Telah direvisi!!
Happy reading, Guys! Semoga kalian suka! XOXO
...***...
New York State's~
Dalam setiap kesendirian, Allard selalu teringat pada seorang gadis cantik yang telah lama tak ia temui. Bukan hanya di kesendirian saja, setiap saatnya ia teringat, akan tetapi di setiap kesendiriannya bayangan wajah cantik gadisnya tergambar di dalam pikirannya.
Lima tahun tidak bertemu gadis itu, Allard tak bisa berbohong bahwa dia merindukan gadis itu. Kebersamaan mereka hanya terhitung tahun, sangat sebentar sekali, tetapi rasa di antara mereka terasa sangat kuat.
Allard adalah seorang CEO perusahaan besar di negaranya dan juga seorang pemimpin organisasi gelap nomor satu yang ditakuti. Sedari kecil Allard dituntut untuk menanggung semua beban itu, tidak peduli Allard suka atau tidak. Berkat itu semua, tentu Allard memiliki kekuasaan besar. Namun, apa gunanya bila kekuasaan itu tidak dapat menemukannya dengan kekasih hatinya?
“Allard!” panggil seseorang menepuk bahunya. Terkejut? Tidak sama sekali! Allard sedari tadi menyadari keberadaan seseorang di belakangnya.
“Sedang apa kau di sini? Bukankah hari ini kau akan terbang ke Indonesia?” tanya Evelyn—adik perempuannya—penasaran.
“Ya!” jawabnya singkat.
“Allard, apa kau masih berharap bertemu dia?” tanya Evelyn to the point.
“Ya ... tidak!” Evelyn menghela nafas, tidak ingin bertanya lebih lanjut. Allard pasti akan menjawab dengan mengecoh lawan bicaranya.
Allard pria dingin nan datar, itu berlaku pada semua orang termasuk keluarganya. Sejak kecil Allard sulit mengespresikan diri, hanya di keadaan tertentu saja sikap hangatnya muncul.
“Kau tidak membawa pakaianmu?” tanya Evelyn lagi tidak melihat barang apa pun di kamar sang kakak.
“Tidak!” Evelyn mengangguk.
“Aku berangkat sekarang!” ucap Allard.
Evelyn mengikuti langkahnya, sampai di depan pintu, Evelyn meminta sang kakak untuk membawa oleh-oleh dari negara tropis itu. Senyum Allard sangat tipis terlihat, dia hanya mengangguk.
“Aku pergi!” ucap Allard datar.
“Hati-hati!” balas Evelyn sambil melambaikan tangannya.
Evelyn sesungguhnya merindukan kebersamaan mereka. Semenjak tanggung jawab itu ia pikul, Allard semakin sulit dijangkau. Kedekatan mereka hanya sebatas pembicaraan, itu pun Allard jawab seadanya.
Di halaman depan, Allard bersama Jordan—tangan kanannya—menuju bandara John F. Kennedy International Airport. Selama perjalanan, Allard memejamkan mata membayangkan wajah sang gadis.
Entah kapan Allard bisa bertemu lagi dengan sang gadis, yang pasti Allard akan mencari gadisnya setelah urusan pekerjaannya selesai. Tidak peduli apa yang terjadi nanti, Allard akan tetap mencari Katryna tanpa memedulikan siapa pun.
...***...
Indonesia State’s~
4 hari kemudian...
Sudah lama sekali Allard tidak merasakan panasnya ibukota Jakarta. Terakhir menginjakkan kaki di negara ini sekitar dua tahun yang lalu, yaitu mengurus pekerjaan. Dan hari ini adalah hari terakhir Allard dalam mengurus perusahaan cabangnya.
“Jordan, kirim berkas perjanjian itu segera! Jangan sampai bocor, atau kepalamu yang akan bocor!” ucap Allard santai.
“Baik, Tuan! Apa Anda ingin kembali ke apartemen?”
“Tidak. Aku akan mampir ke kafe seberang,” ucapnya.
“Baik, Tuan. Setelah berkas ini dikirim, saya akan menyusul Anda!” Allard mengangguk singkat.
Allard berjalan ke kafe yang ia tuju. Dapat Allard rasakan, orang-orang memandang penuh minat ke arahnya, tetapi Allard sedikit pun tak terusik. Menjadi pusat perhatian setiap manusia adalah makanan sehari-hari seorang Allard.
Memasuki kafe, seorang pelayan menyapanya—tipe sapaan genit yang sering Allard dapatkan—dan menuntunnya untuk duduk di sebuah kursi.
“Espresso dan segelas air putih,” ucapnya membuat pelayan tersebut tercengang.
“Anda bisa berbahasa Indonesia?” Pelayan tersebut terlihat penasaran dengan logat Allard yang lancar dalam mengucapkan setiap kata.
"Lakukan tugasmu!" peringat Allard kasar, menatap pelayan di hadapannya tajam. Pelayan tersebut gelagapan, ia meminta maaf dan kembali bersikap normal.
“Itu saja, Tuan? Apa Anda ingin mencoba menu baru kami?” tanya pelayan tersebut dengan senyum paksaan, pria ini sangat menakutkan.
"Tidak, pergi!"
Takut menerima ujaran kasar, pelayan tersebut segera pergi setelah mengucapkan beberapa kata. Tatapan tajam dan datar di wajah Allard mampu membuat pelayan tersebut kater-ketir ketakutan.
Dalam kurung waktu empat menit, pesanan datang beserta hidangan kecil. Allard tidak memperhatikan, dia hanya fokus pada Ipad di tangannya.
Posisi Allard memunggungi sebuah panggung kecil yang sedang melangsungkan live music. Hingga musik selesai, sebuah suara wanita menghentikan gerakan jarinya yang sedang mengetik pesan email kepada cliennya.
“Selamat siang... semoga hari kalian menyenangkan!”
Debaran jantungnya menggila. Tak lama, suara alunan biola mengalun indah. Dadanya menghangat mendengar alunan biola tersebut, dan tanpa sadar ia menikmati alunan yang sedang wanita itu mainkan.
Alunan berakhir dengan gemuruh tepuk tangan. Dalam hati, Allard memuji orang yang memainkan biola tersebut, sangat indah. Alunan Violin Sonata No. 1 G Minor, BWV 1001: II. Fuga: Allegro, Allard sangat ingat betul alunan tersebut. Bagaimana tidak? Gadisnya sangat suka memainkannya untuk Allard dulu.
Senyumnya semakin mengembang membayangkan tawa di wajah cantik gadisnya. Masih dengan senyumannya, Allard mengambil gelas yang berisi espresso di depannya dan menyesapnya perlahan.
“Sudah lama saya tidak melihat senyum anda seperti itu, Sir!” ucap Jordan yang baru saja kembali.
“Aku merindukan dia,” ucap Allard menatap Jordan dengan senyuman tipis. Jordan dapat menangkap kesedihan di mata sang tuan.
“Tuan, lihatlah ke arah pintu keluar!” pinta Jordan.
Allard mengerutkan dahinya, pandangannya berpindah seperti yang Jordan pinta. Allard semakin menajamkan penglihatannya ketika menangkap sosok wanita yang ia kenal tengah menutup pintu. Untungnya, pintu kaca tersebut transparan, memudahkan Allard melihat lebih jelas wajah wanita itu.
“Katryna...”
Secepat mungkin, Allard berdiri dan berlari mengejar wanita yang ia yakini itu adalah Katryna, gadisnya. Dia tidak mungkin salah, ia melihat jelas wajah gadisnya. Namun, Allard kehilangan jejak!
...****...
New York State’s~
Allard telah berada di New York sejak beberapa hari yang lalu. Niatnya ingin menemukan gadisnya, tertunda karena Nyle—sang kakek—berhasil menarik seorang Allard kembali ke negara asalnya.
“Aku tidak ingin tahu, cari gadisku sampai dapat!” perintah Allard tidak ingin dibantah.
Bertahun-tahun Allard mencari keberadaan gadisnya, tetapi selalu terhalangi oleh seseorang. Allard semakin menggila karena tidak dapat menemukan sang gadis pujaannya. Sebesar apa pun pencariannya, tetap tidak menemukan titik.
“Kau dengar itu, Jordan?!” teriaknya.
“Mengerti, Tuan!”
"Kerahkan semua orang, kali ini aku tidak ingin ada kata gagal!"
“Satu lagi, lakukan pencarian secara sembunyi, jangan sampai kakek tua itu tahu! Aku beri waktu sampai besok malam, jika kau belum menemukannya, bersiap dengan hukumanmu!” tambah Allard tak main-main. Jordan mengangguk kaku, tidak berani membantah.
“Allard! Aku ingin bertemu Allard!” teriak seseorang dari balik pintu ruang kerja.
“Usir dia!” ucapnya malas.
Belum sampai Jordan menjawab, wanita itu sudah lebih dulu masuk. Mytha—Sekretaris Allard—meminta maaf karena tak bisa menahan wanita itu.
“Keluar!” perintahnya pada semua orang.
Jordan dan Mytha keluar dengan sangat buru-buru, tidak ingin diperintah dua kali atau mereka akan terkena semburan.
Allard sendiri hanya menyipitkan mata memperhatikan sampai mana keberanian wanita ini, jika berlebihan, Allard akan menanganinya!
“Aku merindukan, Baby!” desah wanita itu.
“Regina. Kau ingin tetap di sini atau keluar dengan selamat?!” Perkataan Allard disalahkan arti oleh wanita itu.
“Aku ingin di sini bersamamu, Baby!” ucap wanita itu, Allard jijik mendengarnya.
Dengan langkah menggoda, Regina mendekatinya. Dia duduk di pangkuan Allard tanpa memikirkan kelanjutan hidupnya. Allard tersenyum miring, di balik tatapan matanya memandang rendah Regina.
“Kau tahu, Regina? Aku tidak suka menyentuh wanita sepertimu kedua kalinya!” Regina tersenyum manis, tidak merasa sakit hati.
“Allard. Aku mencintaimu, sentuh aku!” desah Regina. Allard tidak tahan lagi, semakin lama ia jijik menyaksikan kelakuan wanita ini.
“Kau sangat cantik—” ucap Allard sambil mengambil sesuatu di balik jasnya.
“Tetapi, kau akan lebih cantik seperti ini!” sambungnya dan menusuk leher Regina dengan ujung pulpen kesayangannya. Tak sampai sedetik, Allard menekan ujung pulpen hingga berbunyi ‘klik’.
Tidak perlu repot untuk menyingkirkan wanita itu dari pangkuannya, Regina jatuh dengan sendirinya. Allard tersenyum, puas melihat Regina terbaring kaku dengan mata melotot.
Allard bangkit dan keluar dari ruangannya. Terdapat Jordan berdiri di dekat pintu sambil menunduk hormat.
“Bersihkan ruanganku!” titahnya dan melenggang pergi.
Memasuki ruang sang tuan, Jordan menggeleng prihatin. Berkali-kali Jordan ingatkan Regina untuk tidak mendekati
sang tuan, jadi inilah akhirnya. Jordan sudah sering menyaksikan secara langsung Allard menggunakan pulpen itu, entah memberi tanda tangan atau menggunakannya untuk seseorang seperti saat ini.
Pulpen itu memiliki racun yang dapat merusak jaringan otak. Hanya dengan satu kali ‘klik’, maka racun itu akan bereaksi pada tubuh seseorang. Racun itu berdosis tinggi yang mengakibatkan halusinasi dan berakhir gila, atau lebih parahnya mati jika tubuh sang korban tak tahan dengan racun itu.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Ayunda Fadillah
kayaknya alland better deh daripada earnest, but tetep team earnest sih, entahlah
2023-07-12
1
uli
sangat menarik
2022-02-16
1
``Rēno❤ t('v't)
Mr*
Sebab dia laki jadi harus Ngegunain Mr(Mister)
2022-02-01
0