Dua hari berlalu begitu saja, Nissa menjalankan hidupnya tanpa beban. Pertemuan dengan Radit dua hari yang lalu. Tak sedikitpun mengusik ketenangannya. Tak terbesit dalam benak Nissa, membatalkan rencana pernikahannya. Nissa memilih terus melangkah menuju hidup dan status baru. Hanya satu hal yang membuatnya sedih, Nissa melangkah tanpa ditemani ibu kandungnya. Kerinduan yang tak mampu dibendungnya. Kesepian yang selalu ada dalam hati dan jiwanya.
"Nissa sayang, semoga bahagia!" bisik Amira, kedua tangan Amira mengalung mesra di leher Nissa.
Nissa menggenggam tangan sahabatnya. Gaun pengantin berwarna putih terlihat indah dan anggun melekat di tubuh Nissa. Amira takjub melihat sang sahabat yang berbeda. Nissa cantik dengan make up natural. Amira mengusap air matanya, rasa bahagia melihat sahabatnya akan menikah. Sekaligus sedih, tatkala dia menyadari status Nissa yang tak labih dari pengganti. Penebus hutang keluarga pada sang tuan muda kaya dan arogant.
"Terima kasih, hadir dalam pernikahanku. Setidaknya salah satu diantara mereka semua. Kamu satu-satunya orang yang peduli akan bahagiaku. Amira, kamu penguatku!" ujar Nissa lirih, Amira menganggukkan kepalanya. Amira menyandarkan kepalanya tepat di pundak Nissa.
Nissa dan Amira menatap langit biru dari jendela kamar Nissa. Keduanya larut dalam pemikiran tanpa batas. Nissa merenungkan langkah besar yang diambilnya. Menikah dengan seorang duda dengan anak satu tidaklah berat. Namun menjadi istri pengganti yang tak dihargai. Melupakan senyumnya, demi mengutas senyum sang tuan muda dan keluarganya. Bukanlah hal yang mudah dilalui. Langkah yang tak sejalan dengan suara hatinya. Rasa sakit teracuhkan yang diterima Nissa di dalam keluarganya. Mungkin akan terulang dalam biduk pernikahannya.
"Nissa, cepat keluar. Dia sudah datang!" teriak Syakira, kakak perempuan yang selalu menindas Nissa.
"Iya!" sahut Nissa, lalu berjalan ke arah pintu. Amira membuka pintu kamar Nissa. Nampak Syakira berdiri dengan angkuh di depan kamar Nissa.
Syakira Asyiffa Ghinayah, saudara perempuan Nissa. Saudara sambung yang berbeda ibu dengan Nissa. Keduanya lahir dari dua rahim yang berbeda. Satu hal yang membuat Nissa teracuhkan tak lain. Status sang ibu sebagai istri kedua. Sikap angkuh Syakira didapat dari statusnya sebagai anak dari istri pertama. Termasuk menolak pernikahan yang seharusnya dilakukan Syakira. Namun Syakira memaksa Nissa menggantikannya. Semua karena usia dan status Radit yang tak lagi lajang.
"Laki-laki tua itu sudah datang. Cepat turun dan ikut pergi dengannya. Silahkan menjadi nyonya besar di rumahnya. Aku tidak akan menganggu hidupmu mulai dari sekarang!" ujar Syakira sinis, Amira melotot penuh amarah. Benteng terdepan yang akan melawan siapa saja demi Nissa.
"Diam kamu!"
"Amira, antar sahabatmu menuju pelaminannya. Setelah ini, kamu tidak akan ada kesempatan melihat senyumnya. Dia hanya akan menangis dan menangis!" ujar Syakira ketus, Amira semakin kesal. Namun langkah Amira terhenti, tatkala tangan Nissa memegang pergelangan Amira dengan sangat kuat.
"Kak, aku akan turun. Kakak tenang saja, setelah ini kakak tidak melihatku. Bahkan suara napasku tidak akan pernah terdengar di rumah ini!"
"Itu yang aku tunggu selama puluhan tahun. Semenjak kehadiranmu, hidupku berantakan. Mama kehilangan tawanya, setiap kali melihat wajahmu yang jelek. Wajah yang mengingatkan mama akan pengkhianatan papa dan ibumu!"
"Kakak berhak menghinaku, tapi jangan pernah menghina orang tuaku!"
"Memang itu kenyataannya. Ibumu alasan setiap tetes air mata ibuku. Sekarang bersiaplah menebus setiap tetes air mata ibuku. Jadilah istri laki-laki tua itu. Menangislah tiap detik dalam hidupmu. Kamu akan hidup dalam kesengsaraan. Bahkan mati mungkin jauh lebih baik. Menikahlah dengan laki-laki itu, bukan hanya untuk menebus hutang papa. Namun hutang ibumu pada ibuku!" ujar Syakira sinis penuh kebencian. Amira meradang, dia maju ke depan Syakira.
Amira merasa kesal dan sakit hati mendengar perkataan Syakira. Nissa terdiam membisu, bukan karena dia takut melawan Syakira atau membenarkan perkataan Syakira. Nissa lebih takut reaksi sang papa. Seandainya terjadi pertengkaran antara dirinya dan Syakira. Bagaimanapun mereka berdua saudara sekandung, tapi beda ibu.
"Amira lebih baik kita turun. Kak Syakira tidak akan berhenti menghinaku. Dia tidak akan pernah puas menghinaku. Kecuali aku jauh darinya dan keluarga ini!" ujar Nissa, sembari menarik tangan Amira. Nissa meminta Amira menjauh dari Syakira.
"Nissa, dia keterlaluan!" ujar Amira dengan nada kesal. Syakira tersenyum penuh kemenangan. Melihat Nissa diam mengalah, seolah hal yang begitu membahagiakan.
"Percuma Amira, dia tidak akan berhenti. Hentikan sekarang atau papa akan naik ke atas. Tatapan tajam papa mengarah ke arah kita. Aku sudah menceritakan kondisi papa. Aku harap kamu bisa mengalah pada kak Syakira!" bisik Nissa, Amira menoleh ke bawah. Nampak ayah sahabatnya tengah menatap ke arah mereka. Sontak Amira menutup mulutnya dengan tangan. Kekesalannya pada Syakira hilang. Amira mengingat cerita Nissa akan kondisi ayahnya.
"Baiklah, kita tinggalkan nenek lampir. Semoga dia kesepian seumur hidupnya!" ujar Amira dengan nada tinggi. Syakira melotot, amarahnya tersulut mendengar perkataan Amira. Kekesalannya semakin dalam, saat Nissa dan Amira berlalu begitu saja.
"Awas kamu Nissa, senyummu tidak akan lama. Pernikahanmu akan membawa derita seumur hidupmu!" gumam Syakira, tatapan tajamnya mengikuti langkah turun Nissa dan Amira.
Nissa dan Amira hilang dari pandangan Syakira. Keduanya turun menuju pelaminan. Nampak ayah Nissa yang terpaku menatap putrinya. Tatapan sendu mengiringi langkah putrinya. Pernikahan yang seharusnya membawa kebahagian. Nyatanya kini meninggalkan penyesalan dalam hatinya.
"Maafkan papa!" ujar Ardi, Nissa menggeleng lemah. Nissa mengangkat tangan sang ayah. Mencium lembut punggung tangan ayahnya. Ardi terenyuh, hatinya terasa ngilu. Menyadari dirinya alasan pernikahan ini terjadi.
"Setelah hari ini, tangan papa akan menjadi yang kedua dalam hidup Nissa. Sebab itu, Nissa ingin meninggalkan papa dengan perasaan tenang. Jangan pernah salahkan diri papa. Semua yang terjadi sudah tertulis. Doakan Nissa bahagia dunia akhirat. Menemukan imam yang mampu menuntun Nissa menuju jannah-NYA!" ujar Nissa, sesaat setelah dia mencium punggung tangan Ardi.
"Sampai kapan salam perpisahannya? Aku sudah sangat lelah. Kita mulai sekarang atau tidak sama sekali!"
"Maaf tuan Radit!" ujar Ardi menghiba, Nissa menurunkan tangan Ardi. Nissa melarang Ardi menghiba pada Radit Nissa bahkan meminta sang ayah mengangkat wajahnya.
"Dia calon putra menantumu, bukan tuan muda yang sedang menagih hutang. Tegakkan kepala papa, lalu nikahkan aku dengannya sekarang!"
"Tuan besar, silahkan tunggu saya di pelaminan!" ujar Nissa menyindir Radit. Amira terkekeh, sebaliknya Radit tersenyum simpul. Senyum yang menyimpan banyak tanda tanya.
"Aku akan menunggumu, bukan hanya di pelaminan. Aku akan menunggumu datang dalam hidupku. Agar aku bisa menyandarkanmu arti sebuah kekuasaan. Akan kupastikan kamu mengingat setiap detik saat bersamaku!" sahut Radit, Nissa diam menatap calon imam dunia akhiratnya.
"Aku akan datang, karena aku bukan pengecut!" ujar Nissa sinis, Radit tertawa. Suara tawa yang membuat Ardi termenung. Tawa Radit seolah pertanda kesengsaraan putrinya.
"Maafkan papa!" batin Ardi pilu.
"Papa!"
"Iya Syakira!"
"Siapa laki-laki tadi? Kenapa dia menuju pelaminan?"
"Achmad Dzaky Raditya, calon suami Nissa!" ujar Ardi tegas dan lantang. Syakira terdiam tak percaya.
"Tidak mungkin, bukankah yang akan menikah dengan Nissa itu laki-laki tua. Kenapa dia tampan dan masih muda?" batin Syakira tak percaya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
Yuli Yuli
heemmm....Syakira nyesel kn liat aslinya
2024-03-29
0
Rita Riau
nah lho Mak lampir nyesel 🤔😬
sekarang si Raditya boleh sombong angkuh sama Nissa ,,,, liat ntar jadi bucin🤭🥰
2023-12-27
0
Eli Mawarti
gadis yg tegar mengalah BKN Krn tfk bisa berbuat ap2, tapi demi kebaikan semata...😌😌
2023-11-25
1