Matahari mulai naik untuk menerangi setiap sudut bumi, kemacetan pagi ini membuat Alva bosan berlama-lama di dalam mobil. Akhirnya ia pun sampai di kantornya.
Alva berjalan menuju ruangannya, moodnya sangat buruk hari ini, perkataan Rinja yang kemarin masih terngiang di pikirannya, entah sampai kapan Rinja selalu menghantui pikiran Alva? entahlah Alva sangat bingung.
"Apa benar kau tidak jadi menikah dengan Rinja?" tanya Aldo saat mereka berada di ruangan Alva.
"Tau dari mana kamu?" tanya Alva heran.
"Dari pak Arjana," ucapnya jujur.
"Hmmm. . . begitulah," ucap Alva yang sebenarnya muak dengan pertanyaan Aldo barusan. Aldo adalah manager yang di perintahkan Arjana untuk menemani Alva di dalam bisnisnya, yang pasti Aldo siap siaga selalu berada di sisi Alva. Umur Aldo dan Alva tidak terlalu jauh, jadi mereka berbicara biasa seperti teman sendiri.
Alva seorang pengusaha yang terkenal dengan kepribadian yang baik, tapi ia sangat cuek dan dingin, banyak wanita yang terpikat padanya, tak jarang ia menemui wanita yang suka menggodanya. Bahkan banyak juga orang tua wanita yang datang ke rumah hanya untuk menjodohkan Alva dengan wanita-wanita itu, jelas Alva menolak karena di hatinya hanya ada Rinja seorang. Tapi kini Rinja malah meninggalkan dirinya tanpa alasan yang begitu jelas, hati Alva begitu sakit, ia tak pernah menyangka akan ditinggalkan oleh pujaan hatinya.
____________________
"Kenak kamu ha. . . ha . . . ha. . ." tawa renyah seorang gadis membuat suasana di bawah pohon itu semakin ramai, mereka sedang menggambar di sana.
Gadis itu sangat suka menjahili teman-temannya yang sedang belajar menggambar dengannya.
Siang yang begitu panas membuat mereka beristirahat di bawah pohon yang rindang, ia sedang mengajari anak-anak jalanan menggambar dengan bagus. Anak jalanan yang hidup di bawah jembatan.
Anak yang terlantar dan sangat malang itu selalu berjualan setiap harinya, mereka berjualan bersama di sana, tapi ada juga yang berjualan setelah pulang sekolah, ada beberapa antara mereka yang masih bersekolah.
"Lihat bagus kan gambar yang ku buat," ucap Qaisya menunjukkan hasil karya kepada para anak kecil yang ada di sana. Qaisya berumur 17 tahun, dia satu-satunya paling tua di sana, anak yang lain masih di bawah umur Qaisya.
Qaisya sering mengajarkan banyak hal kepada anak-anak yang ada di jalanan, karena hanya Qaisya yang paling tua di sana dan hanya dia yang bersekolah di sana.
"Kak bagaimana cara membuat bunga yang cantik?" ucap Imna ingin belajar menggambar bersama Qaisya.
"Sini kakak ajarkan," ucap Qaisya senang hati, ia mengajari Imna menggambar bunga yang cantik, Imna masih berumur 10 tahun, ia tidak sekolah di karenakan keluarganya yang tidak mampu untuk membayar uang sekolah.
Qaisya seorang gadis yang cantik yang sangat di sukai anak jalanan, ia sangat baik terhadap semua orang yang ada di sekitarnya, anak jalanan di sana sangat bersyukur bisa berteman dengan Qaisya, setidaknya mereka banyak mendapatkan ilmu dari Qaisya walaupun mereka tak bersekolah.
Qaisya anak yang tak pernah di anggap, dia anak yang tak di inginkan oleh kedua orang tuanya. Sejak kecil Qaisya di buang oleh kedua orang tuanya di jalanan, seorang nenek jalanan pun memungut dirinya. Nenek itu melihat saat sepasang kekasih yang masih muda meletakkan Qaisya di tempat sampah, nenek itu ingin memarahi sepasang kekasih itu, tapi mereka tak mendengarkan nenek itu, mereka pun pergi tak bertanggung jawab.
Nenek itu melihat ke arah bayi yang ada di tong sampah itu, bayi itu tidak menangis sama sekali, malah bayi itu tertawa ke arah nenek itu. Nenek itu pun menangis, ia membawa bayi itu pulang bersamanya. Nenek yang hidup sebatang kara akhirnya memutuskan untuk membesarkan Qaisya sendirian di rumahnya.
Awalnya nenek itu ingin melaporkan kepada polisi atas penemuan bayi, tapi setelah melihat Qaisya yang tidak rewel membuat nenek itu ingin membesarkan Qaisya.
Pukul 3 siang anak jalanan itu pamit kepada Qaisya, mereka ingin berjualan kembali di jalanan, anak itu sebagian besar menjual koran dan tisu. Qaisya tinggal sendirian di bawah pohon itu. Hampir setiap pulang sekolah Qaisya selalu singgah di bawah pohon itu, ia selalu bermain dengan anak jalanan yang ada di sana. Menit berikutnya Qaisya pun memilih pulang ke rumah.
Rumah yang sangat sederhana, memiliki taman yang begitu luas, taman itu di penuhi oleh bunga-bunga yang cantik, tak lupa dengan beberapa sayuran yang ada di sana. Nenek sangat suka memakan sayur begitu pun dengan Qaisya.
"Assalamualaikum nek." Ucap Qaisya masuk ke dalam rumah.
"Waalaikumsalam, ya Allah Qaisya!! berapa kali sudah nenek bilang, kalau mau main itu di ganti dulu bajunya." Ucap nenek marah, kebiasaan Qaisya yang membuat membuat nenek selalu marah setiap Qaisya pulang ke rumah.
"Hehehehe iya nenek ku sayang." Ucap Qaisya yang langsung mencium punggung tangan nenek itu.
"Kalau begini terus Qaisya gak boleh lagi bermain ke sana ya!!" nenek mengancamnya, nenek tau di mana Qaisya di setiap pulang sekolah.
"Nek, jangan gitu dong. Oke-oke Qaisya bakalan ganti baju dulu kalo mau main." Ucap Qaisya menatap nenek yang sedang marah padanya.
"Dari kamu kecil selalu berbicara seperti itu, sampai sudah berumur 17 tahun masih saja seperti itu." Ucap nenek gak percaya lagi dengan perkataan Qaisya.
"Hihihihi nek." Qaisya langsung memeluk nenek, ia tau bagaimana cara meluluhkan hati nenek yang sedang marah, nenek tak bisa marah jika Qaisya selalu memeluknya. Entah kenapa pelukan Qaisya begitu nyaman dan berarti baginya.
"Qaisya ganti baju dulu ya, babay." Ucap Qaisya yang langsung meninggalkan nenek yang hanya diam membisu di sana.
__________
Qaisya menghirup udara yang begitu segar sore itu, ia memandangi tumbuhan yang ada di depan rumahnya, ia baru selesai mandi.
"Qaisya kamu siram bunga ya, nenek mau ke pasar sebentar." Ucap nenek.
"Siap nek." Qaisya tersenyum. Ia pun langsung mengambil ember yang berisi air, ini adalah rutinitas Qaisya di setiap sorenya, ia selalu membantu nenek untuk menyirami bunga-bunga yang indah itu.
Nenek bekerja sebagai penjual nasi pagi, setiap pagi nenek selalu berjualan dekat pasar, yang jelas Qaisya tak bisa membantu pekerjaan nenek di pagi hari, tapi jika di malam hari Qaisya bekerja sebagai pelayan cafe di dekat taman kota, ia bekerja hanya empat jam saja, yang jelas Qaisya sangat bersyukur, walaupun gajinya sedikit setidaknya ia bisa meringankan beban nenek sedikit. Qaisya juga merupakan siswi yang sangat berprestasi di sekolahnya, dengan prestasi yang banyak membuat nenek sangat bangga padanya.
Terima kasih udah mampir di novel author semoga ceritanya menarik perhatian teman teman ya 🤗
Jangan lupa untuk like vote dan komen ya biar author nya tambah semangat ni wkwkkwkw 🥴
_Happy Reading_
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
o2m860270
lanjut kk
2023-08-15
0