Merubah Takdir
Hanya tersisa beberapa orang dari keturunan manusia, sejak pembantaian habis-habisan yang dilakukan oleh koloni manusia robot. Albert berhasil menjangkau masa depan saat kehancuran peradaban manusia dengan menggunakan mesin waktu ciptaannya.
Albert merenung dan bergumam sendiri. "Ternyata begini akhirnya nasib peradaban manusia."
Kemudian Albert menemui Vota untuk menyelamatkan dunia.
Vota adalah anak seorang profesor di tahun 2.123 Masehi.
Suatu malam, Vota di kunjungi oleh Albert, leluhurnya yang tinggal di tahun 2.023 Masehi. Dalam pertemuan Vota dengan leluhurnya, Albert memberi kabar bahwa kehidupan masa depan Vota akan menjumpai sebuah permasalahan besar yang berdampak pada hancurnya peradaban manusia. Satu satunya cara untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah mengirimkan satu robot pelindung kepada orang tua Albert di masa lalu.
Bagi seorang Vota yang tinggal di tahun 2.123 Masehi, untuk menciptakan sebuah robot yang memiliki kemampuan melindungi, bukanlah hal yang sulit.
Bahkan sekarang Vota sudah mampu menguasai teknologi melipat bumi, terlebih lagi teknologi melintas ruang waktu juga sudah 97% dia kuasai.
"Baiklah kakek, aku akan segera menyelesaikan proyek ini. Apabila telah selesai, segera ku kirim sebuah robot pelindung langsung ke zaman orang tua kakek." Vota berusaha meyakinkan Albert.
Namun satu pesan Albert kepada Vota. "Satu hal lagi Vota. Usahakan robot yang akan kau kirim nanti, sebisa mungkin memiliki ciri khas manusia. Jangan sampai timbul kecurigaan dari seorangpun manusia yang tinggal di masa itu, karena akan mempengaruhi peristiwa paradoks, yang tentunya sangat mempengaruhi keberlangsungan masa depanmu."
Sambil mempersiapkan peralatan, Vota kembali meyakinkan Albert. "Baiklah kakek, aku akan sangat berhati-hati dalam pengerjaan proyek yang satu ini."
Siang-malam, Vota berada di dalam sebuah ruangan pribadi. Yang di kerjakan tidak lain adalah menciptakan sebuah robot pelindung yang sempurna. Pada robot ini di lengkapi dengan sebuah tas dukung yang bisa di isi barang apapun, sebanyak apapun dan sebesar apapun. Semua kebutuhan yang mungkin akan diperlukan nanti, telah di masukkan ke dalam tas dukung tersebut.
Yang sangat mengagumkan adalah bentuk robot tersebut sangat mirip dengan manusia. Hampir tidak bisa mengatakan bahwa ini adalah robot, melainkan manusia. Robot ini di beri nama yang sama dengan nama penciptanya. Namanya adalah Vota.
Robot Vota di program untuk mematuhi perintah perintah yang telah di salin. Beberapa perintah tersebut adalah: melindungi Bion (nama ayahnya Albert), mematuhi segala keinginan Bion, kembali kepada penciptanya kapanpun di saat menjumpai sebuah jalan buntu.
Akhirnya proyek Vota telah selesai. "Baiklah, akhirnya proyekku sudah selesai. Sekarang aku akan meng-klik tahun tujuan dan meng-klik posisi kakek. Aku akan membuat skenario, seolah olah robot yang akan ku kirim ini adalah seorang anak kecil yang sedang mengalami sebuah kecelakaan di lereng bukit belakang sekolah Bion. Nanti hanya Bion yang menemukannya dan menyelamatkan Vota. Sejak saat itulah Vota mulai bersama Bion."
Di tahun 1978, di sebuah halaman sekolah SD negeri 577 Palembang. Bion sedang bermain kasti bersama teman-teman sekelasnya.
"Bion! Tangkap bolanya! Cepat oper ke aku, kali ini pasti Johan akan kena lemparan bolaku". Bambang berteriak kepada Bion agar menangkap bola yang sedang menuju ke arahnya.
Bambang semakin kesal dengan yang di lakukan Bion. "Yaah Bion, bola yang segitu mudahnya tidak bisa kau tangkap?. Benar benar keterlaluan kau ini."
Bion hanya terdiam melihat bola yang hanya melewatinya, karena Bion tidak berhasil menangkapnya.
Akhirnya tim Bion dan Bambang kalah. Teman teman satu tim Bion tidak henti hentinya membully Bion, hingga pulang sekolah. Bion pulang sekolah sendirian, memanjat tembok belakang sekolah, pulang ke rumah lewat jalur pintas melewati lereng bukit belakang sekolah.
Memang seperti itulah setiap hari, Bion selalu melewati jalan ini baik pergi sekolah maupun pulang sekolah.
Dalam perjalanan pulang, Bion terkaget melihat ada seseorang yang tertelungkup di pinggir lereng. Bion menoleh ke kanan, kekiri, juga menoleh kebelakang, tidak ada seorangpun yang ada di sekitar tempat itu.
Bion perlahan-lahan mendekati orang yang tertelungkup itu, dilihatnya ada bekas luka di pelipis orang itu, juga pakaiannya terlihat lusuh seperti baru mengalami sebuah kecelakaan.
Lalu Bion menolongnya, sedang orang itu dalam keadaan pingsan.
Bion memapahnya dan membawanya ke rumah. Sesampainya di rumah, Bion di sambut oleh ibunya yang sedang menjemur pakaian. "Bion, siapa dia? Apa yang terjadi padanya?. Mari ibu bantu membawanya ke dalam rumah."
Lalu Bion menjelaskan kepada Tania. "Ibu, aku menemukan orang ini dalam keadaan pingsan. Aku tidak tahu siapa dia, karena aku tidak mengenalnya. Aku hanya kasihan melihat keadaannya, lalu aku menyelamatkannya".
"Oh, ibu kira dia temanmu. Baiklah, mari kita obati dia, sementara ibu membersihkan tubuhnya, kau segeralah ganti pakaian dan makan dulu. Segeralah sholat selesai kau makan." Ujar Tania sambil membantu Bion membawa Vota masuk kedalam rumah.
Lalu Bion meninggalkannya. "Baiklah ibu, aku masuk dulu."
Setelah beberapa saat di obati, akhirnya orang tersebut siuman. Dia menoleh ke kanan kekiri, di lihatnya ada seorang anak laki-laki dan seorang ibu.
Ibunya Bion menegurnya. "Siapa namamu nak?"
"Nama saya Vota". Anak itu menjawab.
Vota kebingungan. "Apa yang terjadi denganku? Di mana aku sekarang?".
lalu Bion menjelaskan kepada Vota. "Vota, aku menemukanmu dalam keadaan pingsan di pinggir lereng bukit belakang sekolah. Sekarang kau berada di rumah kami. Aku telah membawamu ke rumah ini."
"Apa sebenarnya yang terjadi pada dirimu?. Apakah engkau sedang mengalami kecelakaan?". Bion terus bertanya kepada Vota.
"Aku tidak ingat apa-apa. Yang aku tau, aku terjatuh ke dalam sebuah lubang hitam begitu dalam. Setelah itu aku tidak tahu apa-apa". Vota menjelaskan apa yang bisa di ingatnya.
Bion mulai menanyakan identitas Vota. "Siapa nama orang tuamu?. Di mana kau tinggal?".
"Maaf Bion, aku tidak mengingat apapun, yang ku ingat hanya namaku." ujar Vota.
Tania menghampirinya. "Baiklah kalau begitu, sementara nak Vota tinggallah di sini bersama kami. Jika suatu saat nak Vota sudah mengingat asal nak Vota, kami bersedia mengantar nak Vota pulang. Anggaplah saya adalah ibumu, dan Bion adalah saudaramu."
"Terimakasih ibu, semoga saya tidak merepotkan kalian." Vota merasa tidak enak karena merepotkan.
"Tentu saja tidak merepotkan. Kami senang nak Vota mau tinggal bersama kami." jawab Tania.
Sejak hari itu, Vota tinggal bersama Bion dan ibunya. Vota juga di daftarkan masuk sekolah yang sama dengan Bion. Bahkan mereka berada di dalam satu kelas.
Semua teman teman Bion, senang mengenal Vota. Selain Vota adalah seorang anak yang sangat pintar, Vota juga memiliki kemampuan yang sangat unik.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments