komen ya biar author nya tambah semangat ni wkwkkwkw 🥴

_Happy Reading_

Episodes
Episodes

Updated 46 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!