Satu bulan berlalu semenjak kesepakatan dibuat…
Selama satu bulan, aku mencoba menghubungi Hiroshi dengan intens melalui telepon rumah. Menceritakan kegiatanku di sekolah, bercerita tentang film yang kami tonton di televisi dan banyak hal. Aku mencoba memperbaiki komunikasi yang sempat macet karena ulah Kawaki yang terus menggangguku.
“Chiyo…bagaimana kalau kita berkencan besok, karena nanti malam aku pulang ke Hokkaido” ajak Hiroshi via telepon.
“Baiklah, aku akan menunggumu besok” kataku dengan senang.
“Kita bertemu di cafe langganan kita ya, yang tak jauh dari SMA mu” tambahnya.
“Iya, jam 11 siang ya kita bertemu di sana” ucapku.
“Ok, aku merindukanmu …Chiyo” katanya membuat wajahku memerah.
“Aku juga” jawabku mencoba menahan rasa bahagiaku agar tak terlalu ketara di telepon.
Setelah kami mengobrol cukup lama di telepon dimana kami berjanji untuk bertemu hari minggu esok untuk berkencan, aku pun melingkari tanggal di kalender dengan senyum – senyum sendiri. Merasa hari – hariku indah karena kasmaran. Hiroshi sudah cukup lama tidak pulang ke Hokkaido, dikarenakan dia banyak kegiatan di weekend untuk praktek tugas kuliahnya.
Aku memutuskan untuk membeli baju baru untuk ku kenakan di waktu berkencan bersama Hiroshi. Aku pergi ke sebuah mall di Sapporo, setelah aku memilah dan membelinya kemudian aku bergegas pulang. Aku berjalan ke halte untuk pulang dengan bus kota.
Namun tiba – tiba sebuah mobil off road berwana hitam berhenti dan ada dua orang memakai masker dan topi hitam langsung menghampiriku. Aku terkejut mereka menarikku paksa dan membiusku dengan sapu tangan.
Saat aku sadar, aku sudah mendapati diriku berada di sebuah kamar hotel dengan view yang persis sama pernah aku tinggali. Ini di The Lake View Toyamu Don Resort, tanganku terikat di sebuah kursi dimana aku terduduk dengan mulut di lakban.
Ada seorang laki – laki bertubuh atletis dengan tattoo naga di punggungnya, memunggungi ku dengan telan%ang dada. Dilihat dari potongan rambutnya dan tinggi tubuhnya, aku tahu bahwa dia adalah Kawaki.
Aku mencoba bergerak – gerak, meminta untuk dilepaskan. Kawaki menoleh ke arahku duduk di menghadap ke arahku tepat di depanku dan sangat dekat. Dia menjambak rambutku yang terurai dan menyiramkan alcohol yang ada di gelas yang ia pegang ke wajahku.
“Apa kabar jal@ng” sapanya sinis.
Sekujur dadanya penuh luka, aku tahu dia adalah petarung dengan sepak terjang yang cukup lama.
“Kamu merindukanku?” tanyanya sambil menginjak kedua punggung kakiku dengan kakinya tanpa alas.
“Beraninya kamu meninggalkanku waktu itu, menurutmu aku akan mati dengan mudahnya” dia mulai menunjukkan wajah kebencian kepadaku.
Dicengkeramnya leherku, seakan begitu kuat dan aku merasa tercekik dengan satu tangannya yang kokoh itu.
Dia pun melepaskan lakban di mulutku, serta cekikannya dari leherku.
“Kita sudah sepakat waktu itu, aku sudah memberikan darahku agar kamu tetap hidup. Padahal aku berharap kamu mati di waktu itu” kataku tak gentar.
Dia menampar wajahku, “PLAAAK!!”.
“Menurutmu polisi percaya meski kamu mencoba melaporkanku, hilangnya dirimu pun polisi tak akan bisa menemukanmu” ancamnya.
“Aku yakin mereka akan menolongku setelah ku tunjukkan dengan bukti itu serta semua perlakuanmu kepadaku. Aku akan memenjarakan mu” tambahku penuh percaya diri.
Dia menamparku untuk kedua kalinya, “PLAAAK!!!”.
“Kamu masih sangat angkuh, menurutmu siapa dirimu?. Bahkan kamu berteriak meminta tolong pun disini, Ryota tak akan menanggapinya. Semua orang pun tahu kalau kamu adalah milikku” akunya.
“Dasar bren%$ek!!! Aku bukanlah milikmu!!!” teriakku histeris.
Dia tersenyum kepadaku, lalu mengambil sebuah suntikan dan menancapkan ke leherku. Aku pun melemah dan terlelap.
Entah berapa lama aku terlelap, aku sudah berada di ranjang dengan kaki yang berat. Tanganku terborgol dan kaki kananku di rantai dengan sebuah beton berat berbentuk bulat yang membuatku susah menggerakkan kakiku.
“Apa – apaan ini?! Lepaskan aku!!!” teriakku. Kawaki duduk sambil merokok menghadap ke danau, dia tak menanggapi teriakanku.
“Apa kamu tuli, lepaskan borgol dan rantai ini dariku!!” teriakku kembali tapi dia tak bergeming.
Aku berjalan terseret – seret menghampiri, sebelum sempat aku memukulnya dengan kedua tanganku dia menarik ku duduk di pangkuannya. Kami duduk berpangku dengan kedua tangannya mengunci pinggangku menghadap danau.
“Lihatlah pemandangan indah ini, sebentar lagi akan ada pertunjukan yang menarik” katanya sambil tersenyum.
“Lepaskan aku!!” teriakku.
Lantas dia merobek bajuku dari punggung….”SREEETTTTT”. Dia menyundutkan ujung rokoknya yang menyala ke punggungku yang terbuka sedangkan tangan satunya lagi membungkam mulutku.
Aku mengernyit kesakitan, seakan kulitku terbakar karenanya. Dia pun mendorongku hingga tertelungkup di lantai.
“Gunakan semangatmu itu untuk pertunjukkan kita sebentar lagi” katanya kemudian meninggalkanku. Dia pergi keluar dari kamar mengambil jaket kulit hitam dari kursi dan pergi begitu saja. Nampak saat pintu terbuka aku melihat dua orang asing berpakaian hitam berdiri di depan pintu.
“Sial…aku tak bisa melarikan diri kalau begini” gumamku di hati mencoba berpikir cara untuk kabur.
Aku mencari jam untuk mengetahui waktu saat ini namun tak ada satupun jam di dalam kamar tersebut. Seakan disengaja, agar aku tak mengetahui waktu. Bahkan saluran teleponnya pun di cabut dan di non aktifkan. Aku harus bertemu dengan Hiroshi. Tapi dengan kondisiku seperti ini, bagaimana bisa aku menemuinya.
Aku berjalan ke kamar mandi mencoba melihat luka bakar di punggungku dari pantulan cermin. Tak ada waktu untuk meratapinya, aku putuskan untuk menggedor – gedor pintu “DUG…DUG…DUG..!!!”.
“Buka pintunya, tolong lepaskan aku!!!” teriakku tapi tak ada yang menghiraukan ku.
Hotel ini kedap suara, namun tidak mungkin dikamar lain tak berisik dengan aksiku. Atau jangan – jangan satu lantai ini dikosongkan? Bisa saja terjadi dengan kekuasaan Kawaki.
Entah berapa lama… Kawaki akhirnya masuk lagi ke kamar, terlihat dari jendela sudah menunjukkan senja hari.
Dengan tubuhku setengah lemas dimana tidak makan dari kemarin, hingga mencoba menggedor – gedor pintu dengan suaraku yang habis kebanyakan berteriak. Aku hanya terkulai di ranjang, mendadak dia melepaskan borgol di tanganku dan rantai di kakiku.
Tanpa bicara dia menaruh semua barang itu di laci lemari sudut dekat ranjang, kemudian dia melepaskan jaket yang dia kenakan membuangnya di sudut lantai. Aku menatapnya bingung, kini dia bertelan%@ang dada. Menatapku dengan tersenyum sinis, aku pun diselimuti rasa was – was.
“Baiklah saatnya pertunjukan, gunakan semua tenagamu itu jal@ng” katanya sambil memandangku dengan wajah penuh kebencian di matanya.
“Apa maksudmu, jangan berani macam – macam terhadapku. Aku tak akan menyerah dengan begitu mudah” kataku menata ritme nafasku, mencoba untuk tidak gentar.
Dia berjalan mendekatiku ke ranjang, dia menyambar bibirku dan menciumnya dengan kasar. Aku meronta, namun dia makin menjadi dengan mengoyak pakaianku yang telah robek. Tenaganya begitu kuat, bagian pinggang ke atas dari tubuhku terbuka. Bra ku nampak jelas terumbar, dia menciumi leherku. Tangannya dan kakinya mengunci tangan dan kakiku.
Aku berteriak “Lepaskan aku!!!, Dasar gila!!!, Kawaki …aku akan membunuhmu!!!” teriakku.
“ARRRGGGGHH!!!...”
Seseorang membuka pintu kamar kami, dan berjalan masuk “TAP…TAP…TAP”.
Kak Ryota dan Hiroshi menatapku yang sedang diatas ranjang tertindih oleh tubuh Kawaki yang sedari tadi melecehkan ku.
“Hiroshi” kataku lirih dengan mata terbelalak.
Hiroshi memalingkan wajahnya dariku, aku tahu sorotnya matanya penuh kekecewaan.
“Maaf kan aku telah lancang mengganggu kalian dalam bercumbu, akan tetapi aku membutuhkan Chiyo untuk menerima telepon dari orang tuanya” kata kak Ryota dengan tenang.
Kawaki tersenyum dan melepaskan ku, “Baiklah tak masalah, waktu kami cukup panjang untuk melakukannya”.
Ryota menekan nomor telepon dan menyodorkan ponsel miliknya, dengan sangat malu aku menutupi tubuhku dengan selimut sembari mengambil telepon dari tangan kak Ryota.
Hiroshi langsung pergi tanpa ingin melihat wajahku, disitu hatiku pun terluka. Kemunculannya dengan kondisi ku yang dilecehkan seperti ini, dia malah pergi meninggalkan ku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments