Sebelumnya, pukul 6 pagi Di Rumah Sakit Bogor.
*****
Ibu Lastri dan Pak Burhan merasa bahagia saat mendengar perkataan yang disampaikan oleh perawat yang berjaga di ruang ICU, pagi ini putra mereka Angga sudah sadar dari koma nya.
Mereka berdua yang baru tiba di depan ruangan ICU pun merasa sangat bersyukur. Dengan cepat mereka berdua masuk ke dalam ruangan guna melihat keadaan putra mereka.
Setibanya di dalam, ternyata sudah ada Dokter dan para asistennya yang sedang memeriksa keadaan Angga.
Lalu pak Burhan dan ibu Lastri, menghentikan langkah kaki mereka tepat di belakang para suster yang tengah bertugas. Sedangkan Angga. Dia sudah mulai membuka matanya secara perlahan, karena matanya terasa berat.
Tapi ketika mata itu terbuka sempurna, betapa terkejutnya Angga, saat merasakan bahwa kedua matanya tidak dapat melihat cahaya apapun. Semua penglihatannya tampak gelap dan hitam. Tentu saja hal itu membuat Angga berteriak histeris.
"Bu! Ibu di mana bu! Kenapa semua jadi hitam? Angga gak bisa melihat cahaya apapun. Apakah saat ini sedang mati lampu?" tanya Angga meraba raba ranjang yang dia tiduri.
"Tenanglah Angga! Saat ini kau harus bersikap tenang. Karena kau baru saja sadar dari koma mu. Biarkan saya memeriksa keadaanmu dahulu." kata sang Dokter yang mencoba menenangkan Angga.
"Iya nak. Ibu dan bapakmu ada di sini. Kami akan selalu berada disampingmu. Jadi kau harus tenang Angga." timpal ibu Lastri bekata lirih.
Mendengar perkataan dari ibunya, Angga pun langsung terdiam. Dia memegang sisi samping ranjang rawat itu kuat. Merasa takut karena tidak dapat melihat apa apa.
Sedangkan Dokter yang berada di samping Angga, langsung melakukan tugasnya untuk memeriksa keadaan tubuh Angga.
Dokter itu tampak berkali-kali menggelengkan kepalanya, kala memeriksa kedua bola mata Angga.
Ibu Lastri yang mengerti akan hal, langsung meneteskan air mata,karena merasa tidak tega dan sedih.
"Ada apa Dokter? Apakah ada masalah serius yang terjadi kepada putra saya?" tanya Pak Burhan penasaran.
"Iya, Pak Burhan. Maaf sekali, sepertinya putra bapak mengalami kebutaan di kedua matanya. Seluruh saraf yang terhubung ke daerah mata sudah rusak parah. Sehingga tidak dapat di sembuhkan lagi. Masih beruntung karena Angga tidak sampai mengalami geger otak." jelas Dokter tersebut yang berhasil membuat Angga terkejut.
Dengan cepat Angga bangkit dari tidurnya dan berusaha duduk di atas ranjang.
"Apa maksud Dokter! Tidak mungkin aku butakan Dokter!" teriak Angga tidak terima sambil meneteskan air matanya.
"Tenanglah Angga. Kau harus bisa menerima kenyataan ini. Masih untung karena nyawamu bisa diselamatkan. Jujur saja kecelakaan yang kamu alami adalah kecelakaan yang sangat mengerikan. Tapi kami akan tetap berusaha keras untuk menyembuhkan kedua matamu kembali."
"Hiks… hiks.. Tapi saya tidak mau Dokter. Saya gak mau Buta. Kalau saya buta, bagaimana dengan kedua orang tua saya. Saya hanya akan menyusahkan mereka berdua Dokter." lirih Angga sangat menyedihkan.
Pak Burhan dan Ibu Lastri yang melihat kesedihan putra mereka pun langsung memeluk erat tubuh Angga. Sedangkan para Dokter dan asistennya tampak bergerak keluar setelah memberikan resep obat kepada para suster yang berjaga.
"Maafkan Angga Buk! Maaf karena aku sudah mengecewakan ibu." lirih Angga terisak di dalam pelukan kedua orang tuanya.
"Tidak nak! Kamu tidak bersalah. Ini semua sudah menjadi takdirmu. Sekarang kau harus bisa ikhlas menerima ini semua."
"Aku tidak tahu buk. Apakah aku bisa ikhlas atau tidak. Namun satu hal yang aku tahu, jika aku telah berhasil menyelamatkan Cika. Dia telah aku selamatkan Buk."
"Iya nak. Kau adalah putra ibu yang paling hebat, kau juga sangat baik Angga." puji ibu Lastri meneteskan air mata sambil mengecup kepala Angga dengan sayang.
Tak lama kemudian, Angga pun mendongakkan wajahnya kearah kedua orang tuanya.
"Ibu, dimana Cika? Aku ingin bertemu dengannya Bu."
"Cika! Untuk apa kau bertemu dengannya Angga!" seru pak Burhan terdengar tegas.
"Bapak. Aku ingin bertemu dengannya, aku takut jika dia sampai sedih karena melihat keadaanku ini pak. Aku mohon Pak. Panggil Cika." lirih Angga sambil meraba raba dan memegang tangan Pak Burhan.
Pak Burhan tidak tega melihat kesedihan yang terpancar jelas di wajah putranya. Sedangkan ibu Lastri angsung mengedipkan mata sebagai isyarat, agar suaminya segera pergi menjemput Cika.
Setelah itu, Pak Burhan pun bergegas keluar guna membawa Cika agar dapat menemui putranya. Sungguh dada pak Burhan terasa sesak ketika melihat keadaan putranya saat ini.
"Baiklah. Bapak akan kerumah Cika dan segera membawa Cika untuk bertemu denganmu."
"Terimakasih pak. Aku akan menunggu kedatangannya." senyum Angga terlihat bahagia.
*****
Tepat satu jam perjalanan menuju pulang ke kampungnya, pak Burhan langsung ke rumah Cika. Namun betapa hancurnya pak Burhan kala menyaksikan bahwa wanita yang sudah di bela mati matian oleh putranya, ternyata malah berniat pergi dari kampung itu tanpa mengatakan sepatah katapun kepada Angga.
Saat ini Pak Burhan masih terus berusaha mengajak Cika agar mau ikut bersamanya kerumah sakit. Namun Cika menolak keras ajakan pak Burhan. Hingga detik kemudian, Pak Burhan merasakan sebuh dorongan kuat yang membuatnya jatuh tersungkur ke atas aspal.
Brakkk…
"Akhhhh…..! Apa yang kau lakukan Dimas!"
Jari tangan pak Burhan dipijak oleh sepatu hitam mengkilat. Pak Burhan berteriak kesakitan sambil mendongakkan wajahnya melihat ke arah atas.
"Apa yang kau lakukan..! Kenapa kau menginjak tanganku!" lirih Pak Burhan menahan sakit.
"Ini balasannya karena kau sudah berani menyentuh putriku. Asal kau tahu, kau itu hanyalah orang miskin. Sedari awal aku tidak pernah menyetujui kalau putriku berhubungan dengan putramu. Jadi sekarang juga enyahlah kau dari rumahku. Karena aku tidak akan mengizinkanmu membawa putriku walau hanya sedetik."
"Tidak! Kau tidak boleh egois. Putraku sangat membutuhkan putrimu saat ini…!"
"Cih! Jangan mimpi Burhan. Ayo kita pergi sekarang juga." ajak pak Dimas kepada istri dan juga putrinya dan langsung masuk ke dalam mobil.
Melihat hal itu, Pak Burhan tidak tinggal diam. Dia berusaha menarik tangan Cika yang masih dapat dia ranggai.
Namun dengan cepat, pak Dimas menutup pintu mobilnya dan berlalu pergi meninggalkan pak Burhan begitu saja.
"Cika! Kau sungguh tega Cika, ingatlah perkataanku ini, kelak di masa depan kau akan menyesal karena sudah menyia nyiakan ketulusan putraku, kau akan menangis darah memintanya untuk kembali Cika. Dan kau tidak akan pernah bahagia serta hidup tenang, karena kau sudah membuat pemuda tidak bersalah menjadi menderita, itulah sumpahku Cika!" teriak pak Burhan keras dan masih dapat di dengar oleh ketiga orang itu.
Cika yang mendengar sumpah itupun merasa takut, dengan cepat dia langsung berhambur kepelukan ibu Ratih.
"Jangan dengarkan ucapan orang miskin seperti dia. Kau tetap akan menjadi wanita sukses, dan mendapatkan jodoh yang kaya, tidak seperti putranya yang sudah buta." kata ibu Ratih sambil memeluk tubuh Cika.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
Entis Sutisna
Wow tega bener tuh si Cika sama ortunya...lanjuuuutkan Thor...💪💪😡😡🔥🔥
2025-03-05
0
Lathifa
orang yang terdzolimi akan terkabul do'anya
2024-04-24
2
Yunerty Blessa
sumpah Burhan pasti akan berlaku... tunggu saja masanya..
2024-04-18
0