Jam mata pelajaran pertama sudah di mulai, tapi lihatlah Bulan, gadis itu justru keluar kelas dengan alasan ke kamar mandi. Padahal Bulan ingin melihat Bintang yang tengah bermain basket di lapangan.
Sibuk bersembunyi di balik tiang, matanya tak lepas menatap pemuda pujaannya. Rasanya dunia seperti miliknya sendiri, waktu seolah hanya berputar untuknya, semilir angin berhembus menerpa wajah cantiknya yang tengah tersenyum dengan tatapan terfokus pada gerak gerik Bintang. Dunianya berpusat hanya pada Bintang.
Pemuda tampan mantan ketua OSIS yang kecerdasannya di atas rata-rata itu memang bak mempunyai sihir yang mampu menghipnotis siapa saja yang menatapnya. Pesona Bintang memang sulit di abaikan, buktinya saja, bukan hanya Bulan yang mengidolakan pemuda itu, tapi nyaris semua siswi Merah Putih mendambakannya. Meski ketampanan Angkasa juga tak di ragukan, tapi entah mengapa pesona Bintang seolah menjadi magnet tersendiri untuk semua orang.
Tapi hanya Bulan saja yang berani secara terang-terangan menyatakan perasaanya, menunjukan perhatiannya secara langsung pada Bintang. Gadis itu mempunyai motto, 'Hidupnya untuk Bintang, dunianya adalah Bintang.'
Lihatlah, Bulan semakin di buat terpesona oleh Bintang yang tengah tertawa di tengah lapangan.
"Sama teman-teman kamu, kamu bisa tertawa lepas. Kenapa sama aku senyum aja susah?" gumamnya.
"Bintang ooooh Bintaaang.."
Bulan terkejut mendengar suara persis di belakang telinganya. Perlahan ia berbalik, matanya membulat saat ternyata guru di kelasnya berdiri tepat di belakangnya. "Bu Risma? Ibu ngapain disini?" Tanyanya seraya tersenyum kikuk.
"Dan Bulan, kamu ngapain disini? Bukannya harusnya kamu mengikuti jam pelajaran ibu?"
Bulan tertawa garing, "Hahah, itu Bu anu emmm.."
"Anu anu, masuk!" pinta Bu Risma dengan ketus. Ia menarik tangan Bulan, sedikit menyeret murid nakalnya itu untuk memasuki kelas.
Keributan kecil itu menyita perhatian Bintang, pemuda itu menoleh dan menatap Bulan yang juga masih saja menatapnya. Keningnya berkerut, berbeda dengan Bulan yang justru tersenyum dan melambaikan tangan padanya.
"I LOVE YOU.." ucap Bulan tanpa suara, bibirnya bergerak mengutarakan perasaannya.
"Ck, gadis aneh.." ucap Bintang seraya mengalihkan pandangannya.
"Kenapa Lo? Bulan lagi?" Tanya Angkasa yang baru saja menghampirinya.
Bintang mengangguk, "Tuh.." ucapnya dengan menggerakan kepalanya menunjuk Bulan.
Angkasa menoleh mengikuti arah pandang Bintang. Pemuda itu menggelengkan kepalanya melihat tingkah Bulan, "Nekad banget tuh anak. Lo beneran gak suka sama dia?"
"Apa sih Sa," Bintang memberikan bola basket yang sedari tadi ia pegang, lalu berlalu dari lapangan yang kemudian di ikuti oleh Angkasa.
"Yaelah, tibang jawab iya atau enggak susah amat Lo. Kalau gak suka buat gue aja, kayanya si Bulan tipe-tipe cewek setia dan penyabar, gue butuh banget sosok yang begitu."
Bintang tak menjawab, ia sibuk membuka tutup botol air mineral lalu meneguknya hingga tandas.
Mungkin bagi Bintang, Bulan memang sedikit aneh. Sebegitu terobsesinya gadis itu padanya, hingga di meja kelasnya saja di penuhi dengan nama Bintang yang akhirnya membuat Bulan terkena teguran.
Entahlah, Bulan juga tak tahu mengapa ia begitu menyukai Bintang. Padahal Bintang sangat dingin dan cuek, tapi justru karena alasan itu juga lah Bulan semakin penasaran dan semakin bersemangat mendekati Bintang.
Satu kalimat yang masih terngiang-ngiang di telinga Bintang hingga sekarang, Bulan pernah menyatakan perasaanya dengan kata-kata yang menurutnya sangat aneh dan konyol.
"******Kamu tahu gak kenapa aku jatuh cinta sama kamu?" tanya Bulan.******
******Bintang menggeleng, ia memang tak mengerti kenapa Bulan begitu menyukainya. "Kenapa?"******
******Bulan tertawa, "Aku juga gak tahu, kenapa yah aku bisa suka banget sama kamu. Mata kamu, alis kamu, hidung kamu, bibir kamu, pipi kamu, semuanya aku suka. Keringat kamu aja aku suka, bahkan saat kamu pakai baju kotor berantakan aja aku tetap suka. Kayanya kalau kamu dandan kaya gembel juga aku tetap suka. Gila kan aku?"******
******Bintang menatap Bulan dengan tatapan terheran-heran, "Mungkin itu cuma obsesi doang Bulan. Stop ganggu aku dan belajar yang benar."******
******"Enggak, itu bukan obsesi Bintang. Itu cinta, mau yah terima aku jadi pacar kamu?"******
******Bintang semakin menatap Bulan dengan tatapan aneh, "Enggak******!"
Bintang kira setelah penolakan itu Bulan akan mundur. Nyatanya gadis itu justru semakin gencar mengejarnya.
Terkadang Bintang memang merasa terganggu dengan tingkah dan perhatian Bulan yang menurutnya berlebihan. Apalagi setiap hari Bulan membawakan bekal untuknya, ia hanya tak mau merepotkan siapapun termasuk Bulan.
***
Jam mata pelajaran pertama habis, tapi Bintang dan teman-temannya masih asik bermain basket di lapangan.
Kesempatan itu Bulan gunakan untuk kembali melihat Bintang. Apalagi guru mata pelajaran kedua belum datang, ia menyeret Cici sahabatnya untuk keluar kelas hendak mendekati lapangan agar bisa lebih dekat melihat Bintang.
Tapi ada kejadian tak terduga.
BUG
"Aw.." pekik Bulan, ia memegang keningnya, bola basket yang di lemparkan Bintang tanpa sengaja menci*m kepalanya. Melihat Bintang berlari ke arahnya, Bulan tiba-tiba lemas. Beruntung Cici menahan tubuhnya hingga tubuh gadis itu tak tergeletak di atas lantai.
"Lan, kamu gak papa? Bangun Lan," ucap Bintang. Raut wajahnya tampak cemas, mungkin merasa bersalah karena ia yang melakukannya tanpa sengaja.
"Kepalanya pasti sakit, kepalanya kena bola Lo," Cici mulai bersuara, padahal ia tahu Bulan sepertinya hanya pura-pura.
Angkasa dan yang lainnya mulai mendekat, mengerumuni Bulan yang tampak memejamkan matanya.
"Dia pingsan?" tanya Angkasa.
Cici mengangguk, "Mungkin."
"Palingan pura-pura doang, udah lah gak usah ribet. Mending kita ke kantin yu Bin," Zeni yang merupakan sahabat Bintang dan Angkasa juga tahu tentang Bulan yang terus berusaha mendekati Bintang bahkan sejak mereka duduk di bangku kelas 10. Dan ia tak suka.
"Aku bawa dia ke UKS dulu," ucap Bintang. Ia menggendong Bulan dan membawanya ke UKS, di ikuti Cici dan Angkasa. Sedangkan Zeni memilih pergi ke kantin. Ia malas mengurusi Bulan.
Sampai di UKS, Bintang membaringkan Bulan dengan pelan, ia duduk di sebelah ranjang pasien menunggu dokter UKS yang katanya tengah keluar.
Bulan tak tahan lagi, apalagi ia sangat bahagia saat Bintang menggendongnya. Rasanya, ia sangat ingin memeluk Bintang meski tubuh pria itu di penuhi keringat.
"Bintang.." bisik Bulan. Membuat Bintang terkejut dan sontak berdiri saat ia melihat Bulan membuka matanya.
"Kamu pura-pura?" Tanya Bintang.
Bulan terkikik, "Hebat kan aku? Akhirnya aku bisa ngerasain kamu gendong. Kamu cemas yah?"
Bintang berdecak, sekilas ia mengalihkan pandangan dengan kesal, lalu kembali menatap Bulan, "Lo keterlaluan, candaan Lo gak lucu Bulan!"
Bulan terkejut dengan reaksi Bintang, pemuda itu terlihat marah. Bahkan panggilan GUE ELO yang sangat jarang Bintang gunakan kini pemuda itu ucapkan. "Bintang, aku cuma.."
Tak menunggu Bulan meneruskan kalimatnya, Bintang beranjak dan keluar dari UKS. Melewati Angkasa dan Cici yang saling menatap heran.
Bulan menangis di dalam UKS, ia tak menyangka Bintang akan marah padanya.
"Kenapa Lan?" tanya Cici yang baru saja masuk bersama Angkasa.
"Bintang marah Ci, dia marah ke gue.." ucapnya seraya terisak.
"Jadi Lo cuma pura-pura doang Lan?" Tanya Angkasa, "Astaga Bulan, buat nyari perhatian Bintang Lo sampe bohong kaya gini. Gak harus gini juga, Lan. Wajar lah kalau Bintang marah, dia tadi panik liat Lo pingsan gara-gara dia. Kalau gue jadi dia, gue juga pasti kesel."
"Maaf Sa, kamu bisa bantuin aku gak? Aku mau minta maaf sama dia. Please.."
Angkasa menghela nafas panjang, mengalihkan pandangannya sejenak lalu kembali menatap Bulan, "Menurut gue jangan dulu, dia pasti masih kesel."
"Tapi Sa, aku gak mau di marah.." Bulan menghapus air matanya dengan punggung tangan, dia benar-benar takut Bintang akan semakin menjauhinya.
"Udah Lo nurut aja. Kalau dia udah tenang, Lo bisa minta maaf."
Bulan akhirnya mengangguk, "Aku keterlaluan banget yah?" lirihnya. Sisa isak tangisnya masih terdengar.
"Banget," ucap Angkasa.
"Ish, Lo bisa diem gak? udah jangan mojokin Bulan lagi, sana susul sepupu kamu," usir Cici.
Angkasa berdecak, kemudian pergi dari UKS. "Gue juga cemas banget tadi liat Lo, tapi kali ini gue tahu satu hal, kalau Bintang juga mungkin punya perasaan ke Lo Lan," Angkasa membatin.
Angkasa dan Bintang sebenarnya berbeda usia. Bintang satu tahun di bawahnya, namun saat mereka kecil dulu, Bintang bersikeras ingin ikut Angkasa bersekolah. Kemampuan Bintang yang di atas rata-rata juga membuat Bintang dapat di terima di sekolah dengan mudah. Akhirnya mereka bisa satu angkatan.
IKLAN
Gimana-gimana? Suka gak sama BulanBintang? Atau Bulan aku kasih ke Angkasa aja?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Eka 'aina
semoga aja suatu saat si bulan lelah ngejar2 bintang & akhirnya bintang yg ngejar bulan😀
2023-08-18
1
Mey-mey89
hadirrrr
2023-08-13
1
Ikke ds
syuka syuka...🥰
2023-08-12
2