Anak Sakit Lagi.

Pada suatu malam, saat Rinda pulang dari pekerjaannya, menjadi seorang pelacur sudah berapa kali Barlin memintanya, untuk berhenti menjadi wanita malam. Namun Rinda tidak mau, dengan alasan hubungan mereka berdua takut diketahui oleh suami.

Malam itu sekitar jam dua belas malam, Aldi tiba-tiba terbangun dari tidurnya. Sedangkan Rinda baru saja membersihkan area tubuhnya sebelum lanjut tidur. Sedangkan suami pergi untuk main judi dan minum.

Aldi merasakan seketika kepalanya seakan ada goncangan luar biasa, menarik-narik denyut kepalanya dan seisi otaknya pada saat itu. Ternyata kanker otak sang anak kambuh lagi dan langsung terkapar jatuh kelantai.

Rinda yang sedang menghapus sisa-sisa make up, melihat Aldi jatuh langsung berteriak histeris berlari supaya bisa menangkap tubuh anaknya, supaya tidak mengenai lantai pada malam itu.

Namun sayang sekali, sigap siaga sang mama. Tidak bisa menyeimbangkan sang anak yang sudah lebih cepat gerakan badan mengenai lantai.

"Anakku ...," teriak Rinda memeluk anaknya dan mengangkat Aldi keatas tempat tidur dengan cepat, Rinda langsung memberikan pertolongan pertama dengan anak yaitu memasangkan oksigen yang sudah disediakan di rumah.

"Aldi, kamu jangan sakit, Nak." Air mata Rinda membanjiri kedua pipinya.

Karena hujan terlalu lebat, bahkan kondisi sudah malam. Rinda kebingungan untuk membawa anaknya ke rumah sakit, sebab Rinda dan sang suami belum mempunyai mobil.

Bahkan taksi dan go car pun menolak orderan dari wanita ini, melihat kondisi sudah larut malam dan hujan. Rinda menjadi kuatir sudah 10 menit selalu di cancel oleh Go car membuat ibu tiga anak ini, berpikir untuk menghubungi Barlin saja.

Barlin yang sudah tertidur, sempat tidak terdengar ada panggilan masuk dari wanita dicintainya. Namun seketika Barlin langsung terbangun, ketika ada 9 panggilan masuk yang berusaha menghubungi. Barlin melihat ada panggilan masuk dari Rinda, segera pria itu menghubungi kembali Rinda.

"Halo Rinda ...," sapa pria itu saat Rinda mengangkat nomor Barlin.

"Barlin tolonglah, Aku dan anak aku sedang sakit. Aldi tiba-tiba pingsan saat aku pulang bekerja, sebenarnya aku tidak mau merepotkan, tetapi sudah aku coba order Go car dan taksi, mereka menolak aku karena hari sudah larut malam." Riana menangis suaranya sangat getir, sebab sudah tidak bisa harus melakukan apa lagi, bahkan otaknya sudah buntu.

Barlin terkejut mendengar pengakuan Rinda pada saat itu, sempat terlintas dalam pikir Barlin, kemana sosok suami pergi pada malam itu? Mengapa tidak berada di rumah saat hari sudah larut malam.

Namun kondisi sedang genting. Barlin tidak mau bertanya yang pria ini pikirkan saat ini adalah menolong anak Rinda dan menolong ibu tiga anak ini.

"Aku akan ke sana, tunggulah, aku akan menyetir dengan laju kencang," kata Barlin tanpa banyak basa-basi, langsung mematikan panggilan telepon.

Barlin mengambil tasnya dan kunci mobil di laci. Dengan menggunakan baju kaos sangat tipis, dengan segera pria ini bergegas menuju kediaman Rinda berada. Pria ini tidak ingin anak Rinda terjadi sesuatu.

"Ayah tidak berguna? Percuma punya istri hanya didiami, saja!" guman Barlin kemarahannya memuncak.

Barlin memang tidak pernah merasakan menikah. Namun Barlin sangat peka dengan seorang wanita, pria ini tidak ingin wanita tersakiti dengan sikapnya. Namun pria ini berkeinginan untuk menemui Naufal tanpa sepengetahuan Rinda, ingin berbicara empat mata dengan pria itu.

Barlin melajukan mobilnya dengan kecepatan luar biasa, dua puluh menit Barlin tiba di Rumah Rinda. Langsung berlari mengendong Aldi ke mobil, sedangkan Rinda merangkul kedua putrinya.

Rinda tidak tega meninggalkan kedua putrinya di rumah. Barlin menutup pintu mobil saat semua sudah masuk, menyetir dengan pelan supaya tubuh Aldi tidak terguncang selama dalam perjalanan.

"Kamu tenanglah, Rinda. Jangan kuatir, pasti Aldi akan baik-baik saja," ujar Barlin menyakinkan Rinda, ketika melihat wajah Rinda pucat tak karuan. Seakan cemas dengan kondisi sang anak.

"Ya, Barlin. Terimakasih," jawab Rinda.

Rinda juga merasa bersalah, telah membangunkan kedua putrinya. Pada saat itu putrinya sedang tidur nyenyak dan terbawa mimpi.

Putrinya melihat kehadiran laki-laki lain yang membantu mama mereka. Lalu keduanya sedikit bingung, mengapa tidak ayah mereka yang berada di sini.

"Mama mana, Ayah? Mengapa ada Om ini di sini?" tanya anak nomor dua Rinda.

Barlin lalu menyapa kedua putri Rinda dan membalikkan badannya. Lalu membelai sejenak rambut putri kedua wanita itu dengan rasa kasihan.

"Perkenalkan nama Om adalah Barlin," jawab pria itu memberikan senyuman.

"Om Barlin siapanya, Mama? Om ini selingkuhan Mama?" tanya anak nomor tiganya selama dalam mobil.

Rinda langsung menatap tajam kepada anak nomor tiga. Tidak terima, bahwa anaknya menyebutnya sebagai selingkuhan.

"Yeslin ... Mama tidak pernah mengajari kamu tidak sopan ...!" teriak Rinda kepada Yeslin yang ngomong ketus.

"Maaf, Ma." Yeslin ketakutan saat suara mama bergemuruh kencang.

Akhirnya mereka diam sambil memeluk putranya yang sedang sakit. Sebagai ibu tentu ada keresahan, melihat putranya terkapar sakit. Anak sakit adalah ujian bagi ibu tiga anak ini.

Dirinya tidak bisa berkata apa-apa lagi, dirinya ingin anaknya sembuh. Andai saja tubuh ini bisa bertukar, mungkin Rinda akan memilih mengganti dirinya saja yang berpenyakitan jangan anaknya.

"Mama tidak mau kamu yang sakit, mama ingin mama yang sakit. Biarkan saja mama yang menggantikan posisi kamu," ucap wanita ini air matanya tiada henti mengalir dari matanya.

Barlin terkagum-kagum dengan Rinda, wanita itu mau mengorbankan segalanya. Untuk putranya, bahkan mengorbankan nyawanya wanita ini sanggup.

"Semoga saja Aldi cepat sembuh," sambung Barlin merasa iba.

"Terima kasih ...,"

Rinda membelai lembut rambut anaknya dengan lembut. Wanita ini menginginkan semoga Aldi sehat. Semenjak putranya sakit wanita ini sudah kehilangan gairah akan hidupnya.

Setiap hari wanita ini selalu menguatirkan kesehatan Aldi. Setiap hari dirinya harus berkecamuk dengan batinnya, menangis membayangkan suntikan dan operasi yang dilakukan oleh anaknya.

Kasihan melihat anak kecil harus merasakan suntikan dan operasi. Setiap hari pikiran wanita ini tidak bisa tenang, setiap hari wanita ini hanya berharap putranya bisa sembuh dari sakitnya.

Sesampainya di rumah sakit, mereka menunggu di ruang tunggu. Selama proses pemeriksaan, batin Rinda tidak bisa tenang sebelum putranya sembuh.

Wanita ini berharap putranya segera sadar dan wanita ini mondar-mandir di ruang tunggu. Barlin segera merangkul Rinda untuk bersikap tenang dulu, jangan terlihat panik nanti bisa membuat ibu tiga anak ini depresi melihat putranya terkapar.

"Tenanglah, Rinda. Aldi pasti siuman secepatnya." Barlin langsung merangkul dan memeluk wanita itu, supaya tubuh wanita itu tenang dan tak kuatir.

Barlin tidak ingin wanita ini berkecamuk dengan batinnya. Pria ini ingin Rinda tenang dulu, refresh kan pikirannya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!