Bab 16: Sepanik-paniknya

"Aku... "

Tak sempat aku melanjutkan ucapanku, Om Rey menarik tanganku dan membawaku ke kamarnya tanpa membiarkanku melawan sedikitpun. Dikuncinya pintu kamar, melepas kunci itu dari lubangnya, dan meninggalkanku di belakang pintu yang terkunci itu.

Ku pegang pergelangan tanganku yang sedikit merasa sakit akibat cengkramannya.

Ia berjalan menuju kamar mandi yang berada di kamarnya. Dilepasnya blazer dan kemejanya yang basah kuyup sebelum ia memasuki kamar mandi.

Seketika aku berbalik, menjaga pandanganku. "Om, kenapa buka baju disini?! Aku mau keluar!"

"Kamu gak akan pergi kemanapun. Malam ini kamu akan berada di sini."

"Hah?!" Saat aku berbalik Om Rey sudah masuk ke dalam kamar mandi.

Maunya apa? Kenapa aku dikurung di kamarnya seperti ini? Bukannya apa-apa, tapi jantungku sudah tak karuan sejak Om Rey tiba-tiba saja menarikku masuk ke kamar ini.

Seketika aku menyesal, kenapa juga aku harus terbangun dan merasa haus. Kalau saja aku tetap di kamar, aku tak akan bertemu dengannya. Membuat pelarianku seharian ini menjadi sia-sia.

Sambil menunggu Om Rey selesai mandi, mataku menyapu seluruh kamar itu. Aku tak melihat satupun foto Om Rey ataupun Tante Manda. Aku juga baru sadar di seluruh rumah ini juga tak ada jejak Tante Manda. Di meja riasnya juga sudah tak ada kosmetik Tante Manda.

Sudah sehambar itukah hubungan Tante Manda dan Om Rey?

Pintu kamar mandi terbuka dan sosok Om Rey keluar hanya dengan selembar handuk yang menutup bagian bawah tubuhnya, menampilkan otot-otot perut dan bisepnya yang terbentuk sempurna.

Segera aku memalingkan pandanganku sementara ia masuk ke lorong sebelah kamar mandi, yang sepertinya walk in closet berada di sana.

Sungguh tak pernah terpikirkan olehku sama sekali, perasaanku saat melihat Om Rey akan menjadi berbeda seperti ini. Biasanya aku selalu menatapnya dengan penuh rasa hormat. Tapi kini, aku menatap Om Rey seperti ia adalah seorang... laki-laki.

Tak lama Om Rey sudah menggunakan celana tidurnya, dan sebuah kaos putih polos sedang dipakainya seraya melangkah ke arahku yang masih berdiri di belakang pintu.

Saat ku palingkan wajahku, Om Rey kembali meraih tanganku dan membawaku ke arah tempat tidurnya.

Ia mendorong pundakku hingga tubuhku duduk di sisi tempat tidur. Diraihnya sebuah kursi di sudut ruangan, meletakkannya tepat di depanku, dan mendudukinya. Kedua kakiku berada diantara kedua kakinya.

Jantungku kembali berdetak tak karuan saat berhembus wangi shampo dan sabun yang baru digunakannya. Kedua matanya yang biasanya ramah, kini menatap tajam ke arahku. Rambut basahnya yang masih berantakan, membuatnya terlihat begitu... mengundang.

Tanpa sadar aku menelan salivaku.

"Jawab, kenapa ponsel kamu mati seharian ini?" Tanyanya tanpa basa-basi.

"Aku matiin soalnya kuliah terus kerja." Ujarku seraya mengalihkan pandanganku.

"Tapi kamu gak ada di kafe. Jam lima Om jemput kamu kayak biasa, tapi bos kamu bilang kamu lagi lembur sampai jam 7 malam. Setelah itu jam 7 Om kembali ke kafe, tapi kamu gak ada. Kamu kemana?"

Tepat pukul tujuh aku pergi dari kafe setelah Om Tanoe menyuruhku, seingatku sih seperti itu.

"Kamu tahu, Om nyariin kamu setelah itu. Kesana kemari tapi kamu gak ada dimanapun." Nada bicaranya sedih bercampur kesal.

"Terus... Om sampai hujan-hujanan nyariin aku?" Cicitku tanpa menatap ke arahnya. Jujur aku sedikit merasa bersalah mengingatnya yang tadi basah kuyup dan terlihat begitu putus asa.

"Iya. Om khawatir terjadi sesuatu sama kamu. Dan saat Om udah gak tahu lagi nyari kamu kemana, tiba-tiba aja kamu ada di rumah. Bilang, jam berapa kamu nyampe rumah?" Nadanya begitu dingin dan mengintimidasi.

Ku lirik sekilas wajahnya yang sejak tadi tak lepas menatapku. "Jam sembilan lebih." Cicitku lagi.

Ia sandarkan tubuhnya di kursi itu dan mengusap kasar wajahnya.

"Bisa 'kan lain kali gak usah kayak gitu? Kalau kamu marah, kamu boleh menghindar tapi jangan sampai matiin ponsel kamu dan hilang dari jangkauan Om. Om bisa gila, Dan!"

Om Rey benar-benar sudah kehilangan akal sehat. Masa hanya karena aku tak bisa dihubungi ia sampai mengatakan akan menjadi gila dengan ekspresi frustasi seperti itu.

"Aku mau ngekost." Ujarku. Tiba-tiba saja terpikirkan begitu saja.

Om Rey kembali mengintimidasiku dengan tatapan tajamnya.

"Setelah apa yang Om lakuin sama aku, dan juga karena perasaan Om itu, aku gak mungkin masih tinggal di sini." Terangku, membuat logikaku merasa menang.

Ia terdiam beberapa saat sampai akhirnya. "Om tahu kamu juga suka sama Om." Aku sampai tercengang mendengarnya.

Aku mendengus. "Maksud Om?"

"Kamu balas mencium Om. Kalau kamu gak merasakan sesuatu pada Om, kamu gak akan menyambut Om seperti kemarin malam."

Tatapannya yang tajam berubah. Kini menatapku seakan ingin melahapku, membuat jantungku berdebar kembali dengan kencangnya.

"Kenapa wajah kamu memerah?" Tanyanya, kembali menyudutkanku. Sontak aku menyentuh pipiku dan benar saja rasanya hangat.

Aku benci ini. Kenapa tubuhku cepat sekali bereaksi pada apa yang Om Rey ucapkan?

"O-om itu..." Ucapku terbata. "Om itu suami Tante Aku! Aku akan secepatnya pergi dari sini!"

Tubuhnya diam tak bergerak. Kedua matanya mengunciku.

"Emang kenapa kalau kamu ponakannya Manda?" Tanyanya akhirnya dengan dingin tanpa rasa.

"Ya salah dong, Om!" Teriakku emosi. Bisa-bisanya ia seperti ini. "Aku tahu Tante Manda itu nyebelin. Dia sering seenaknya. Dia sombong, manja, dan mulutnya itu kadang suka gak dijaga, tapi dia tanteku! Adik dari mamaku! Aku gak paham kenapa Om Rey yang aku kenal sebagai laki-laki yang baik, sopan, penuh kasih sayang, tiba-tiba aja berubah kayak gini! Om kesepian? Om bosen, marah, karena Tante Manda selalu mentingin pekerjaannya dibandingkan Om? Kalau Om mau cari pelarian, cari pelampiasan, jangan bawa-bawa aku! Aku gak mau ikut-ikutan ngelakuin hal gila kayak gini!" Pundakku sampai turun naik setelah mengatakannya.

Sudah. Sudah ku katakan semuanya. Semoga ia mengerti dan segera sadar dan kembali menjaga hatinya hanya untuk Tante Manda. Ku bawa diriku berdiri dan bersiap menuju pintu namun sepersekian detik Om Rey sudah menarik tanganku hingga aku kembali duduk di antara kakinya. Bahkan kini kedua kakinya mengunci kedua kakiku.

"Lepasin, Om! Om jangan makin nekat ya!"

Kedua tangan Om Rey meraup pipiku, sedangkan bibirnya mulai melakukannya lagi, menjadikan bibirku tempatnya bermain. Ku coba untuk terus mendorongnya, namun sia-sia. Tenaga Om Rey begitu kuat.

Entah darimana datangnya, rasa itu kembali muncul. Aku pun jatuh ke kubangan kenikmatan itu lagi. Bukannya mendorong Om Rey untuk melepaskan cumbuannya, kini tanganku naik ke tengkuknya dan mulai meremas rambut hitam suami tanteku itu.

Gila. Iya, aku sudah gila. Ciuman Om Rey sungguh tak bisa kutolak. Rasanya begitu candu untukku.

Perlahan tangan Om Rey melepaskan raupannya di pipiku dan meraih pahaku, dan seketika aku sudah duduk di pangkuannya. Sungguh, aku tak kuasa menolaknya.

Dengan bibir yang masih terus tertaut, tangan Om Rey terus menjelajah di punggungku dan juga pinggangku.

Perlahan tapi pasti, bibirnya turun mengecup daguku, menjelajah leherku, dan rasaku semakin melayang karena perlakuannya.

Dan seakan ingin menghukum segala perbuatan kami, tiba-tiba saja seseorang mencoba membuka pintu yang terkunci itu dan kemudian...

"Rey! Buka pintunya!"

Jantungku seperti lepas dari rongganya mendengar suara Tante Manda di luar pintu kamar, bersautan dengan suara gedoran pintu dari tangannya yang ingin segera dibukakan pintu kamar.

"Om, itu Tante Manda!!" Bisikku panik, sepanik-paniknya.

Episodes
1 Bab 1: Bertemu Om Rey
2 Bab 2: Makan Malam
3 Bab 3: Menuju Kampus
4 Bab 4: Berbelanja
5 Bab 5: Semakin Dekat
6 Bab 6: Amanda
7 Bab 7: Memeluk Om Rey
8 Bab 8: Benar-benar Dijemput
9 Bab 9: Kejadian Semalam
10 Bab 10: Parfum
11 Bab 11: Vito dan Tantenya
12 Bab 12: Rey dan Gadis Kecil
13 Bab 13: Malam Api Unggun
14 Bab 14: Terjerat Pesona Om Rey
15 Bab 15: Menghindar
16 Bab 16: Sepanik-paniknya
17 Bab 17: Rumah Tangga Hambar
18 Bab 18: Pernyataan Cinta
19 Bab 19: Kembali ke Semula itu Mustahil
20 Bab 20: Curahan Hati
21 Bab 21: Dimabuk Cinta
22 Bab 22: Agar Satu Sama
23 Bab 23: Terlalu Malu
24 Bab 24: Firasat Ibu
25 Bab 25: Maukah Kamu jadi Pacar Om?
26 Bab 26: Dibutakan Cinta
27 Bab 27: Tahap Selanjutnya
28 Bab 28: Gosip Satu Angkatan
29 Bab 29: For The Last Time
30 Bab 30: Pelakor itu Keponakanku
31 Bab 31: Bertemu Keluarga Kusuma
32 Bab 32: Aku Tidak Merebutnya
33 Bab 33: Seminggu Sebelum Menikah
34 Bab 34: Vito dan Rasanya
35 Bab 35: Menemui Calon Suami
36 Bab 36: Nasihat Bunda
37 Bab 37: Rencana
38 Bab 38: Mas Rey
39 Bab 39: Pengalaman Pertama
40 Bab 40: Kamu Lebih Segala-galanya
41 Bab 41: Menghilang
42 Bab 42: Dijebak
43 Bab 43: Tak Habis Pikir
44 Bab 44: Istri Kecil
45 Bab 45: Berkunjung ke Dokter Kandungan
46 Bab 46: Satu Bulan Menikah
47 Bab 47: Suamiku Selingkuh
48 Bab 48: Bingung
49 Bab 49: Rasa yang Aneh
50 Bab 50: Akhirnya Bertemu Tante Manda
51 Bab 51: Aku Memang Pelakor
52 Bab 52: Yang Terbaik
53 Bab 53: Mas Rey Pergi
54 Bab 54: Sangat Rindu
55 Bab 55: Vito itu Temanku
56 Bab 56: Kemana Takdir akan Berpihak?
57 Bab 57: Kabar
58 Bab 58: Tanteku, Maduku
59 Bab 59: Cinta Segi Empat
60 Bab 60: Tak Sanggup
61 Bab 61: Solusi
62 Bab 62: Rencana Mas Rey
63 Bab 63: Terkuak
64 Bab 64: Tertangkap Basah
65 Bab 65: Ditemani Fina dan Vito
66 Bab 66: Membuat Vito Mengerti
67 Bab 67: Menyerah
68 Bab 68: Kejutan
69 Bab 69: Dua Pria Bodoh
70 Bab 70: Bukan Teman Lagi
71 Bab 71: Menjebak Amanda
72 Bab 72: Permainan Selesai
73 Bab 73: Kehidupan yang Berbeda
74 Bab 74: Manda Sudah Sembuh
75 Bab 75: Gender Reveal
76 Bab 76: Kata Terakhir
77 Bab 77: Baby Revi
78 Bab 78: Rasa Canggung
79 Bab 79: Ibu Susu Baby Revi
80 Bab 80: Melahirkan
81 Bab 81: Mama, Papa, Ayah
82 Bab 82: Om Rey Tersayang (end)
83 Ekstra 1: Promosi Novel Baru
84 Ekstra 2: Visual Novel
85 Ekstra 3: Wanita Rahasia Daddy Zach
86 Ekstra 4: Pengorbanan Nayara
87 Ekstra 5: The Bad Boy and His Nanny
88 Ekstra 6: Marry Me, Dev
89 Ekstra 7: My Big Girl
90 Ekstra 8: Single Mom
91 Ekstra 9: Miss Rania, I Love You
92 Ekstra 10: Selingkuh Itu Indah
93 Ekstra 11: Mengejar Cinta Nabila
94 Ekstra 12: Jodohkah Kita?
Episodes

Updated 94 Episodes

1
Bab 1: Bertemu Om Rey
2
Bab 2: Makan Malam
3
Bab 3: Menuju Kampus
4
Bab 4: Berbelanja
5
Bab 5: Semakin Dekat
6
Bab 6: Amanda
7
Bab 7: Memeluk Om Rey
8
Bab 8: Benar-benar Dijemput
9
Bab 9: Kejadian Semalam
10
Bab 10: Parfum
11
Bab 11: Vito dan Tantenya
12
Bab 12: Rey dan Gadis Kecil
13
Bab 13: Malam Api Unggun
14
Bab 14: Terjerat Pesona Om Rey
15
Bab 15: Menghindar
16
Bab 16: Sepanik-paniknya
17
Bab 17: Rumah Tangga Hambar
18
Bab 18: Pernyataan Cinta
19
Bab 19: Kembali ke Semula itu Mustahil
20
Bab 20: Curahan Hati
21
Bab 21: Dimabuk Cinta
22
Bab 22: Agar Satu Sama
23
Bab 23: Terlalu Malu
24
Bab 24: Firasat Ibu
25
Bab 25: Maukah Kamu jadi Pacar Om?
26
Bab 26: Dibutakan Cinta
27
Bab 27: Tahap Selanjutnya
28
Bab 28: Gosip Satu Angkatan
29
Bab 29: For The Last Time
30
Bab 30: Pelakor itu Keponakanku
31
Bab 31: Bertemu Keluarga Kusuma
32
Bab 32: Aku Tidak Merebutnya
33
Bab 33: Seminggu Sebelum Menikah
34
Bab 34: Vito dan Rasanya
35
Bab 35: Menemui Calon Suami
36
Bab 36: Nasihat Bunda
37
Bab 37: Rencana
38
Bab 38: Mas Rey
39
Bab 39: Pengalaman Pertama
40
Bab 40: Kamu Lebih Segala-galanya
41
Bab 41: Menghilang
42
Bab 42: Dijebak
43
Bab 43: Tak Habis Pikir
44
Bab 44: Istri Kecil
45
Bab 45: Berkunjung ke Dokter Kandungan
46
Bab 46: Satu Bulan Menikah
47
Bab 47: Suamiku Selingkuh
48
Bab 48: Bingung
49
Bab 49: Rasa yang Aneh
50
Bab 50: Akhirnya Bertemu Tante Manda
51
Bab 51: Aku Memang Pelakor
52
Bab 52: Yang Terbaik
53
Bab 53: Mas Rey Pergi
54
Bab 54: Sangat Rindu
55
Bab 55: Vito itu Temanku
56
Bab 56: Kemana Takdir akan Berpihak?
57
Bab 57: Kabar
58
Bab 58: Tanteku, Maduku
59
Bab 59: Cinta Segi Empat
60
Bab 60: Tak Sanggup
61
Bab 61: Solusi
62
Bab 62: Rencana Mas Rey
63
Bab 63: Terkuak
64
Bab 64: Tertangkap Basah
65
Bab 65: Ditemani Fina dan Vito
66
Bab 66: Membuat Vito Mengerti
67
Bab 67: Menyerah
68
Bab 68: Kejutan
69
Bab 69: Dua Pria Bodoh
70
Bab 70: Bukan Teman Lagi
71
Bab 71: Menjebak Amanda
72
Bab 72: Permainan Selesai
73
Bab 73: Kehidupan yang Berbeda
74
Bab 74: Manda Sudah Sembuh
75
Bab 75: Gender Reveal
76
Bab 76: Kata Terakhir
77
Bab 77: Baby Revi
78
Bab 78: Rasa Canggung
79
Bab 79: Ibu Susu Baby Revi
80
Bab 80: Melahirkan
81
Bab 81: Mama, Papa, Ayah
82
Bab 82: Om Rey Tersayang (end)
83
Ekstra 1: Promosi Novel Baru
84
Ekstra 2: Visual Novel
85
Ekstra 3: Wanita Rahasia Daddy Zach
86
Ekstra 4: Pengorbanan Nayara
87
Ekstra 5: The Bad Boy and His Nanny
88
Ekstra 6: Marry Me, Dev
89
Ekstra 7: My Big Girl
90
Ekstra 8: Single Mom
91
Ekstra 9: Miss Rania, I Love You
92
Ekstra 10: Selingkuh Itu Indah
93
Ekstra 11: Mengejar Cinta Nabila
94
Ekstra 12: Jodohkah Kita?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!