Bab.3

Sore hari setelah selesai meeting pak Harry tidak berniat kembali ke kantor. Duduk di belakang sendirian mau menuju tempat yang di inginkan nya.

"pak Udin... kita ke tempat biasa dulu." kata pak Harry.

"baik tuan." jawab pak Udin.

Pak Udin tai kemana tempat yang mau di tuju, mobil berjalan di sebuah tempat penjualan bunga. Setelah sampai pak Harry memerintahkan membeli sebuah karangan bunga mawar.

"belikan bunga seperti biasa." kata pak Harry sambil memberikan uang merah beberapa lembar.

"baik tuan." kata pak Udin mengambil uang dari majikannya.

Masuk ke dalam toko bunga yang di dalamnya banyak macam karangan bunga.

"eh... bapak... bunga seperti biasa kan? " tanya penjaga toko.

"iya mba... ada yang sudah siap? " tanya pak Udin.

"ada pak sebentar saya ambilkan." kata penjaga toko.

Karena toko tersebut sudah langganan dan dalam seminggu dua kali mereka selalu ki sini.

Penjaga toko membawakan bunga mawar merah dan putih, dan memang itu yang selalu di pesan oleh pak Harry.

"ini pak bunga nya." kata penjaga toko memberikan bunga tersebut.

"oh... iya... " jawab pal Udin mengambil bunga tersebut, setelah itu dia bayar ke kasir.

Tak menunggu waktu yang lama pak Udin sudah keluar dari toko dan langsung memberikan bunga tersebut pada tuannya yang menunggu di dalam mobil.

"ini tuan bunganya." kata pak Udin.

Mengambil bunga dari tangan supirnya lalu memangku bunga tersebut di atas pahanya.

"sekarang kita ke tempat biasa." kata pak Harry.

Mobil pun berjalan menuju tempat yang di inginkan majikan, hanya membutuhkan dua puluh menit mereka sampai ke tempat tujuan.

"tuan... sudah sampai kita." kata pak Udin.

Pak Harry yang sedikit tertidur dalam perjalanan.

"eh... sudah sampai kita din?"

"sudah tuan."

"astaghfirullah... saya ketiduran."

Keluar dari mobil dengan membawa rangkaian bunga mawar di tangan. Masuk menuju pemakaman istri yang sudah lama meninggal, tapi minimal setiap minggu pasti berkunjung.

Melangkahkan kaki dengan berat, sampai di pusara istri tercinta. Setelah meletakkan karangan bunga dan berdoa, pak Harry bicara sendiri.

"apa kabar kamu di sana... aku ada cerita, belakangan ini tingkah anak kita sangat memprihatinkan... jadi setelah ku pikir pikir Safira akan ku antarkan ke kampung ku di seberang sana." kata pak Harry tanpa terasa air mata menetes di pipinya.

Diam sejenak sambil membersihkan rumput dan membersihkan batu nisannya.

"semoga kau tidak keberatan dengan keputusan ku ini dan demi kebaikan safira juga, mungkin minggu depan baru ke sini lagi karena mau mengantarkan anak kita." kata pak Harry lagi.

Setelah setengah jam lebih, pak Harry pun meninggalkan pemakaman tersebut, tak lupa dia mendatangi penjaga makan yang biasanya ada di sana.

Bapak penjaga makam yang mengetahui pak Harry datang langsung menunggu karena dia pasti akan dapat uang merah beberapa lembar.

"apa kabar pak?" tanya penjaga makam.

"Alhamdulillah... sehat... kamu pasti sehat juga kan?" tanya pak Harry

"iya pak saya sehat juga, sudah siap pak?"

"sudah... saya titip makam istri saya, dan rawat makannya." kata pak Harry sambil menyalamkan uang merah pada penjaga makam.

"baik pak... terima kasih... "

"sama sama... " kata pak Harry dan langsung menuju parkiran mobil.

Masuk ke dalam mobil dan pak Udin membawa dengan santai.

"tuan... kita mau kemana lagi? "

"pulang aja din... " jawab pak Harry

Mobil pun berjalan menuju rumah kediaman pak Harry, masuk ke dalam rumah yang dari luar keliatan seperti istana.

Masuk ke dalam rumah yang terasa sepi, di waktu sore begini seperti nya tidak ada orang di dalam rumah.

Bibi yang membukakan pintu rumah karena sepi jadi bertanya pada bibi.

"nyonya ada di rumah bi...?"

"belum pulang tuan."

"apa... dari tadi? jam berapa tadi pagi nyonya keluar? "

"mmmhhh... jam berapa ya tuan... saya lupa." jawab bibi yang takut salah dan kalau di bilang pagi, bisa bisa bu fera akan marah padanya.

Pak Harry tau kalau bibi sengaja tidak menyebutkan jam berapa keluar rumah, takut di marahin istri nya.

"ya sudah... nanti bisa lihat di CCTV, Safira dan Saila di rumah? " tanya pak Harry

"non Saila tadi ikut nyonya tapi kalau non Safira ada di kamar tuan." jawab bibi

"oh... seperti itu, bilang sama Safira siap magrib makan malam sama saya di meja makan."

"baik tuan nanti saya sampaikan pada non Safira."

"ya sudah... " kata pak Harry

Masuk ke dalam kamar untuk membersihkan diri dan mau melaksanakan sholat magrib tentunya.

Makan malam pun tiba jadi pak Harry dan Safira yang ada di meja makan, sementara bu fera dan Saila belum juga pulang. Suasana meja makan yang hening, Safira dan pak Harry makan dengan kesunyian.

Yang terdengar hanya dentingan sendok garpu.

Menu makanan yang komplit ada di meja makan.

"setelah makan papa mau bicara sama kamu di ruang kerja." akhirnya pak Harry yang ngomong duluan.

"iya pa... " jawab Safira pelan.

Safira yang sebenarnya malam ini mau pergi lagi bersama teman geng nya tapi papa nya mau mengajak ngobrol pula.

"aduh... bagaimana ini? padahal sudah janji dengan mereka... mudah mudahan tidak lama ngobrol nya." kata Safira dalam hati.

karena di ajak papanya ngobrol jadi Safira makannya cepat, dia masih ingat janji dengan geng nya. Melihat makan buru buru membuat pak Harry curiga pada anak gadis nya itu.

"pelan aja makannya, enggak ada yang di kejar." kata pak Harry.

Kelihatan terburu buru dan takut rencananya ketahuan maka Safira makan seperti biasa.

Setelah selesai makan kedua nya pun masuk ke dalam ruang kerja pak Harry.

"kamu duduk yang santai aja Safira." kata pak Harry

Mengikuti perintah pak Harry dan karena penasaran maka Safira bertanya pada papanya.

"apa yang mau papa bicarakan?" tanya Safira.

"Minggu depan kita ke kampung, tadi pagi papa sudah pesan tiket." kata pak Harry

"apa...? kok tiba tiba kita pulang kampung?" tanya Safira.

"papa rindu sama bou mu, jadi kita ke sana." kata pak Harry

"kita berdua aja pa... yang lain tidak ikutan?" tanya Safira.

"iya... mama mu itu mana mau ikut, jadwal arisan nya sudah menanti." jawab pak Harry

"tapi pa... bagaimana dengan kuliah ku?" tanya Safira dan sebenarnya dia sudah curiga sama papanya.

"sudah papa permisikan tadi sama dekan mu." jawab pak Harry yang kebetulan dekan kampusnya adalah sahabat pak Harry sendiri.

"ck... papa apa apaan sih... mana bisa seperti itu." kata Safira.

"tidak boleh membantah... pokoknya papa sudah atur dan kamu harus ikut." kata pak Harry dengan tegas.

BERSAMBUNG

*****

Jangan lupa

like... like... like...

subscribe...

komentar yang membangun

terima kasih

🙏🙏🙏

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!