17. Pengecut

...***...

...“Gue pengecut, setelah apa yang terjadi gue lakukan, gue gak berani bertanggung jawab dan malah melarikan diri.”...

^^^-Alena Diandra^^^

...***...

...Happy reading! Jangan lupa like...

"Maapin gue, gue gak ada hubungannya sama temen lo itu. Sumpah!" rengek Alena.

Gadis itu sudah ketahuan bahwa pura-pura pingsan, dia langsung bangun kala lelaki itu mengancamnya. Enak saja kalo dicium, mending ketahuan dari pada dicium. Ah beda lagi kalo sama gebetan ya kan?

"Ma-apin?" beo lelaki itu. "Setelah apa yang lo lakuin sama pernikahan gue, lo nyuruh gue maapin?" terlihat sekali lelaki itu menahan marah.

Alena menunduk, lalu mengangguk pelan. "Ck, dasar bodoh!" umpatnya.

Mana Alena yang selalu berani dan kasar pada laki-laki, mana Alena yang tidak takut sama sekali. Kenapa Alena sekarang sangat takut dan lemah, apa lelaki ini jauh lebih galak dibandingkan dirinya?

"Maapin gue, gue ngelakuin ini demi sabahat gue yang pernah lo sakiti dulu!" syukurlah Alena yang berani datang kembali, enak saja kalo dia disebut bodoh, padahal sudah meminta maap tapi kenapa lelaki itu sangat kasar?

Alena benar-benar bodoh! Bagaimana mungkin seseorang mengikhlaskan pernikahan yang ditunggu-tunggu bersama sang kekasih?

Garis bawahi, Alena pantas dibilang bodoh.

"Nyakitin sahabat lo?" ulang lelaki itu.

Alena mengangguk kini berani menatap lawan bicara. "Maka dari itu gue mau balas dendam! Rasa sakit yang dia terima, gak sebanding dengan rasa sakit lo sekarang! Dia pas lo putusin nangis, tapi lo? Setelah gue rusakin pernikahan ini, lo cuma marah gak jelas, gak menangis sama sekali, gak sedih karena pernikahan lo hancur!" Alena mengeluarkan unek-uneknya selama dijalan, lancar sudah.

Kenzo menarik napas panjang, jangan emosi. Ck, lagian Alena, sungguh bodoh berbicara seperti itu, mana ada orang yang tidak sedih karena pernikahannya hancur kecuali terpaksa. Eh tunggu, apa dia juga terpaksa ya?

"Lo pikir gue gak sedih, hah? Gue sedih gadis bodoh! Gue marah karena gue gak mau menangis, gue gak mau disebut cowok lemah!" balasnya. "Dan apa tadi, mutusin? Inget ya, gue gak pernah mutusin sahabat lo, tapi sahabat lo yang mutusin gue!" lanjut Kenzo terlihat mimik kaget Alena.

Alena mencari kebohongan dari lelaki itu, tapi tidak ada. Dia ingat betul, karena Hanna yang memutuskan mantannya. Jadi dia tidak salah orang? Alena meringis, membayangkan bagaimana Hanna menikah dengan lelaki emosian seperti Kenzo, pasti Hanna terus dimarahi.

"Sekarang adilkan? Lo tersakiti dan sahabat gue tersakiti. Jadi mulai sekarang kit— lo sama gue gak ada hubungan lagi," ucap Alena. "Permisi, gue mau lewat." akhirnya gadis itu menyudahi perdebatannya secara bijak semata, hanya dipikiran Alena saja bahwa dirinya bijak.

Kenzo mencengkram kuat tangan Alena, membuat gadis itu kesakitan seperti di depan para tamu tadi. Mendorong Alena untuk kembali duduk pada kursi rias dengan paksaan, tentu saja Alena memberontak. Dia ingin pulang!

"Lupa kalo lo hamil anak gue?" tanya Kenzo membuat Alena menelan ludah kasar. "Apa jangan-jangan lo pura-pura hamil, biar menarik perhatian tamu undangan gue?" tanyanya lagi membuat Alena kegelapan.

Kenzo mencengkram pipi Alena, lalu menghempaskannya. "Lo harus ganti rugi atas semua yang menimpa gue!" lanjut Kenzo.

Alena mengangguk, lebih baik dia mengganti semua kerugian lelaki itu dari pada menikahi dengannya. Dia akan bekerja demi membayar semua kesalahan yang diperbuat sekarang, gadis itu menyemati dirinya sendiri dalam hati.

Semangat, lo pasti bisa Alena! Gini doang mah gampang!

"Baiklah, gue akan mengganti semua kerugian yang menimpa lo!" jawab Alena terdengar alay. "Sebutkan berapa kerugian lo, biar gue bayar." sambungnya, kali ini terdengar sombong.

Kenzo terkekeh, membuat Alena mengerutkan alis. "Gue gak butuh uang lo!" jawab Kenzo.

"Terus?"

"Gue cuma butuh lo buat gantiin posisi calon istri gue!"

Alena berdiri, menggeleng keras. "Gak, gak mau gue!" tolaknya kasar. Astaga padahal tadi menyuruh lelaki itu tanggungjawab, gimana si Alena. Ah kenapa jadi inget Lala ya, gimana si kak Alena ada-ada saja.

"Tapi tadi lo maksa gue buat tanggungjawab!"

"Gue gak maksa, Kenzo!"

"Gue lebih tua dari lo, jangan manggil gue nama!"

Alena menatap Kenzo. 'Gak ada tanda-tanda tua, malahan ganteng, batinnya.

Alena mengeleng, membuang pikirannya jauh-jauh tentang lelaki itu. "Pokoknya gue gak mau nikah!" keukeuh Alena.

"Tapi katanya lo lagi hamil!"

"Ee-"

Perkataan itu membuat Alena diam, tidak berani menyebut kalo dia tidak hamil. "Gue perlu izin dari kedua orang tua gue," lirih Alena, setelah itu dia melotot apa-apaan dengan dirinya. Mengapa dia mengatakan seperti itu, habislah sudah. Alena akui dirinya memang bodoh dan juga ceroboh, mungkin. Aish sadar diri napa.

"Gue hargai keinginan lo," lelaki itu pergi meninggalkan Alena, sebelum benar-benar pergi dia berkata. "Jangan coba-coba lo kabur dari gue, sejauh apapun lo pergi gak akan gue lepas!" setelah mengatakan itu, Kenzo langsung keluar membuat Alena menghela napas lega.

Persetan dengan ancaman yang dilontarkan Kenzo, Alena langsung mencari ponselnya dan menghubungi seseorang.

'Halo?'

"Hanna! Tolongin gue," lirih Alena ketika mendengar suara Hanna dari seberang.

'Lo kenapa? Tolongin apa, hey?' terdengar suara panik Hanna, ketika mendengar Alena seperti ingin menangis.

"Mantan lo Hanna, nanti gue jelasin pokoknya tolongin gue dulu, bantu gue keluar dari tempat ini." lanjut Alena kini menangis.

'Di mana?' kini bukan suara Hanna, tetapi suara lelaki. Alena mengingat siapa pemilik suara itu, mana mungkin Reyhan.

'Alena lo masih di sana?'

Ah ternyata Afgan, Alena membuang jauh-jauh pertanyaan mengapa Afgan bisa bersama Hanna, yang jelas mungkin kuliah. Sekarang pokus keluar dari bangunan yang bikin sesak karena nikah.

"Kak Afgan tolongin gue, gue tunggu di depan yang tak jauh dari jalan raya. Soal alamat tanya Hanna, dia tahu di mana tempat nikah mantannya." setelah mengatakan itu, Alena langsung mematikan telepon bergegas kabur. Matanya menyapu mencari jalan keluar, keuntungan berpihak padanya.

Gadis itu langsung membuka jendela, walaupun tingginya lumayan tapi Alena harus berani mengambil resiko. Tas selempang ia genggam dengan kuat, menyalurkan kekuatan untuk meloncat untung Alena tidak punya Acrophobia atau fobia ketinggian, kalo punya tamatlah sudah.

Alena mengambil ancang-ancang untuk meloncat, menutup mata agar tidak merasakan sakit. Gadis itu meringis kala mendarat dengan tidak aesthetic, di mana kaki nya tidak kuat menahan beban tubuh lalu ambruk ke tanah berumput.

Tanpa kata, dia langsung bangun dan berlari menahan linu di kakinya. Sekarang nyawa lebih penting dibanding rasa sakit di kaki. Alena menelpon seseorang, ternyata Afgan baru saja sampai ditempat yang Alena inginkan. Alena pikir pasti Afgan membawa mobil dengan kesetanan, khawatir pada dirinya.

"Kak Afgan!" Alena langsung memeluk Afgan dari belakang, ketika melihat Afgan yang sedang sibuk mencari keberadaannya.

Afgan memutarkan tubuhnya agar leluasa memeluk Alena. "Ayo pergi, nanti dia datang terus ngurung lo lagi." lelaki itu membawa Alena masuk ke mobilnya.

"Lo gak papa?" tanya Afgan khawatir, terlihat sih dari wajahnya.

Alena mengeleng. "Gak papa, untung Kak Afgan datang lebih awal. Coba kalo engga duh habis lah diri ini," cerocos Alena, Afgan tersenyum.

"Emangnya kenapa si? Ko bisa sampai dikurung?" tanya Afgan mulai penasaran.

"Nanti aja ceritanya kalo ada Hanna," jawab Alena. "Eh, Kak Afgan ko bisa bareng Hanna, Reyhan ke mana?" tanya Alena.

"Tadinya gue mau kerja kelompok sama Reyhan, baru aja dateng. Tiba-tiba Hanna keliatan panik, gue nanya ke Hanna dan ternyata itu lo lagi butuh bantuan. Yaudah gue rebut tuh hape, dari pada banyak omong mending langsung nyamperin. Gue pikir lo bohong, ternyata beneran." jelas Afgan sesekali menatap Alena yang menatap dirinya.

"Lo tau sendiri kan, Kak. Hobi gue ngerusakin hubungan orang,"

Afgan menatap Alena. "Jangan bilang lo—" belum juga selesai bicara, gadis itu memotongnya.

"Iya, Kak. Gue rusakin pernikahan dia," jawab Alena lesu. "Dia nyuruh gue buat minta ganti rugi, dia pengen gue nikah sama dia. Tapi ini juga salah gue si, dari awal gue teriak minta tanggung jawab." sambung Alena membuat Afgan menghentikan mobil, untung jalanan lumayan sepi.

"Lo gila? Lo baru lulus SMK tiga bulan yang lalu, Na. Masa iya lo mau nikah aja,"

"Gue gak nerima loh, Kak. Makanya gue kabur, gue gak mau nikah muda." Alena membuang muka ke keluar, malu karena ditatap oleh Afgan.

Afgan mengusap surai hitam Alena, menatapnya penuh sayang. "Lo udah dewasa, seharusnya rubah perilaku buruk itu." ucap Afgan yang dianguki Alena.

"Sekarang jangan dulu ketemu sama Hanna ya, mending pulang rilekskan dulu pikiran lo." sambung Afgan, menghidupkan kembali mesin mobil.

"Makasih, Kak. Nanti aku jelasin ke Mama sama Papa, biar dapet saran." ujar Alena yang dianguki Afgan.

***

Alena menatap kepergian Afgan, dirinya sudah sampai di halaman rumah. Setelah keberadaan Afgan tidak ada, dia langsung masuk sembari menarik napas panjang melangkahkan kaki ke dalam rumah.

Sepi

Begitulah keberadaan rumahnya, kedua orangtuanya itu masih bekerja. Nanti sore baru pulang, mereka tidak gila akan pekerjaan, masih ada rasa tanggung jawab sebagai ayah dan ibu untuk kedua anaknya.

Entah yang keberapa kali Alena menghela napas, jati diri sebagai perusak hubungan orang hilang entah kemana. Mungkin mulai sekarang dia akan berhenti menganggu orang yang pacaran, memang karma intan ya.

Dia merongoh sesuatu, di tas selempang. Mencari nama seseorang untuk dihubungi. Tidak, Alena tidak berani untuk menelpon Karin, dia akan mengirimkan pesan saja.

Maa, adek mau nikah muda, izinin ya wkwk

Begitulah pesan yang dikirimkan Alena pada Karin, bukan berarti dia menerima tawaran lelaki itu. Hanya saja dia jaga-jaga takutnya lelaki itu menemukan dirinya dan memaksa untuk menikah dengannya.

...***...

...™...

...Tidak ada kata-kata buat merangkai di akhir cerita hehe...

...Jangan lupa like, share and komentar ceritaku!...

...ADA YANG MAU NGASIH CATS TOKOH?...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!