Di depan rumah yang mewah dan megah di desain bak istana itu dipenuhi mobil pelayat yang datang dari tetangga, keluarga , kerabat dekat dan rekan- rekan bisnis keluarga Sudirja Corporation.
Kabar meninggal nya keluarga Sudirja menyebar dengan cepat.
"Pastikan penjagaan yang ketat dan jangan sampai awak media meliput ."
Anton memberikan perintah kepada anak buahnya, beberapa orang yang diperintahkan menganggukkan kepala tanda mengerti.
Setelah pemakaman Bram dan Anita semua pelayat meninggalkan tempat tersebut satu persatu berpamitan dengan oma Yana .
Oma Yana mematung memandangi dua onggokan tanah merah yang diatas ya bertaburkan bunga.
Terdengar tangisan Alya kecil meronta di gendongan Maria, yang ikut ke pemakaman orang tuanya.
"Ayo , kita pulang ma, biarkan Bram dan Anita beristirahat dengan tenang." Burhan membujuk ibunya yang masih berdiri di onggokan tanah kuburan Bram dan Anita.
Burhan adalah kakaknya Bram dia anak angkat di keluarga Sudirja.
"Kasihan Alya ma." Burhan masih membujuk ibunya.
Akhirnya oma Yana luluh juga melihat Alya yang menangis.
Beranjak pergi meninggalkan pemakaman di iringi mobil pengawal di belakangnya.
***
***
Kematian Bram dan Anita membuat oma Yana tidak bisa memejamkan mata. Membuka album photo dimana Bram yang masih kecil berpose sangat manja di gendongan Yana.
Tatapan Yana jauh melayang bayangan dimana dia menikah dengan Angga Wijaya Sudirja.
Di perjalanan pulang bulan madu dari puncak , disaat mobil berhenti di lampu merah tatapan Yana tertuju dengan bocah yang menangis dibawah tiang lampu merah .
"Mas, aku turun ya.." Tangan Yana menunjuk ke arah bocah menangis itu.
"Hati -hati sayang" Angga menganggukkan kepala tanda setuju kepada istrinya.
Yana membawa masuk ke dalam mobil anak tersebut . Mobil melaju membelah keramaian kota.
" Kita, berhenti disini mas." Tangan Yana menunjuk ke arah taman kota.
Mobil pun menepi di parkiran taman kota.Setelah memastikan aman dan menutup dan mengunci pintu mobil.Mereka berjalan mendekati penjual makanan .
Yana memesan beberapa makanan.Tak lama menunggu makanan pun tersaji di hadapannya.
Dengan lahap bocah itu memakan makanan yang di depannya. Yana memandangi anak itu memindai dari atas sampai kebawah, tubuh yang dekil dan compang camping benar - benar tidak terurus.
" Tante antar pulang, ya" Tawar Yana ke bocah itu.
Anak itu hanya menggelengkan kepala.
"Kenapa.?" Tanya Yana lagi.
"Takut tante, takut di pukuli." Jawab bocah itu.
Jauh di lubuk hati Yana sangat kasihan melihat bocah itu. Sedang dia sendiri sangat mendambakan seorang anak dari hasil pernikahannya dengan Angga Wijaya Sudirja.
Setelah mempertimbangkan Yana dan Angga Wijaya Sudirja ia memutuskan mengadopsi anak tersebut dan memberikan nama Burhan.
Hingga lengkap sudah kebahagian Yana dia juga dikaruniai seorang anak laki-laki.
**
**
Gubrakk….
Terdengar dari kejauhan seseorang sedang membanting pintu.
Oma Yana terperanjat suara keras dari luar mengejutkannya dari lamunan nya.
"Siapa malam - malam begini yang masih belum tidur."
Dia melirik jam dinding tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 02.30 . Bergegas dia bangun dari tempat tidurnya. Meraih gelas untuk minum, akan tetapi gelas di sana hanya berisi seperempat air. Akhirnya oma Yana berjalan menuju dapur.
Langkah nya pun terhenti di saat dia melewati ruang kerja Burhan. Samar-samar terdengar seseorang sedang berbicara.
"Dasar bodoh, kenapa tidak kau lenyapkan sekalian anak itu."
"Dia akan menjadi penghalang ku untuk kedepan nya tolol..!" Burhan berkata dengan nada kesal emosinya meledak-ledak.
" Nyonya," suara Anton lirih
Dia memberi isyarat kepada oma Yana agar tidak bersuara. Lalu berjalan menuju sebuah ruang baca yang dimana biasa mereka membicarakan hal- hal penting.
"Apa.?"
Oma Yana terperangah setelah Anton menceritakan hasil penyelidikan dari kantor polisi bahwa kematian Bram dan Anita adalah kecelakaan rekayasa karena rem blongnya sengaja di putus agar tidak berfungsi. Disini dia menarik kesimpulan bahwa pelakunya adalah orang dalam.
Beberapa kali Anton memergoki Burhan berbicara dengan orang yang tak ia kenal.
Hancur sudah berkeping - keping hati Yana setelah tahu bahwa pelakunya adalah Burhan anak angkat dia besarkan selama ini. Karena belum ada bukti maka polisi tidak bisa menangkapnya.
Anton memberikan saran kepada oma Yana agar menjauhkan Alya dari rumah ini karena tidak aman .
"Jaga dia baik-baik, Maria."
" Dan ini, berikan kepada pak Paris hutapea" oma Yana memberikan tas hitam yang berisi surat -surat penting.
Dengan bercucuran air mata Oma Yana melepaskan kepergian cucunya. Karena pewaris Sudirja harus ia selamatkan dari orang - orang selalu ingin mencelakainya.
***
***
" Apakah kau masih ingin bungkam!"
Dengan nada kesal Baron berkata.
Baron yang sudah berdiri di depan pintu kamar mengejutkan Alya dan Maria seketika mereka menoleh ke arah sumber suara tersebut.
"Pergilah ke kamar mu Alya." Titah Maria menatap ke arah Alya.
Alya pun menuruti perintah ibunya.
"Bukankah sudah ku katakan mas, aku tidak memegang berkas-berkas yang kau pinta, geledah lah rumah ini dimana menurutmu aku menyimpannya." Maria berkata dengan suaminya dengan nada yakin.
" Hah..percuma, bicara dengan mu." Baron berdecak kesal.
"Kau masih mau melindungi anak itu kan!"
"Baiklah kau akan menyesal telah melindunginya selama ini"
"Iya, karena dia amanah bagiku mas,?" Maria menjawab perkataan suaminya dengan nada sinis.
" Kejutan …" aku pulang.."
" Bapak , ibu.." terdengar suara memanggil dari arah luar .
"Itu kan , Puspa" Baron beranjak pergi meninggalkan Maria di kamarnya.
"Wah…anak kesayangan bapak pulang" Baron merentangkan kedua tangannya menyambut kedatangan putrinya.
Puspa berlari menghambur ke arah Baron dan membenamkan dirinya ke dalam pelukkan bapaknya.
"Kangen.." lirih puspa dalam pelukan bapaknya.
"Kenapa , tidak memberitahu bapak kalau mau pulang." Baron mengusap pucuk kepala putrinya.
" Kalau dikasih tahu nama nya bukan kejutan dong…" puspa mengerucutkan bibirnya.
"Dimana, ibu pak.?" Puspa melepaskan pelukan nya dan menanyakan keberadaan Maria.
Tak lama keluar Maria dari kamarnya setelah menghapus air matanya dia menetralkan napasnya. Menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya ke
udara.
"Ibu.."
Puspa menghampiri ibunya yang sudah berdiri tak jauh dari nya dan memeluknya.
" Baron …Baron…"
" keluar kau!"
Terdengar suara teriakan dari luar rumah memanggil .
Baron pun keluar menuju ke arah suara, di mana di sana sudah berdiri empat orang berbadan tegap dan wajah yang sangar menatap Baron dengan tatapan buas .
"Bondan" lirih Baron
"Iya, aku mana janji mu akan melunasi hutang - hutang mu"
Bondan membentak Baron yang berdiri di ambang pintu rumahnya.
Bondan dan antek - anteknya adalah orang suruhan bos Marco untuk menagih janji bahwa hari ini dia akan melunasi hutangnya.
"Tunggu, tunggu disini."
Baron berjalan menuju masuk ke dalam rumah.
Tak lama Baron keluar tanganya mencengkeram lengan Alya.
"Lepaskan, pak "
Alya menangis ketakutan memohon untuk dilepaskan.
"Ini , ini sesuai janji ku "
"Katakan,dengan bos Marco aku menagih balik janji nya "
Baron melepaskan cengkeramannya lalu menghempaskan kasar Alya ke arah Bondan. Dengan sigap anak buah Bondan menangkap tubuh mungil Alya.
" Tidak , tolong jangan bawa dia "
Maria meraung menangis memohon dengan suaminya untuk tidak membawa Alya untuk dijadikan jaminan
"Kamu tega, kamu jahat mas"
" Alya…"
Teriak suara Maria memanggil
Dengan berderaian air mata
suara serak Maria memanggil Alya.
" Kamu kejam, tidak punya hati"
Maria menangis sejadi -jadinya memohon kepada suaminya agar tidak membawa Alya pergi.
"Ibu..tolong Alya.."
Alya merintih menangis meronta dilepaskan .
Dengan kasar anak buah Bondan menyeret Alya memasukkan kedalam mobil .
"Jalan!"
Bondan memerintahkan anak buahnya untuk mengemudikan mobilnya.
"Tolong mas, jangan begini"
Maria menangis pilu memegangi kaki Baron yang berdiri memohon untuk mengembalikan Alya.
"Percuma ,sudah terlambat kau menangisinya."
"Bukankah,sudah kukatakan kau akan menyesalinya."
Baron berlalu pergi tak memperdulikan tangisan Maria mengibaskan kaki yang dipegangi Maria.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments