Telah direvisi!
Happy reading!
...***...
“Ini berkas yang anda minta, Sir!” ucap Jordan meletakan sebuah berkas di atas meja.
Allard menatap berkas tersebut, seperti menelisik isi di dalamnya. Meneguk wine-nya dengan sekali teguk, barulah Allard mengambil berkas tersebut dan membaca dengan seksama.
Menit demi menit berlalu, ekspresi wajah Allard tidak berubah, tetap tenang. Namun, siapa yang tahu dalam hatinya menyimpan seribu sumpah serapah dan dendam. Selesai membaca informasi di dalam berkas tersebut, Allard melempar berkas tersebut ke atas meja.
“Earnest Ford...” ucap Allard penuh peringatan menatap objek di hadapannya tajam.
“Jordan, beri sapaan menarik dariku untuk dia!” titahnya.
“Tapi, Tuan—“
“Lakukan!” teriaknya.
“Baik, Tuan!” ucap Jordan pasrah.
Allard benar-benar tidak bisa menahan gejolak amarahnya. Setiap kalimat di dalam berkas itu terekam jelas dalam benaknya. Ia tak akan segan membunuh Earnest dengan tangannya, ia berjanji akan menghabisi pria itu! Tidak ada yang bisa menyakiti Katryn, tidak pernah!
“Tunggu apa yang akan aku lakukan padamu, Ford!” ucap Allard tersirat kemarahan.
...****...
Indonesia State’s~
“Katryna!” Seseorang memanggil Katryn. Katryn mencari asal suara, tetapi tak menemukannya.
“Astaga, tuli banget!” umpat orang tersebut.
“Di belakang!” Katryn membalikkan tubuhnya, seketika ia terkejut sekaligus senang melihat seorang gadis di depan sana.
“Alessa!” pekiknya, lalu berlari ke arah gadis itu dan memeluknya erat.
Alessa Beata, sahabat Katryn sedari kecil yang sudah lama meninggalkan Indonesia sejak tamat dari bangku SMA ke negara impiannya, New York. Di negara tersebut Alessa menjalani pelatihan dan tentunya mengenyam pendidikan di bidang intel. Katryn tak menyangka, Alessa saat ini ada di hadapannya!
“Apa kabar?” tanyanya setelah melepas pelukan mereka.
“Good. Ayo ke sana, ada banyak hal yang harus kita ceritakan!” ucap Alessa, Katryn mengangguk setuju.
Ketika sampai di kafe yang Alessa tunjuk, baik ia dan Katryn menceritakan kisah mereka masing-masing selama tiga tahun tidak bertemu. Akan tetapi, Katryn sedikit pun tidak menceritakan kisahnya bersama Earnest.
“Aku tidak menyangka, kau sudah menjadi seorang—" Belum sempat Katryn menyelesaikan ucapannya, Alessa membekap mulutnya.
“Jangan melanjutkan ucapanmu!” Katryn mengangguk paham, sadar bahwa dia hampir keceplosan.
Sedikitnya, Katryn paham dengan pekerjaan Alessa saat ini. Sebab, Alessa sering kali menceritakan bagaimana pekerjaan seorang agent dan bagaimana keinginan terbesarnya menjadi agen rahasia.
“Maaf,” cicitnya. Alessa menghela nafas, lalu perlahan ia memperhatikan sekitar.
Boleh dikatakan, Alessa takut orang-orang mengetahu profesinya yang tidak biasa. Oh, ayolah... dia sedang tidak bertugas, dia hanya ingin menikmati harinya tanpa gangguan sekecil apa pun.
“Ryn,”
“Hm,”
“Tell me. Kau sedang ada masalah, bukan? Please, bersikap biasa, jangan sampai mereka curiga!” peringat Alessa pelan. Katryn terdiam, antara tidak mengerti maksud ucapan Alessa dan bingung menjawab apa.
“Benar, bukan? Sadar atau tidak, sedari kita bertemu, beberapa orang bergelagat mencurigakan!” jelas Alessa.
“Ada beberapa hal yang tidak aku ketahui, bukan?” tanya Alessa berbisik yang masih bisa Katryn dengar.
Dari apa yang Katryn ceritakan di awal, ada yang tidak beres menurutnya. Dari bekerja di sebuah kafe sebagai pemain biola, Katryn beserta keluarganya tinggal di sebuah sederhana dan yang membuat Alessa semakin yakin ada yang tidak beres adalah, Katryn sering kali menunjukkan raut ketakutan memperhatikan sekitar.
“Aku ingin menceritakannya, tapi aku takut!” lirih Katryn.
“Beri aku satu kata,” ucap Alessa.
“Earnest...” ucap Katryn pada akhirnya menyebut nama pria itu. Sejenak, Alessa terdiam dan otaknya berputar cepat memperkirakan masalah yang sedang Katryn hadapi.
“Masalah besar, aku simpulkan seperti itu!” ucapnya.
“Rileks, Ryn. Dengan sikapmu seperti itu akan memancing kecurigaan mereka,” ucap Alessa lembut menggenggam tangan Katryn.
Secara perlahan, tubuh Katryn rileks akibat sentuhan lembut yang Alessa lakukan. Sebisa mungkin, Katryn bersikap santai agar orang-orang yang tengah mengawasinya tak merasa curiga dengan percakapan mereka.
Ya, Katryn sadar setiap saat diawasi oleh orang-orang Earnest. Namun, tak ada yang bisa Katryn lakukan. Menentang Earnest, akan mengakibatkan masalah. Jadi, yang terbaik adalah diam dan membiarkan Earnest melakukan apa yang ia suka.
Katryn ingin sekali menceritakan semua tentang Earnest pada Alessa. Setidaknya, dengan bercerita sedikit mengurangi beban dan kesedihan yang kerap ia rasakan. Jujur saja, menyimpan kesedihan seorang diri bukanlah suatu hal yang menyenangkan.
“Ambil ini,” ucap Alessa meletakkan kotak kecil berpita yang berisi sebuah alat berukuran sangat kecil.
“Itu alat rekam yang bisa kau gunakan, tetapi alat itu hanya bisa berfungsi dalam dua belas jam. Jika kusarankan, rekam suaramu dengan alat itu setengah jam sebelum—" Alessa menjeda ucapan, pandangannya beralih pada jam tangan di tangan kirinya.
“Jam satu pagi nanti. Meminilisir sesuatu yang tidak diinginkan, kau katakan saja intinya. Paham?” Katryn mengangguk.
“Jika ini berfungsi dua belas jam, bagaimana kau bisa mendengar rekaman ini?” tanya Katryn penasaran.
“Jangan khawatirkan soal itu,” ucap Alessa.
“Oke. Aku tidak bisa berlama-lama, lima belas menit lagi aku harus bekerja,” ucap Katryn lesu, dia masih ingin lebih lama dengan sang sahabat.
“Oke. Nanti kita bertemu lagi,” ucap Alessa lalu memeluk Katryn. Tidak jauh dari meja mereka, seseorang memperhatikannya tajam, terlihat tidak suka.
“Simpan baik-baik alat itu,” bisiknya, dan Katryn mengangguk.
“Aku pergi, see you!”
“Katryn. Apa kau tidak ingin membawa hadiah dariku?” ucap Alessa mengangkat kotak yang sama seperti sebelumnya.
Katryn mengerutkan dahinya bingung, dia telah memasukkan kotak yang Alessa berikan ke dalam tas. Lalu, kenapa kotak tersebut ada pada Alessa? Sedangkan Alessa memberi isyarat lewat mata.
“Astaga, aku lupa. Terima kasih hadiahnya, Lesa. Dan maaf aku tidak bisa memberimu apa-apa...” lirih Katryn seolah itu adalah pemberian Alessa.
“It’s okey!”
Katryn meninggalkan Alessa setelah pamit untuk kedua kalinya. Alessa berpura-pura sibuk meminum Green Tea-nya yang sudah dingin. Beberapa menit setelah kepergian Katryn, orang-orang yang mengawasi Katryn berdiri, mereka saling mengode dan Alessa paham apa yang tengah mereka kodekan. Alessa menahan senyum, mereka memakan trik yang Alessa gunakan. Untung saja dari mereka tidak melihat Katryn telah memasukkan kotak pertama
“Bodohnya, mereka percaya dengan kotak kedua! Sangat bodoh!” batinnya.
Mengingat raut ketakutan di wajah Katryn, Alessa sungguh tidak tega. Yang saat ini ada dalam benaknya adalah, Earnest melakukan hal buruk dan mengancam Katryn untuk tutup mulut.
...***...
Malam harinya, Katryn kebingungan bagaimana cara untuk meminta Earnest pulang. Sejak ia pulang bekerja sore tadi, Earnest sudah berada di dalam kamarnya. Bukan hal aneh lagi jika pria ini memasuki rumah mereka, apalagi kamarnya.
Katryn berpura-pura sibuk membersihkan lemarinya. Sedangkan pria bernama Earnest itu, memperhatikan gerak-gerik Katryn dengan seksama. Sekuat tenaga Katryn mengabaikan kehadiran Earnest, jantungnya berdegup kencang karena takut.
“Baby Cat, kemarilah!” perintah Earnest, seketika tangan Katryn terhenti memasukkan bajunya ke dalam lemari.
“Katryna!” peringat pria itu. Katryn berbalik dan mendekati Earnest.
Earnest membawa Katryn ke pangkuannya. Katryn was-was dengan posisi seperti ini, tidak menguntungkan baginya.
“Ayo tidur,” ucap Earnest.
“Aku belum ingin tidur,” ucapnya pelan.
“Kalau begitu, katakan siapa wanita yang kau temui siang tadi?” tanya Earnest tak bisa Katryn prediksi sebelumnya.
“Alessa.”
“Alessa sahabatmu itu?” Katryn mengangguk pelan.
“Untuk apa dia menemuimu?” Katryn terdiam, seketika ia berteriak akibat Earnest meremas bahunya. Bukan karena Earnest meremas bahunya, akan tetapi luka goresan yang pria itu ciptakan dua hari lalu masih terasa sakit ketika dipegang.
“Alessa hanya ingin mengunjungi kuburan ibunya dan menemuiku sebentar,” ucapnya menahan sakit.
“Earnest, sakit...” lirihnya.
“Lepas, aku mohon...” sambungnya.
“Maafkan aku, Baby. Apa sakit?” Suara pria itu berubah lembut, seakan menyesal dengan apa yang ia lakukan.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
RhositaSimpel Simpel
duh kasian amat amat cewenya di sukai Ama laki"sikpat
2022-03-25
1
uli
ngeriiii
2022-02-16
1
Hesti Sagita
takut nya si Katryn cuma pura" gak kenal.
soal nya udh ada yg ngancem dia kan
2021-08-05
0