Uji Coba

"Uranium, nak?. Untuk apa barang itu kau gunakan?"

"Ibu jangan khawatir. Albert sudah memahami cara kerja bahan ini."

"Setau ibu, satu mililiter uranium, jika dicampurkan dengan sebuah objek, maka objek tersebut akan melakukan proses pembelahan dalam hitungan detik. Bayangkan saja, Hiroshima hancur lebur hanya dengan satu rudal yang menggunakan uranium."

"Iya, ibu. Albert mengerti yang ibu khawatirkan. Albert menggunakan bahan ini untuk bahan bakar mesin yang Albert ciptakan. Albert juga sudah mencobanya dengan skala kecil. Hasilnya sungguh luar biasa."

"Baiklah Albert sayang, ibu sangat percaya kepadamu. Segeralah cari ayahmu jika engkau telah berhasil atas penelitian kamu."

"Jadi, kapan ibu mau berangkat ke Jepang?".

"Ibu tidak memerlukan jadwal, sayang. Terserah kamu saja kapan mau berangkat. Toh pesawat jet pribadi kita standby."

"Bagaimana kalau besok, Bu?"

"Boleh, kalau begitu ibu akan mempersiapkan oleh oleh buat nenek."

Sementara Saskia pergi ke mall bersama ibunya Bion, Albert juga pergi ke perusahaan temannya guna mencari bahan bahan lainnya untuk menyempurnakan mesin waktu ciptaannya.

Esoknya Albert dan Saskia telah berada di Jepang. Mereka langsung menuju ke rumah sakit neneknya, Wenny. "Assalamualaikum nenek."

"Alaikum salam. Eh cucu nenek sudah datang. Wah, sekarang kamu sudah dewasa ya sayang, wajahmu semakin mirip dengan wajah ayahmu Bion."

"Bagaimana kabar nenek"

"Alhamdulillah, sayang. Nanti nenek ingin mengajakmu jalan jalan, mau ya?."

"Baiklah, nek. Albert mau menemani nenek pergi jalan jalan."

Albert bersama nenek dan ibunya jalan jalan keliling kota Tokyo. Setelah hari mulai gelap, Albert pamit kepada mereka untuk mengunjungi rumah Jecko.

Kebetulan rumah Jecko tidak jauh dari kota Tokyo.

"Halo, Jecko. Ada sesuatu yang ingin aku katakan nih."

"Hai Albert. Sudah lama kamu tidak menghubungiku. Ada apa gerangan tiba tiba engkau meneleponku?"

"Biasalah, Jecko. Aku kehabisan uranium. Bisakah engkau menyediakan buatku barang sekitar dua puluh liter?."

"Waduh. Sangat banyak yang kau pinta. Emang elo mau membuat rudal, ya."

"Ah kamu, ada ada saja. Buat apa aku membuat rudal?. Ayolah. Katakan saja. Bisakah kau menyediakannya?"

"Nggak bisa, Albert. Barang seperti itu sangat diawasi fihak pemerintah. Apalagi dalam jumlah yang banyak. Kalau lima mililiter sih aku bisa mengusahakannya, kebetulan teman ayahku bekerja di kantor pemerintahan bagian alat alat militer."

"Yaah. Cukup buat apa lima mililiter?. Aku butuh dalam jumlah yang banyak..."

"Buat apa sih?. Lagi pula, harganya selangit, loh. Satu mililiter saja harganya 800juta. Begini saja. Bisakah kau ganti bahan ini dengan gliserin?. Bukankah harganya jauh lebih murah."

"Gliserin hanya untuk ledakan pemicu, Jecko. Aku tidak sedang membuat senjata, lho. Aku membutuhkan bahan yang mampu melakukan pembelahan secara berulang."

"Albert, tahukah kamu bom atom yang menghancurkan Hiroshima hanya menggunakan sepuluh mililiter uranium?".

"Ya, Jecko. Aku tahu itu. Proyek yang kupegang ini jauh lebih besar. Yang kulakukan ini bisa merubah dunia akan menjadi lebih baik."

"Proyek apakah yang sedang engkau kerjakan Albert?. Mengapa engkau tidak melibatkan diriku untuk pelaksanaannya. Apakah bagimu aku tidak memenuhi syarat untuk menjadi partner mu?".

"Bukan begitu Jecko, aku tidak mau melibatkan mu dalam kegagalan."

Jecko bersikeras untuk mengikuti Albert menciptakan tekhnologi baru. Albert tidak mau melibatkan siapapun dalam penjelajahannya.

"Jecko, risetku adalah menjelajahi ruang waktu. Sangat besar resikonya jika penelitianku gagal. Aku tidak mau melibatkan kamu jika ternyata aku gagal. Ketahuilah Jecko, ayahku telah gagal dalam penelitian ini, akibatnya beliau menghilang entah kemana. Risetku ini adalah urusan pribadiku. Tidak ada kaitannya dengan siapapun. Tujuanku hanyalah untuk menemukan ayahku."

"Aku mengerti, Albert. Sungguh, aku sangat tertarik dengan penelitian kamu. Izinkan aku menyertaimu, biarlah aku yang memenuhi segala keperluanmu, termasuk uranium yang sedang kau butuhkan."

"Benarkah yang kau katakan, Jecko?. Bukankah tadi kau mengatakan bahwa harganya sangat tinggi, apalagi aku membutuhkan dalam jumlah yang sangat banyak."

"Ya, benar. Aku akan mengajukan proposal kerjasama dengan pihak departemen pertahanan Jepang. Aku yakin, mereka akan menyetujui kerjasama ini."

"Baiklah kalau kau yakin. Aku akan membayar berapa saja biaya yang dibutuhkan untuk memperoleh uranium tersebut."

Setelah mereka mempersiapkan segalanya, akhirnya mereka mendapatkan persetujuan dari pihak departemen pertahanan Jepang untuk bekerjasama dalam proyek penelitian dan pembuatan mesin waktu.

Mereka berdua pergi ke Indonesia dengan membawa uranium sebanyak dua puluh liter, dengan surat jalan dari departemen pertahanan Jepang.

Didalam bengkel Albert.

"Jecko. Mari kita coba mesin waktu ciptaanku ini. Lihatlah. Wadah ini tempat kita meletakkan uranium. Sebaiknya kita gunakan seluruh uranium ini, agar proses mesin ini berfungsi dengan stabil."

"Albert. Apakah engkau sudah pernah melakukan percobaan atas mesin ini?"

"Tentu saja, Jecko. Tapi saya menggunakan kucing milik nenekku sebagai percobaan."

"Apakah berhasil?"

"Percobaan pertama berhasil dengan sempurna. Namun, percobaan kedua tertunda karena bahan bakar uranium tidak mencukupi."

"Owh, begitu. Wajar saja engkau berusaha keras untuk mendapatkan uranium ini. Oh iya Albert, apakah efektif menggunakan seekor kucing untuk percobaan?. Seandainya saya yang menggantikan posisi kucing itu apakah tidak lebih sempurna?"

"Maksud kamu bagaimana, Jecko?"

"Jika aku yang kau kirim ke tempat yang waktunya dimundurkan, misalnya dua tahun yang lalu. Bukankah aku bisa merasakan nuansanya. Ini akan menjadi bahan penelitian kamu."

"Iya. Engkau benar, Jecko. Apakah engkau bersedia aku kirim kedalam ruang waktu?"

"Tentu saja, Albert. Ayo kita lakukan."

Lalu Albert menyuruh Jecko memasuki ruang kaca.

Semua tombol sudah siap, lokasi tujuan sudah ditentukan, lalu Albert mengetik angka tahun tujuan.

"Untuk tahun yang lalu sudah kucoba. Sekarang aku akan mencoba tahun yang belum terjadi." Lalu Albert mengetik tahun tujuan 2012.

Layar monitor-layar mulai menghitung mundur.

Lima... Empat... Tiga... Dua... Satu...

Objek siap diluncurkan.

Tiba-tiba tubuh Jecko berubah menjadi sinar putih yang terang. Lalu Jecko menghilang.

Didalam layar monitor-layar Albert mendengar Jecko meminta tolong. "Albert... Dimana ini?. Mengapa disini banjir besar?. Ah. Albert. Apakah engkau melihat semua kendaraan disini hanyut. Seluruh gedung tenggelam. Apakah disini sedang terjadi bencana?"

"Jecko. Aku mendengar mu. Coba kau cari tau dari seseorang disana. Apa yang sedang terjadi."

"Baiklah, Albert. Nah, disana ada seseorang yang menggunakan pelampung. Hai paman, bisakah engkau kemari sebentar?"

"Uh.. aku sedang mencari keluargaku. Apakah engkau seorang team penyelamat?"

"Iya, paman. Nanti aku akan membantumu mencari keluargamu. Sekarang ayo kemari, aku akan bertanya sesuatu kepadamu."

Lalu seorang paruh baya itu mendekati Jecko. "Tetaplah berdiri disana. Jangan lepaskan peganganmu. Air tsunami ini sangat dahsyat."

"Apa? Tsunami?."

"Ada apa denganmu, nak?. Apakah engkau baru terbangun dari tidur?. Tsunami ini sudah terjadi sejak tadi pagi.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!