4. Dijadikan Jaminan

"Adrian…"

Suara mama vera menggema di udara memanggil putranya , beberapa kali mengetuk pintu kamar Adrian, tidak ada sahutan dari dalam kamar.

" maaf nyonya, tuan Adrian semalam tidak pulang" asisten rumah tangga memberitahu mama Vera.

"Apa , tidak pulang.?"

"Ya..ampun ini anak ." Mama Vera mulai ngedumel.

Mama Vera berjalan pergi meninggalkan kamar Adrian menuju kamarnya lalu mengambil benda pipih di atas meja beberapa kali memencet no yang ada di teleponnya.

"Bayu, apakah Adrian bersamamu.?" Suara cempreng mama Vera di seberang sana sangat khas di telinga Bayu.

Bayu sepupu Adrian orang kepercayaan Adrian yang bekerja di perusahaan merangkap segala pekerjaan.

"Iya,tante iya…baik tante "

Bayu segera menyudahi perbincangan dengan tante Vera.

Bayu bergidik merinding karena kalau sudah berurusan dengan tante nya semua dituntut serba cepat . Apalagi kalau sudah masalah anak nya tante Vera tidak mau tahu.

"Masuk."

Terdengar pintu diketuk disaat Adrian sedang fokus di depan laptopnya.

" Bro"

Setelah mendapat izin masuk Bayu duduk di depan Adrian sembari meletakkan beberapa map di atas meja kerja.

" Kamu semalam, gak pulang?" Tanya Bayu.

Bayu bertanya dengan Adrian yang masih fokus di depan laptop.

" Tidak." Jawab Adrian datar.

"Pantesan, tante Vera uring-uringan nanyain kamu."

" Tante Vera telpon kamu,katanya no kamu gak aktif?" Bayu berkata lagi.

Adrian hanya melirik sepupu nya yang sejak tadi bicara,lalu tangannya meraba saku jas nya mengeluarkan benda pipih memencet tombol dan mengaktifkannya.

Benar saja setelah teleponnya aktif terdengar notifikasi berbunyi beberapa kali masuk.

Tak lama telepon pun berbunyi.

Dengan malas Adrian memencet geser tombol hijau jawab.

" Adrian ,kamu kemana aja sih..gak pulang " suara mama Vera di seberang telepon.

" Iya, ma..Adrian udah gede ma."

" Gak usah, khawatir gitu deh.. ma"

Adrian memijat pelipisnya yang tidak sakit sesekali mengusap tangannya ke muka.

" Mama, tidak mau tau pokoknya ntar malam kamu pulang!"

" mama , mau kenalin kamu sama anak teman mama." Suara mama Vera terdengar memaksa.

" Gak mau, ah..kalau di jodoh-jodohin,"

Mata Adrian melirik ke arah Bayu yang sejak tadi tersenyum mengejek ke Adrian.

" Bukan jodohin Adrian , kan bisa pendekatan dulu." Suara mama Vera masih terdengar memaksa.

" Gimana, nanti aja deh ma, Adrian sibuk udah dulu ya..ma" terdengar suara malas menanggapi ibunya.

Adrian menutup telepon milik nya menyudahi pembicaraan dengan ibunya.

" Apa lihat-lihat?" Adrian menatap kesal ke arah Bayu.

Bayu hanya tersenyum menanggapi kekesalan Adrian.

" Oh ya, bro ntar malem kita akan menghadiri pesta peresmian proyek baru milik Sudirja Corporation."

"Kabarnya, anaknya akan pulang dari luar negeri mau membantu untuk mengembangkan bisnis papanya." Ujar Bayu bersemangat .

" Dari mana kamu tahu?" Tanya Adrian menyelidik.

" Jonathan yang bilang semalam di kelab" jawab Bayu melirik ke arah Adrian.

" Apa kita ada undangan.?" Tanya Adrian.

"Iya " jawab Bayu singkat.

Lalu Bayu menjelaskan ada penandatanganan kontrak kerja.

Adrian menyimak semua pembicaraan Bayu dengan serius Sudirja Corporation adalah perusahaan besar anak perusahaan sudah berkembang di beberapa daerah dan luar negeri. Bayu pun menjelaskan setelah empunya perusahaan meninggal beberapa puluh tahun yang lalu sekarang yang mengelola adalah kakaknya.

Untuk sesaat Adrian termenung mendengar penjelasan Bayu.

"Bay.., hubungi mama batalkan pertemuan nanti malam , bilang kita ada pekerjaan penting!" Suara Adrian memberikan perintah.

Bayu mengerutkan dahinya heran menatap ke arah Adrian.

" Beneran kita akan berangkat kesana" Bayu bertanya ke Adrian untuk memastikan.

" Hem" Jawab Adrian dingin.

" Baiklah, aku akan mengurusnya."

Bayu pun bangkit dari tempat duduknya lalu pergi meninggalkan ruangan Adrian.

Adrian duduk di kursi kebesarannya,kepalanya ia sandarkan di kursi pikirannya melayang beberapa bulan yang lalu mamanya menceritakan rekan kerja bisnis papanya yang meninggal karena kecelakaan. Sudirja Corporation dan Dharmawangsa dulunya adalah rekan bisnis bersama mengembangkan perusahaan karena ada masalah akhirnya mereka berjalan masing - masing.

Adrian mengangkat gagang telepon di depannya lalu memencet no sehingga terhubung.

" Pak Ismail, tolong datang ke ruangan saya sekarang !"

"Baik tuan." Jawab suara di seberang telepon.

Adrian meletakkan gagang telepon menyudahi pembicaraannya.

Tok…tok..

" masuk."

"Pak Ismail, tolong cari berkas-berkas yang lama perusahaan kita yang bekerjasama dengan milik Sudirja"

perintah Adrian dengan pak Ismail.

" Baik tuan, itu saja tuan.?

" Hem"

Jawab Adrian hanya berdehem.

Pak Ismail bangkit dari duduknya lalu pergi meninggalkan ruangan Adrian.

Tak berapa lama Adrian menunggu terdengar ketukan dari arah pintu.

"Masuk"

Pintu terbuka muncul Bayu lalu duduk di depan Adrian.

" Bro, kamu harus memberi penjelasan sama tante Vera bro.."

" Tante Vera , marah besar kamu membatalkan pertemuan makan malam " ujar Bayu lesu menatap Adrian.

Belum sempat memberi penjelasan dengan Bayu terdengar pintu ruangan Adrian diketuk beberapa kali.

"Masuk."

"Maaf tuan, ini berkas yang anda minta"

pak Ismail menyodorkan beberapa map berwarna biru di atas meja Adrian.

" Terimakasih pak Ismail , anda boleh pergi" Adrian menanggukkan kepala.

"Apaan ini bro"

Bayu menatap lekat map berwarna biru yang bertuliskan

'SUDIRJA CORPORATION ' dan ' DHARMAWANGSA CORPORATION'

"Ini kan berkas lama"

Bayu membuka map dan mulutnya komat kamit membaca berkas di hadapannya.

Adrian hanya diam memandangi sepupunya membaca berkas di depan nya. Lalu Adrian meraih benda pipih di depan nya dan menghubungi seseorang.

Telepon pun tersambung.

" Jo, aku ada tugas untuk mu"

" Selidiki perusahaan milik Sudirja corporation" suara Adrian memerintah orang di seberang telepon tanpa basa basi.

" Baik Bos , sekarang Bos ." Jawab Jonathan di seberang telepon.

" Tahun depan! "ya ..sekaranglah" Adrian meletakkan telepon menyudahi pembicaraan.

" Untuk apa , kamu menyelidikinya.?" Bayu mengerutkan dahi bertanya dengan Adrian .

" Nanti juga kamu akan tahu"

Jawab Adrian dengan muka datar.

Adrian orang yang sangat irit bicara dia adalah orang yang sangat tegas dan ditakuti pekerjanya sikapnya yang berkharismatik dan dingin ini lah pekerjanya memberikan julukkan ' penghuni kutub selatan'.

Hanya Bayu yang bisa berkomunikasi konyol dengan Adrian karena mereka dari kecil hingga dibesarkan bersama jadi sudah tahu bagaimana dia bersikap dengan Adrian.

****

"Tolong tuan, lepaskan saya." Rintih Alya memohon untuk dilepaskan.

Keempat orang itu hanya diam tak menghiraukan permintaan Alya. Di dalam mobil mereka hanya saling pandang satu sama lain.

" Tuan, saya mau dibawa kemana?" Alya bertanya kepada keempat orang tersebut.

"**-tapi tuan."

Alya berusaha bertanya sekali lagi.

" Diam! gak usah banyak bicara!"

Suara bariton salah satu dari mereka membentak Alya.

Diam. Alya memperhatikan sepanjang jalan menoleh ke kiri dan ke kanan berusaha mengingat ke mana arah mobil melaju.

Pasrah .kemana nasib akan membawa nya pergi di dalam hati ia berdoa berharap ada yang menolongnya. Mau berteriak hal yang tak mungkin ia lakukan.

Selama perjalanan di dalam mobil hanya diam . Sesekali dari mereka berbicara lewat telepon Alya hanya melirik dan memperhatikan matanya ke arah mereka , Alya memperhatikan penampilan mereka yang seram badan besar yang penuh tato.

Entah sudah berapa lama di perjalanan Alya pun bagun mata nya berotasi keliling memandangi di sekitar dia menemukan dirinya sudah tiba di sebuah gedung bangunan tua .

"Aku dimana?" Alya bergumam.

Berusaha mengumpulkan kesadaran nya dia menggosok-gosokkan mata dengan tangannya.

"Ayo turun!" Jangan coba- coba untuk kabur." Ujar Baron dengan nada mengancam.

Alya pun turun dari mobil mengikuti langkah mereka hingga tiba di sebuah ruangan pengap hanya lampu pijar sebagai penerang.

" Masuk!"

Alya di dorong masuk ke ruangan kamar yang dimana disana sudah ada enam orang gadis sedang duduk ketakutan mereka memandangi Alya .

Jedarrr

Pintu pun tertutup dan dikunci dari luar.

Alya berjalan menghampiri mereka.

"Maaf, kalian juga apa dijual dengan orang tua kalian.?" Alya bertanya dengan mereka yang duduk berhimpitan.

" Aku disini karena dijadikan jaminan bapakku huu…huu.." tangis gadis umurnya berkisar enam belas tahun itu.

"Nasib yang sama, aku pun sama." Alya menimpali temannya bicara.