AGEN PENANGKAP ROH

AGEN PENANGKAP ROH

Bab 1

[ KELUARGA ANI ]

Berbaring diatas kasur dengan malas-malasnya sambil memainkan ponsel.

"Hei bisakah rambutmu tidak mengganggu wajahku sebentar saja! Huhhff!" bentak Ani kepada seorang arwah gadis yang suka bergelantungan di atas dinding langit kamar dengan rambutnya terurai panjang sampai menyentuh wajah Ani.

"Hihihi kau terlihat murung dari tadi, aku ingin menghiburmu dan bermain dengan mu hihihi." jawab gadis arwah itu kepada Ani.

Beberapa tahun lalu penglihatan Ani mengalami minus dan sekarang minusnya semakin berkurang hingga ia bisa melihat jelas akan sosok makhluk tak kasap mata di sekitar dirinya. Awalnya Ani takut sampai demam seminggu. Tetapi seiringnya waktu terus berjalan, Ani mulai terbiasa dengan hal itu. Sampai teman-teman Ani menganggapnya seperti orang yang suka berhalusinasi dengan berbicara sendiri. Padahal Ani berbicara dengan arwah-arwah orang mati yang tidak jelas berkata kepadanya seolah-olah mereka mengeluh atas kematian mereka. Tetapi Ani tidak bisa berbuat apapun dan hanya mendengarkan cerita kematian mereka. Sudah menjadi nasip dan takdir untuk mati dengan kondisi seperti apa dan dimana.

"Kau tidak paham sama sekali." Ani pun bangun dan duduk dengan memeluk bantal.

"Aku sudah melamar pekerjaan di perusahaan manapun tetapi tidak ada panggilan. Bahkan melamar di mall toserba pun tidak ada lowongan urggggghh." Ani memeluk erat bantal dan menggigitnya.

"Ya ampun... kau sangat lemah seperti orang berputus asa. Aku merasa kasihan kepadamu. Aku bisa membantumu mencari pekerjaan tapi kau tidak mau." arwah gadis itu meledek Ani sambil melayang terbang di udara.

"Shut uppppp!! " Ani melempar bantal ke hantu gadis itu.

"Membantu katamu?? Yang ada kau menakuti semua orang! Dan menganggap aku seperti orang idiot yang sedang bercosplay hantu!" sangat menjengkelkan ketika Ani mengingat tempo minggu lalu melamar kerja ke sebuah perusahaan ponsel. Hantu itu menyamar menjadi pelamar kerja bersama Ani tetapi dandanan di wajah hantu itu masih saja terlihat pucat menyeramkan bagaikan hantu. Dan itu mempengaruhi Ani sampai gagal interview.

"Hahhaha maaf maaf namanya juga hantu, sudah pasti berwajah seperti itu." tertawa juga si hantu ini pada Ani.

"kau! Kau yaaa...! Aku tidak akan membiarkan mu tinggal di kamar kuu!" Ani berdiri diatas kasur lalu melompat untuk menangkapnya.

"Brukkk! Debuk!"

"Aaa.. sakitt...." Ani terkapar jatuh ke bawah lantai. Hantu itu tidak bisa di tangkap bagaimanapun juga oleh Ani. Mereka makhluk bebas dan suka berbuat sesuka hatinya.

"Ani! Ani....!" terdengar suara Mamah memanggil Ani.

"Tuh Mamah panggil kamu." ucap hantu gadis ini kepada Ani. Ani pun langsung bangun dan keluar dari kamar.

"Iya Mamah aku dengar kok, ada apa Mah?" Ani menggaruk-garuk kepala berjalan mencari suara Mamah. Melihat Mamahnya di dapur yang sedang memotong sayur.

"Nanti jangan lupa sore jam 4 jemput adek kau di sekolah." Mamah menyuruh Ani untuk menjemput adek laki-lakinya di sekolahnya.

"Iya iya deh, aku takkan lupa kok." jawab Ani.

Sebenarnya dirumah ini hanya ada tiga anggota keluarga. Ani, Hendri si adek laki-lakinya dan Mamahnya. Papah Ani sudah lama tiada sejak 8 tahun yang lalu karena melaksanakan tugas pekerjaan. Papah Ani bekerja sebagai polisi detektif. Namun terjadi suatu kejadian pada menimpa Papah Ani. Suatu hari pada malam hari Papah Ani mendapat panggilan mendadak dari kantornya. Papah Ani mendapatkan kabar untuk lembur kerja pada malam ini dan akan sedikit pulang telat. Mamah Ani pun memahami pekerjaan suaminya. Keesokan harinya, Papah Ani belum memberi kabar kepada keluarga. Ani berpikir mungkin Papah Ani sangat sibuk dan mendapat tugas banyak. Akhir-akhir ini sering terjadi penculikan gadis remaja dan berakhir di bunuh di daerah kota. Kondisi itu membuat semua orang menjadi resah. Ani pernah tidak sengaja mendengar pembicaraan Papah bersama atasannya dalam telponnya. Terlihat Papah begitu emosi atas ucapan atasannya. Sebegitukah Papah mendapat pekerjaan yang berat sampai mengeluar emosi yang belum pernah Ani lihat seumur hidupnya. Tetapi Ani berpura-pura tidak mendengar apapun dan bersikap seperti biasanya ketika ia bersama Papahnya.

Sampai hal yang tidak pernah terduga oleh keluarga Ani. Datanglah musibah menimpa di dalam keluarga tersebut. Saat Papah Ani lembur kerja dan tidak ada kabar kapan dia akan pulang, terdengar telpon rumah berdering. Mamah Ani langsung menghampiri telpon itu dengan berharap telpon tersebut adalah kabar dari suaminya. Mamah Ani mengangkatnya dan mendengar suara berat seorang pria. Ternyata suara itu adalah rekan patner suaminya. Dia mengkabarkan bahwa beliau menghilang saat melakukan penyelidikan dalam tugasnya. Mamah Ani seketika langsung jatuh terduduk di lantai dengan menangis. Telponnya masih akhif dan terus terdengar suara pria itu dengan berbicara ia akan berjanji untuk mengungkapkan hilangnya Papah Ani kepada istrinya.

Tiba-tiba Ani menghampiri Mamahnya karena mendengar tangisan Mamahnya. Ani merasa ketakutan dan ikut menangis di pangkuan Mamahnya.

Mamah memeluk erat tubuh Ani dengan keadaan ia tengah mengandung. Selang beberapa hari, Papah Ani akhirnya ditemukan dalam suatu gedung kosong. Tetapi anehnya pada penemuan tersebut hanya ditemukan pakaian Papah Ani yang dikenakan saat dia bekerja karena panggilan dari kantor. Pakaian, senjata pistol, topi serta sepatunya saja yang tertinggal di TKP. Ani dan Mamahnya percaya pasti Papah masih hidup. Mungkin Papah di culik atau di bawa oleh penjahat. Mamah berusaha keras menyuruh seluruh orang di tempat kerja kantor Papah untuk menyelidiki dan mencarinya. Hingga sampai sekarang sudah terlewat 8 tahun dari kejadian tersebut, masih belum ditemukan dimana keberadaan Papah Ani saat ini. Hendri yang sudah makin tumbuh besar dan Ani yang sudah lulus dari perkuliahannya. Mamahlah yang menjadi tulang punggung di dalam keluarga tersebut. Mamah bekerja menjual kue dan cake di toko kecil milik mereka tepat di samping rumahnya. Ani berpikir bahwa dirinya harus mendapat pekerjaan agar Mamah tidak lelah mencari uang.

"Mah, aku pergi dulu ya. Udah mau jam 4 nih." sembari Ani kenakan sepatu snikersnya dan memegang kunci motor.

"Iya, hati-hati loh, jangan ngebut ya. Awas kalo ngebut. Nanti Pak Joko marah lagi. Kasihan dia sudah tua." ucap Mamah.

"Hehhe iya mah okeee boss!" Ani membuka pintu rumah dan keluar untuk menjemput adeknya di sekolah.

Ani mengenakan helm dan kacamata helmnya. Ani mengendarai motornya dengan kecepatan stabil. Dari pertigaan depan rumah Ani, itu sudah terlihat jalan raya besar dan banyak orang menyebrang di jalan itu. Maka dari itu ada pos polisi lalu lintas. Pak Joko adalah Polisi Satlantas yang sudah bekerja lama sejak Ani kecil. Pak Joko membantu orang tua menyebrang jalan dan memandu arah kendaraan jika ada kemacetan. Dengan keadaan Ani yang suka ngebut di jalan raya membuat Pak Joko jengkel melihat Ani mengebut karena akan membahayakan bagi pengguna jalan raya. Apalagi Ani seorang wanita, sangat bahaya jika suka naik motor ugal-ugalan. Ani pun sampai di depan sekolah adeknya. Duduk di atas motor menunggu hendri keluar dari gerbang sekolah. Hendri sekarang sekolah dasar kelas dua. Dia anak nakal yang suka mempersulitkan Ani saat menjemput nya disekolah.

"Hendri! sudah ku bilang jangan kotori seragam!" teriak Ani pada Hendri yang sudah keluar dari gerbang.

"Apaan sih kak, namanya aja cowok sukanya main bola." Hendri menghampiri kakaknya dengan pede nya.

"Bahahahahwaha dia di marahi lagi." suara para temannya meledek Hendri.

"Kalian ya, besok aku tidak akan bergabung bersama kalian jika ada lomba sepak bola." kesal Hendri pada teman-temannya.

"Ettss sorry bro kita hanya canda haha, jaa... sampai ketemu besok teman." sapa teman Hendri. Hendri emanglah hobi bermain bola entah itu di sekolah atau di lapangan dekat rumah.

"Duhhh nanti Mamah marah gimana nih." sambil Ani rapihkan seragam identitas yang dikenakan Hendri dan Ani menghilangkan debu di celananya. Hendri hanya bisa tertawa pada kakanya dan Ani pun tidak bisa marah sepenuhnya kepada hendri karena dia satu-satunya laki di keluarga. Ani gegas menaiki motornya.

"Ayo naik, udah makin sore nih." ajak Ani kepada Hendri. Hendri pun naik ke motor dan mereka pulang ke rumah.

Terpopuler

Comments

Rian Cappuchino

Rian Cappuchino

Kak mampir yuk kenovelku.Judulnya "Ray stardust."

Kutunggu kedatanganmu.

Terima kasih

2021-01-30

2

Rosni Lim

Rosni Lim

Hadir lagi

2021-01-05

0

Susi Ana

Susi Ana

jempol hadir, ke karyaku yuk

2020-11-05

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!