3. Perkara Judul Skripsi

Di hari berikutnya, aku duduk termenung tersentak dalam atma yang hening, dengan berfikir bagaimana mempersiapkan mentalku agar menghadapi skripsi tidak menguras batin ku. Jiwa meronta ku merajalela tanpa dipinta, pikiranku terfokus pada renungan sulitnya memikirkan judul untuk skripsi. Sering aku menjodohkan sebab-akibat rumusan masalah, tapi tetap saja terhentikan oleh kurangnya percaya diri. Aku mulai frustasi, tapi harus bisa. Mood yang sering berubah dan hilangnya pemikiran yang diselimuti tabu untuk jangan melakukan riset pada aliran ingatan ilmu, membuatku duduk berdiam lemah dengan tatapan mata kosong.

Di semester 7 ini sebenarnya ada mata kuliah wajib, tetapi aku sudah mengambil di semester sebelumnya karena nilaiku stabil dan tidak ada pengulangan mata kuliah yang lainnya, jadi di semester 7 ini hanya fokus pada penyusunan skripsi begitu juga dengan Risa dan Meinizar.

Aliran ide cemerlang mulai menjalar di saraf otakku, bibirku bergerak dengan nada pelan "Pemberdayaan wanita terhadap lingkungan masyarakat? Dinas ketenagakerjaan terhadap industri home made kripik pisang? Dinas sosial terhadap sosial media? Dinas kedinasan terhadap gerakan warga Indonesia? Ahh makin ngarang buat judul" namun dari pemikiran itu malah membuatku tidak bisa tenang, mereka berperan aktif di kapasitas memori.

Risa yang diam-diam berada di belakang ku "Dor" aksi tangan dan bibirnya membuatku jantungan.

"Astaghfirullah, Risa! Hobi kali kejutkan orang, lagi sibuk juga!" kesal ku sembari gerakkan badan ke arahnya.

"Halah! Sibuk ngapain kamu, orang duduk manis meratapi keluhan sampai pelanggan memanggil kamu malah tidak kamu tanggapi" celoteh Risa dengan tatapan tajam, menggerakkan tangan untuk kacak pinggang bagai Ibu yang memarahi anaknya sendiri.

"Belum ada pelanggan kok..." sahutku dengan pede-nya menegakkan kepala menatap Risa lebih dingin.

"Jadi makhluk yang di sebelah steling kamu ini apa? Makhluk halus?" cerewet Risa kepada Anggita sembari menunjukkan mbak-mbak yang berdiri menunggu antrian.

Aku hanya memiringkan kepala karena pandangan tertutupi oleh badan Risa, dan dilanjutkan arah pandang Risa ke arah pelanggan.

Antusias Risa untuk membantuku muncul, dia berbalik badan, melangkah, hingga menyapa mereka "Hehe, maaf ya kak, kakak sudah nunggu lama?" nada sopan Risa dengan sedikit membungkukkan badan.

"Tidak lama kok, kak" mbak berjilbab hitam menjawab dengan nada ramah.

Risa tersenyum tipis dan mengatakan "Kakak ingin mesan apa?" sembari tangan menyiapkan mangkuk beserta sendok jepitan yang tergenggam di tangan kanannya.

Pelanggan itu menunjukkan makanan frozen satu persatu yang tersusun rapi di steling, tugas Risa memasukkan makanan yang telah dipilih pelanggan dan memasaknya dengan kuah yang diracik bumbu khas dari tangan ku sendiri. Dari bumbu racikannya sampai saat ini belum ada yang bisa menyamakan rasa ciri khasnya.

Aku tanpa berbicara langsung berdiri dan membantu Risa yang menyiapkan pesanan pelanggan. Risa sering membantuku, bahkan tangan dia lebih aktif dibandingkan aku, tangan yang cekatan dan teliti, tanpa melihat, Risa hapal luar kepala tata letak berbagai macam makanan frozen yang ada didepannya lalu menyiram kuah dengan porsi yang pas.

"Kamu itu kenapa sih, kenapa melamun, merenungi apa? Nasib?, Seharusnya kamu itu bersyukur. Kamu orang yang kuat, dan tidak mementingkan apa yang tidak penting, lagian omset kamu melambung tinggi, orang kepercayaan kamu selalu ada bila dibutuhkan, apa yang kamu pikirkan lagi?" cerewet Risa sembari menyiapkan semua pesanan tanpa melihatku yang disampingnya.

"Aku mikirkan skripsi loh Risa! Aku bingung dengan judul skripsi ku, tidak mungkin aku buat dengan insting saja, apalagi ini adalah tugas akhirku, aku harus maksimal mengerjakannya" keluhku dengan nada datar.

"Gampang kalo skripsi Gita! Tinggal request sama joki skripsi" saran sesat Risa tidak karuan sambil melangkah untuk duduk setelah pesanan pelanggan sudah siap semua.

"Jadi apa gunanya kuliah kalau ngejoki sama orang? Semua jadi sia-sia apa yang telah dipelajari selama kuliah" jawabku berbalik badan menghadap Risa.

"Hmm?" Risa berfikir sesaat sembari mata yang menandakan untuk berfikir, "Tuk nyari jodoh mungkin" tanpa bersalah Risa melanjutkan perkataannya.

"Pikiran kamu ya Risa! Perlu di reset ulang itu" tegas ku memalingkan badan ke arah steling dagangan.

"Hehe" cengir Risa tanpa bersalah.

"Aku bingung dengan judul skripsi, menurutmu mana yang terlihat sebab-akibat yang cocok. Pemberdayaan wanita terhadap lingkungan masyarakat atau dinas sosial terhadap sosial media?" lugas aku memberikan pilihan judul skripsi sembari mengambil air minum dan duduk di hadapannya.

"Aduh Anggita, kamu tidak salah menanyakan hal itu? Kamu itu lebih pintar dari aku. Kamu kan suka berbisnis, coba sangkut pautkan dengan aktivitas hari-harimu agar lebih nyaman buat skripsi, gimana kalau perkembangan UMKM terhadap bisnis kamu dan kaitkan lah itu dengan jurusan kita, pengembangan masyarakat Islam, misalnya perkembangan Inflasi mata uang terhadap manajemen bisnis kamu kepada masyarakat. Kan bisa juga itu" penjelasan Risa dengan teliti yang menyadarkan pemikiranku.

"Tapi judul seperti itu tujuannya ke jurusan manajemen bisnis Risa, bukan jurusan kita" argumenku.

"Iya juga sih, ya sudah kamu cari dulu refrensi di google, mana tahu dapat pencerahan kan" arahan Risa yang cukup memungkinkan dengan mata santai dan bahu kanan agak naik sedikit menambah kesan meyakinkan.

"Baiklah, oiya jadwal aku besok bimbingan dengan pak Pram, aku belum ada persiapan lagi!" keluhku yang tidak akan menyelesaikan masalah dengan mata yang khawatir.

"Hayo lah, banyak baca sholawat saat jumpa bapak itu Gita, dan banyak refrensi juga, kamu harus pahami latar belakang rumusan masalahnya, karna banyak dari kawan kita judul skripsi mereka ditolak perkara tidak cocok dengan x terhadap y" jelas Risa yang menakuti mentalku.

"X terhadap y? Maksudnya gimana?" tanyaku dengan lugu.

"Anggita, kan sudah dijelasin di mata kuliah metodologi skripsi, itu rumus untuk mencari judul skripsi" jelas Risa dengan tangan yang meraih air minum lalu meminumnya. "Lebih singkatnya sih, judul itu kan ada beberapa variabel, namun di kita itu 2 variabel cukup untuk skripsi. Ibaratnya "x" sama dengan variabel yang bebas, dan "y" itu variabel yang terikat, lebih ke masalah yang ingin kita tuju. Misalnya dinas ketenagakerjaan terhadap manajemen pemasaran pada industri home made kripik pisang, variabel "x" adalah dinas ketenagakerjaan, dan variabel "y" itu pada manajemen pemasarannya" hardik Risa dengan nada penjelasan yang datar sembari untuk memahamkan penjelasan dengan peragakan tangan.

"Ohhh..." dengan mulutku yang membulatkan bibir dan bernada panjang, sembari mengangguk menandakan paham dengan Risa katakan. "Tapikan Risa, judul yang kamu contohkan itu bukan jurusan kita kan?" pertanyaan polos ku yang membuat Risa melemaskan badannya.

"Astaghfirullah Anggita, kan sudah aku jelaskan dengan kata misalnya, berartikan bisa saja contoh judul yang bukan jurusan kita" jawaban Risa yang memelas karena pertanyaanku.

Pria yang berdiri di sebelah steling dengan melipatkan kedua tangan sedang memantau reaksi kami, mata yang dingin, baju kemeja yang terbuka, kaos hitam untuk menyelimuti badan, celana jens yang khas dengan warna biru pudar. Mata Risa yang melirik kepadaku untuk memberitahukan keberadaan Arga di samping steling dagangan, aku langsung memutarkan badan 90 derajat untuk memastikannya.

"Sini" sapaku dengan ramah sembari tangan melambai.

Jatuhan tangan Arga dan langkah kakinya menghampiri kami serta menarik kursi plastik yang disediakan lalu duduk di sebelah ku.

"Kamu sudah lama berdiri disitu?" tanyaku dengan nada datar serta mataku melirik ke matanya, pemandangan saling tatapan satu sama lain terjadi.

Risa hanya melihat aksi kami dan tersenyum lembut.

"Cuma sebentar" singkat Arga sembari memalingkan pandangan, batinnya meronta astaghfirullah, bahwa pandangan itu belum halal baginya. "kalian bahas apa? Sepertinya serius kali" ujarnya dengan mata terfokus pada gelas bening yang di hadapanku.

"Tentang judul skripsi" singkat Risa dengan nada datar dan lirikan mata yang tertuju pada wajah Arga "Skripsi kamu sudah sampai mana?" pertanyaan polos dari Risa membuat raut wajah Arga memelas.

"Jangan tanyakan itu Risa, kamu akan mengerti saat memperjuangkan skripsi" ujar Arga sedikit cemberut.

"Tapi masih semangat kan?" potong pembicaraanku kepada Arga. "Apa pake joki orang?" pertanyaanku yang mungkin menambah beban pikirannya.

"Astaghfirullah Anggita!" tandas Arga untuk menyadarkan pertanyaanku, "Sejatuh-jatuhnya psikis aku, jangan sampai ada yang campur tangan di dalam skripsi ku" rengek Arga memperjelas keyakinannya untuk sanggup mengerjakan skripsi.

"Hahaha" aku dan Risa tertawa lepas karena menggoda pemikiran Arga yang lebih condong serius.

"Ingat umur Arga, kawanmu udah pada mau nikah" lanjut Risa untuk menggoda lebih dalam.

"Sudahlah Risa, seharusnya aku yang bilang gitu ke kamu" balas Arga untuk membalikkan fakta.

"Hahaha, kalau aku nanti dulu lah, lagian belum nampak hilalnya" jawab Risa dengan nada datar dan mengayunkan tangan mengabarkan jangan dulu untuk nikah muda.

Aku membeo tertawa ikuti irama Risa. Arga hanya tersenyum lepas dan melihatku. Mata coklatnya berbinar seolah wajahku bagaikan keindahan alam semesta. Padahal wajahku standar pada umumnya, punya mata, hidung, bola mata coklat, kelopak mata, punya alis, bibir merah merona dan lengkap pada wajarnya.

"Gimana laporannya pak "Manajer"?" terang pertanyaan ku untuk membangkitkan suasana sembari memandang separuh wajah Arga.

"Untuk laporan minggu ini, aman terkendali semua, pelanggan naik walaupun angkanya tidak berbeda jauh" jelas Arga sambil mengambil hp di kantong celana kanannya. "Grafiknya sudah aku buat, dari bulan lalu peningkatannya lumayan, 5 %" jelas Arga sambil mencari file grafik di hp nya. "Ini pergerakan grafiknya" tutur Arga yang menyodorkan gambar grafik padaku dan Risa.

Aku dan Risa memfokuskan penglihatan pada lingkaran grafik lalu menganggukkan kepala.

"Untuk 5 % lumayanlah, Alhamdulillah" ucap syukurku atas perjuangan membangun bisnis bersama orang kepercayaan dan tulus membantu.

"Tapi ada kendala juga Anggita" gumam Arga bernada pelan dengan wajah memelas, "Persaingan kita makin ketat dengan pebisnis yang lain. Apakah kita harus ber-inovasi secepatnya?, Atau menurunkan harga agar banyak pelanggan?" usaha saran Arga untuk meningkatkan konsumen.

"Opp, pelan-pelan pak supir..." ucapku sedikit menghibur Arga. "Tenangkan diri dulu, tidak semua bisnis bisa di selesaikan dengan inovasi" jelas ku untuk meyakinkan pikirannya, "Adakalanya kita untuk ber-inovasi, dan adakalanya kita tidak harus ber-inovasi. Contoh saat ini, hanya karena pesaing yang bertambah pesat, untuk solusi ini kita memakai hukum alam saja, ada kualitas maka ada harga, karena, jika kita menurunkan harga maka konsumen mengonsumsi karena harganya murah, bukan karena ada kualitas yang pas sesuai harga. Padahal kita mementingkan kualitas dari pada harga pesaing." penjelasanku yang membuat Arga dan Risa terpaku mencoba untuk mencerna dari perkataanku. Aku tersadar dengan terdiam nya mereka "Intinya untuk saat ini harga dan kualitas di pertahankan dulu" singkatku untuk menyadarkan mereka.

"Oh..." serentak Risa dan Arga.

"Kita fokus pada bisnis kita, rezeki sudah ada yang ngatur dan tidak pernah tertukar" semangatku untuk membangkitkan semangat mereka. "Kita pasti bisa, untuk kedepannya kamu sering laporan saja, oke" ucapku mengarah wajah Arga untuk meyakinkan monitoring bisnisku.

Risa dan Arga hanya mengangguk pelan tanpa berkata.

Arga Wijayanto adalah mahasiswa akhir semester 9, jurusan teknik industri. Aku mengenalnya ketika dompet dia ketinggalan di masjid universitas dan tertera KTP serta lengkap data diri, saat itu aku semester 2. Singkat cerita, aku bisa menemukan dia dan mengembalikan dompetnya ketika dia lagi memakai sepatu di masjid yang sama, setelah pertemuan itu, aku dan Risa sering berpapasan saat sholat sehingga akhirnya dia menjadi salah satu orang kepercayaanku untuk monitoring bisnis aku di semua omset.

Selama bekerjasama dengannya omset aku membaik dan terarah. Walaupun dia jurusan teknik industri, tapi pada bidang manajemen bisnis dialah ahlinya, tanpa dia mungkin omsetku belum sampai seperti ini. Tugasku di bisnis hanya mengarahkan pengelolaan bukan untuk memanajemennya. Sistem program manajemen bisnis, ku serahkan semuanya kepada Arga, dan Arga menerimanya dengan senang hati. Dia bisa memanage antara waktu untuk kuliah dan monitoring bisnis, karena bagi dia itu adalah kerjaan yang dia suka.

Terpopuler

Comments

Mukmini Salasiyanti

Mukmini Salasiyanti

jd, mksdny nih thor,
dobing pak. pramuda nih, senior Anggita dulu?? ketua panitia??

2024-02-06

0

Sena Kobayakawa

Sena Kobayakawa

Ngakak guling-guling

2023-08-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!