Hampir 6 tahun aku menghindari semua kehidupan sosial yang dulunya aku punya, aku selalu menyingkir dari seluruh pembicaraan tentang masalalu, namun untuk saat ini aku tidak yakin apakah bisa aku melakukannya lagi? Tidak aku tidak menghindari karena aku sedih dengan masalalu ku tapi aku hanya merasa tidak pantas lagi untuk berada diantara itu. Sejak hari dimana aku melihat dunia ku hancur, sejak itu aku tidak sanggup lagi menata semuanya agar kembali ke tempat semula.
"Kenapa sih ini pada rame-rame, kok gaada yang bilang kalau disini ada acara sih?" Gumam ku saat langkah kaki ku hendak melangkah lebih dalam ke arah perumahan.
"Bella cepet masuk ke dalem" Seorang diantara gerombolan warga menegurku dengan tatapan iba. "Deg!" Tatapan kasihan,Bisik-bisik dari orang orang sekitar seolah berdengung ditelinga. Dengan langkah tergesah aku berlari sekuat tenaga untuk masuk lebih dalam kearah kerumunan orang-orang, belum sempat kakiku menginjak ubin teras aku harus merasakan perih di lututku akibat gesekan yang disebabkan aku yang gagal menyeimbangkan tubuhku. Dapat kulihat ada seseorang yang terbujur kaku di tengah tengah rumah dengan dikelilingi tangisan pilu oleh orang-orang, kakiku terayun untuk melihat apa yang sedang mereka lihat sembari hatiku bergemuruh menyangkal semua praduga yang terus berdatangan dikepalaku. "Apa ini?" Bahkan setelah melihatnya dengan mata kepalaku sendiri aku masih saja menyangkal seolah masih tidak percaya dengan apa yang ada didepanku saat ini "Ibu, Ayah kenapa?"pandanganku terarah pada wanita yang ada didepanku saat ini yang masih menunduk dan perlahan menatap kearahku dengan pandangan yang sangat rapuh. "Ayah kenapa disini?Ayah kenapa engga bilang kalau Ayah bakal pergi? Ayah kenapa engga nunggu Bella pulang dulu?"Tidak aku bahkan tidak bisa mengeluarkan air mata ku saat ini, seolah semua air mata dan kesedihan tidak akan sanggup lagi menggambarkan bagaimana aku saat ini.
Seolah masih berharap apa yang terjadi didepanku saat ini adalah mimpi aku masih terus berdoa agar secepatnya aku terbangun atau akan ada satu orang yang dapat membangunkan ku dari mimpi ini. Setelah seharian ini aku mengikuti proses pemakaman tanpa berkata apa pun, tanpa melakukan apapun selain berdiam sembari mengikuti arahan dari orang-orang dan tiba lah saatnya aku duduk di ruangan ini, ruangan yang tadinya penuh dengan isak tangis kini hanya tinggal aku sendiri dengan sepiring makanan yang ditinggalkan ibu sebelum mereka semua pergi mengurus hal-hal lainnya yang tidak mau aku mengerti.
Suara ketukan pintu terdengar beberapa kali dari luar sana namun tidak aku hiraukan, sembari merebahkan kepala di lipatan kaki aku dapat merasakan langkah kaki seseorang yang berjalan mendekat. "Hai Bel" Gumam orang itu dengan suara yang hampir tidak terdengar dan dengan perlahan aku mengangkat kepalaku untuk menatap lelaki yang ada didepanku saat ini. Tidak seperti tatapan yang aku terima seharian ini yang aku lihat hanya tatapan sendu dengan senyum tipis seolah mengatakan pada dunia 'Tidak apa Bella'. Seluruh air mata yang tertahan sedari siang seketika runtuh dan menyadarkanku bahwa semua ini memang benar terjadi dan aku tidak memiliki kesempatan barang sebentar saja untuk bangun dari mimpi buruk ini.
Rengkuhan erat darinya aku terima malam ini, untuk pertama kalinya aku menangis didepan orang ini, tanpa berkata apapun dia mengusap punggungku dengan hati-hati dan berkata 'aku disini Bel'. Entah bagaimana akhirnya yang aku ingat saat terbangun di pagi harinya aku kembali hancur dengan semua perubahan yang harus aku terima secara tiba-tiba dan tanpa aba-aba.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments