Mengantarkan Pesanan

Nayla tengah bersiap untuk berangkat kerja. Ia memeriksa tasnya kembali dan menutup pintu kamarnya.

"Nay, nanti Ibu minta tolong sama kamu ya. Pulangnya belikan obat Ayah, obatnya tinggal untuk malam ini saja." Pinta Luna sang Ibu sambil memberikan selembar uang berwarna merah.

"Baik nanti Nay belikan, uangnya ada kok Bu tapi maaf Nay pulangnya agak malam ya Bu. Soalnya Nayla mau antar barang pesanan pelanggan dulu." Jawab Nayla di depan meja makan.

"Ya sudah nggak apa-apa, kamu hati-hati yah bawa motornya."

"Iya Bu."

"Kamu sarapan dulu ya Nay.." Ajak Frans Ayahnya.

"Maaf Yah, nanti Nayla sarapan di Butik saja. Soalnya Nayla ada janji pagi ini sama client."

Nayla memang ada janji dengan pelanggan Butik, karena semenjak dirinya pindah di Kota M. Jhon banyak merekomendasikan pelanggannya untuk di tangani oleh Nayla selagi dirinya tidak ada di Butik.

"Ya sudah Ibu bawakan saja ya pakai kotak makan." Luna dengan cepat berlari ke dapur mengambil kotak makannya.

"Nggak usah Bu, Nay nanti__"

Belum selesai Nayla bicara, "Nay, Ayah sama Ibu nggak mau kalau kamu sibuk kerja tapi lupa makan. Biarkan Ibu kamu membawakannya ya, kamu kan sudah merawat Ibu dan Ayah yang sudah nggak kerja lagi." Tutur Frans dengan sedih hati.

"Ayah bicara apa sih, sudah sepantasnya Nayla bekerja menggantikan Ayah dan Ibu." Nayla tersenyum hangat pada Frans.

"Nah ini sudah siap Nay, kamu bawa ya ke Butik." Luna memberikan tas bekal makannya pada Nayla.

"Terima kasih ya Bu, kalau gitu Nay berangkat dulu ya Bu, Ayah.." Ia berpamitan dengan keduanya dan pergi menggunakan speda motor.

Frans sudah lama tidak bekerja di bengkel mobil. Karena menderita sakit asma akut, jika kelelahan dirinya pasti akan kambuh dari sakitnya.

Kini keluarga mereka juga telah pindah ke rumah asalnya di Kota M, karena sebelumnya mereka mengontrak saja di Kota B.

Di jalan raya yang begitu padat dan ramai kendaraan. Nayla berhenti di persimpangan lampu merah. Ada seorang anak laki-laki menawarkan minuman dan tisu padanya.

"Kak Air mineralnya lima ribu saja, sama tisunya juga sama Kak lima ribuan saja. Beli ya Kak.." Mohon anak itu padanya.

"Boleh, ini uangnya. Kakak beli satu ya" Nayla memberikan uang lima puluh ribu pada anak itu

"Maaf Kak masih pagi belum ada kembaliannya, ada uang pas tidak?"

"Sudah ambil saja kembaliannya. Jangan lupa belajar yang pintar ya.." Nayla mengusap-usap pucuk kepala anak itu dan tersenyum.

"Wah yang benar kak? Terima kasih banyak ya Kakak cantik.." Jawab anak itu dengan gembira.

Tepat di belakang motor Nayla, Wira tidak sengaja memperhatikannya dari dalam mobil. Ia memang sedang menikmati perjalanan.

"Bukannya itu gadis yang ada di Butik Jhon?" Gumam Wira pelan.

Ia mengendarai mobilnya sendiri pagi ini, karena Zack hanya menjemputnya di kala Wira yang meminta.

Lampu lalu lintas berganti warna hijau, semua kendaraan melaju dengan terburu-buru.

Setibanya di kantor Pranata Group, Wira di sambut dengan security yang menjaga di pintu masuk. "Selamat pagi Presdir."

"Hm pagi" Jawaban singkat yang terkesan dingin keluar dari mulut Wira.

Ia bertemu dengan Zack yang sudah menunggunya di depan ruangan Presdir. Zack tahu kalau atasannya itu selalu tepat waktu.

"Selamat pagi Presdir, silahkan.." Zack membukakan pintu dan ikut masuk.

"Bagaimana, apa meeting nya sudah di siapkan?" Tanya Wira yang duduk di kursi dan membuka laptopnya.

"Sudah Presdir, sepuluh menit lagi meeting sudah bisa di mulai." Jawab Sekretaris tampan itu dengan lugas.

"Okay, lima menit lagi kita turun."

"Baik Presdir, kalau begitu saya kembali ke ruangan dulu."

"Hm"

Zack kembali ke ruangannya untuk mengambil materi yang akan di jalankan nanti saat meeting. Sepuluh menit kemudian keduanya pun sudah tiba di ruang rapat yang berada di lantai 29.

Wira duduk di paling ujung sebagai pemimpin rapat, dan Zack berada di kursi sebelahnya yang tak jauh dari Presdirnya.

"Okay kita mulai meetingnya, bagaimana pembahasan acara ulang tahun Pranata Group. Sudah sampai mana?"

Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang otomotif. Wira selalu mensejahterakan karyawannya, baginya tidak hanya visi dan misi yang bisa membawa perusahaan itu maju. Tapi karyawan yang sejahtera jug masuk dalam point pentingnya.

Di tambah dalam rangka ulang tahun perusahaan, Wira selalu memberikan yang terbaik di acaranya.

"Untuk soal penyambutan, kami sudah mempersiapkan bunga² di sepanjang pintu masuk lobi, dan di depan ruang aula." Ucap salah satu tim petinggi di Pranata Group.

"Kami juga sudah menyiapkan beberapa hidangan dari koki ternama asal Jepang untuk para tamu, Presdir." Jawab yang satunya lagi.

"Kami sudah menyiapkan beberapa pengisi acara untuk hiburan seperti, pianis dari Amerika dan penyanyi solo tanah air."

Begitulah ucapan dari beberapa orang yang menghadiri meeting tersebut.

"Untuk bingkisan atau souvenir nya Pranata Group memberikan apa kepada para tamu?" tanya Wira di sela-sela diskusi mereka.

"Soal bingkisan kami sudah menyiapkan logam mulia dan tumbler dari 24 Bottles Clima ukuran 850ML untuk tamu VIP, Presdir." Jawab Zack melengkapi pertanyaan Wira.

"Okay good, tapi souvenir nya saya minta di sama kan saja untuk semua para tamu undangan." Pinta Wira dengan tegas.

"Baik Presdir, akan kami persiapkan sesuai dengan keinginan."

"Dan soal menu hidangan, besok saya akan turun langsung untuk mencicipi nya. Karena saya mau yang terbaik untuk para tamu nanti."

"Baik Presdir, saya akan menyiapkannya besok." Jawab salah satu pria di depan Zack.

"Satu lagi, saya minta bingkisan yang sama untuk di berikan ke seluruh karyawan Pranata Group, Zack tolong kau urus yang satu ini!" Pinta Wira menginginkan karyawannya juga mendapatkan souvenir yang sama dengan tamu undangan.

"Baik Presdir."

Tidak terasa waktu telah berjalan satu jam kemudian, meeting pun telah selesai.

Di sebuah Butik Jhon Richard sedang kedatangan beberapa pelanggan VIP yang ingin membeli pakaian di sana.

"Yang itu siapa Jhon?" Tanya Lukas yang tengah memilih baju bersama Jhon. Ia mendapati Nayla yang juga sedang melayani pelanggan.

"Oh, itu Nayla Manager di Butik gue." Jhon menjawabnya dengan santai. Lukas juga termasuk pelanggan setia di Butiknya.

Semua pelanggan di Butiknya akan berbicara santai padanya, jarang yang berbicara formal.

"Cantik juga, single nggak tuh Jhon?" Tanya Lukas lagi yang pandangannya tak beralih dari Nayla. "Mana gue tahu ya, setahu gue sih dia jomblo. Lo tahu sendiri kan gue mana pernah mengurusi kehidupan pribadi karyawan gue."

Kenyataannya Jhon memang tak pernah ikut campur urusan pribadi para karyawannya.

"Waw,, boleh juga.." Lukas mengabaikan Jhon lalu menghampiri Nayla.

"Sorry, bisa bantu pilihkan aku pakaian yang terbaru di sini?" Lukas mencoba mendekati gadis itu.

Jhon hanya bisa menggelengkan kepalanya, melihat tingkah Lukas yang tak bisa diam ketika ada wanita cantik.

"Maaf, tapi boleh Tuan tunggu sebentar. Saya akan melayani Nyonya ini lebih dulu." Jawab Nayla yang memang selalu ramah.

"Baiklah aku akan menunggumu di sana." Lukas duduk di sofa untuk menunggu Nayla.

Pria bernama Lukas ini memiliki wajah yang tampan khas eropa, ia juga memiliki perusahaan yang cukup maju bernama Sky Angkasa Company.

Setelah selesai melayani pelanggan VIP yang tadi. Nayla menghampiri Lukas. "Maaf menunggu lama Tuan, mari saya tunjukkan koleksi terbarunya."

Nayla dengan sangat ramah melayani Lukas hingga dia menemukan pakaian yang cocok untuknya.

"Ini sangat pas jika Tuan yang memakainya." Ucap Nayla dengan suara yang sulit di artikan bagi Lukas.

"Ah, benarkah?"

"Ya Tuan."

"Apa aku boleh meminta nomor ponselmu?" Tanya Lukas memberanikan diri. "Maaf, tapi untuk apa Tuan?" Nayla masih tidak paham. Karena biasanya pelanggan VIP akan menghubungi langsung Jhon.

"Mmm,,, untuk bertanya langsung padamu jika aku ada perlu di Butik ini."

"Maaf, tapi Tuan bisa langsung menghubungi Mr.Jhon" Senyumnya yang indah membuat Lukas terpesona.

"Ah, baiklah kalau gitu aku mau yang ini." Ucap Lukas membawa pakaian yang sudah ia coba.

"Baik kalau begitu biar saya antar pakaian ini ke depan Tuan, permisi.." Pamit Nayla dengan sopan. "Benar-benar cantik, kayaknya gue cocok sama dia." Gumam Lukas menatap punggung Nayla yang berjalan menjauh darinya.

Waktu menunjukkan pukul lima sore, Butik akan segera tutup dan semua karyawan bersiap untuk pulang.

"Nayla.." Panggil Jhon.

"Ya, Mr?"

"Sesuai yang aku bicarakan kemarin, kamu tolong antar pakaian ini ke rumahnya Tuan Wira ya. Ini alamatnya" Jhon mengirimkan alamat Wira dalam chat Whatsapp nya ke Nayla.

"Baik Mr, saya akan mengantarkan pesanan ini ke rumahnya Tuan Wira."

"Okay makasih ya, kamu tahu kan kenapa aku nyuruh kamu yang antar?"

"Iya mengerti Mr, tenang saja." Jawab Nayla ramah dan senyum.

Setiap pesanan yang memiliki harga tinggi di atas dua ratus juta, Jhon memang biasa menyuruh karyawan atau Managernya sendiri yang mengantar ke rumah pelanggan tersebut.

Nayla menjalankan perintahnya, ia membawa paperbag tebal berwarna hitam itu bersama motornya.

Di sepanjang jalan Nayla menikmati perjalanannya menuju rumah Wira. Begitu masuk ke dalam hunian rumah mewah mata Nayla tak henti takjub, melihat bangunan-bangunan yang mempunyai desain berbeda-beda dan sangat mewah.

Maps yang Nayla gunakan membuktikan bahwa dalam satu menit lagi ia akan sampai.

Belum sempat sampai di rumah Wira, hujan deras melanda kota M malam ini. Nayla panik dan segera mengebut hingga sampai di depan rumah Wira.

tidak ada security dalam rumah Wira, karena hunian cluster mereka tidak ada jalan keluar lain selain pintu masuk di depan tadi. Cluster ini sudah di jaga ketat oleh beberapa security, mau masuk saja di mintai identitas dan menghubungi pihak yang bersangkutan lebih dulu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!