POV KAWAKI (sudut pandang Kawaki)
Pagi yang cerah, setelah lelah berlatih di area pertarungan bersama para tim. Aku memutuskan untuk mandi membersihkan peluh yang mengucur di sekujur tubuhku. Aku mengenakan pakaian duka setelan hitam yang rapi untuk hadir dalam pemakaman Osamu Aihara.
Semua media memberitakan kematiannya dikarenakan bunuh diri. “Bukankah ini misi yang cukup mulus dan mudah” gumamku sembari mematikan layar tv plasma dan beranjak meninggalkan kamar.
Aku dan Asahi berjalan masuk ke area pemakaman. Nampak relasi klan Aihara cukup banyak hadir untuk berbela sungkawa. Ku bawakan seikat bunga lili putih untuk Osamu dan meletakkannya di makamnya.
Tatapan tajam menghujani semua gerak – gerik ku. “Ini adalah salam untuk genderang perang” gumamku di hati sembari membungkukkan tubuhku memberi penghormatan.
“Kamu adalah Kawaki Endo?” tanya orang tua yang berdiri di depanku dengan mengenakan topi dan tongkat di tangan kanannya.
“Terimakasih sudah mengenalku” jawabku sambil tersenyum dingin.
“Jadi klan Endo mengirim mu untuk mencoba menghancurkan kami, sungguh tidak terduga. Anak kemarin sore sudah harus menanggung misi seberat ini. Begitu percaya diri sekali si Matsumoto untuk mengantarkan putra sulungnya ke kandang harimau” katanya yang tak enak di dengar.
“Klan Aihara yang memiliki kekuasaan tak sebesar klan Endo, tak seharusnya mengirim tim inti untuk menghancurkan kalian. Karena itu hanya akan membuang – buang tenaga dan waktu. Biarlah saya anak kemarin sore ini, yang akan menghadapi para harimau dari klan Aihara” tanggap ku mencoba merendah sambil menatap tajam wajah si kakek tua itu.
“HA…HA…HA…kamu akan menyesal menghancurkan kami anak muda, takdirmu terlalu menyedihkan” tambahnya seraya mempersilahkan aku pergi dari pemakaman.
Aku pun tersenyum dan langsung melangkah pergi menuju mobil.
Setibanya aku di mobil, aku merasa kesal dengan ucapannya.
“Kenapa takdirku menyedihkan, apa maksud dari si kakek tua itu? Aku akan mengakhirinya dengan cepat, bagaimana dengan pabrik nar**ba bawah tanah milik mereka?” tanyaku kesal kepada Asahi yang menyetir di depan.
“75% dari produksi mereka sudah kita lumpuhkan, tersisa 25% di pulau – pulau kecil masih kami selidiki” jawab Asahi menghadap ke depan.
“Mereka masih saja tidak tunduk, sepertinya mereka menginginkan pembantaian masal” kataku marah.
Ku buka kaca mobil sebelahku duduk, mencoba menghirup udara luar dan menatap langit biru. Disaat seperti ini aku merindukan mainanku.
“Siapkan Night Club untuk kita mengadakan party, pastikan semua aman. Akan ada tamu agung yang akan kita undang untuk bersenang – senang” perintahku.
“Baik”.
Langit pun berganti malam…
Aku menculiknya dari rumah sakit, meski seperti biasa harus banyak drama perlawanan. Bukan dia kalau tidak melawan, meski dia tahu tak akan menang melawanku.
Setibanya di basement night club…
“Kawaki, apakah dia tetap mengenakan pakaian rumah sakit itu. Dia akan mencolok diantara tamu yang lain” kata Jiro.
“Panggil salah satu wanita dari night club untuk menggantikan pakaiannya dengan pakaian yang mereka punya, sebelum kita masuk” ujarku sembari membaringkan tubuhnya di jok belakang mobil.
Seorang wanita ja%@ng datang dan masuk ke mobil untuk menggantikan pakaiannya. Selang beberapa menit, wanita itu keluar.
“Kalian tidak membawakan alas kaki, kasihan kakinya sangat dingin” tanya wanita itu.
“Sudahlah itu bukan urusanmu, ini bayaranmu dan masuklah” jawab Jiro sembari memberikan uang kepada wanita ja%@ng itu.
Dia pun berlalu, dan aku pun masuk ke dalam mobil untuk mengambil tubuh gadis itu yang terkulai tak sadarkan diri karena di bius. Aku terbelalak melihat apa yang dia kenakan, dia seakan tersulap seperti wanita ja%@ng barusan. Aku terpaku melihat tubuhnya, ingin rasanya ku lucuti pakaiannya.
“Kawaki… biar kami saja membawanya masuk” kata Jiro sambil menepuk bahuku dari belakang. Menyadarkan aku dari pikiranku barusan.
“Tidak usah, aku akan bawanya. Dia milikku jadi aku akan mengurusnya sendiri” sahutku langsung menggendongnya.
Jiro dan Enju mengikuti ku dari belakang sembari menatap lekuk tubuh gadis angkuh yang ku gendong ini. Berarti yang aku rasakan adalah hal yang wajar, karena aku adalah laki – laki muda yang normal. Tapi mengapa ada perasaan tak nyaman dengan apa yang aku pikirkan.
Kami masuk ruangan VVIP yang telah kami sewa, aku meletakkan kepalanya di pangkuanku dan tubuhnya terbaring di sofa. Jiro dan yang lainnya memanggil para pel@%ur kelas atas untuk menemani mereka. Kami pun minum – minum dan menikmati malam dengan hentakan music yang keras.
“Hei Kawaki, kamu tidak memanggil wanita untuk menemanimu?” tanya Uta kepadaku.
“Tidak perlu, sudah ada gadis muda tidur di pangkuanku. Lihatlah, dia cukup untuk melayaniku” jawabku sembari menghisap rokok dan membelai rambut panjang si gadis angkuh.
“HA…HA..HA…HA…!!!” semua tertawa.
“Dia memang tak kalah dengan lainnya” kata Enju menimpali lalu meneguk segelas alcohol yang ada di tangannya.
Aku hanya bisa tersenyum tipis sembari menatap wajahnya yang terlelap. Dia memang manis, dan aku merasa tergoda sesaat atas dirinya.
Tiba – tiba seorang wanita ja%@ng berambut pendek sebahu dengan mini dress ketat dan stocking jaring – jaring masuk dan menghampiriku. Dia menyandarkan kepalanya di bahuku, dan mengaitkan kedua tangannya ke lengan kananku.
“Kamu siapa, berani sekali menyentuhku?” tanyaku kesal.
“Apakah kamu lupa kepadaku, ini aku Nami. Kamu tak pernah memanggilku lagi setelah malam itu” katanya dengan suara dibuat – buat.
“Dia adalah wanita yang kamu kencani saat pertama datang ke Hokkaido” tambah Hotaru.
Aku pun menyundutkan puntung rokok yang ku pegang ke paha wanita ja%@ng itu yang terbalut jaring – jaring hitam.
“Aku benci bau parfummu, menyingkir lah” kataku dan menatapnya tajam.
“AAAARGGHHH…!!!” dia pun berteriak kesakitan lantas berdiri mengusap – usap pahanya.
“Kenapa kamu perlakukan aku begini, padahal kita telah bersenang – senang saat itu” keluhnya membuatku muak.
“Keluar dan jangan muncul lagi di hadapanku, atau aku akan melemparkan gelas yang ada di hadapanku ke kepalamu” kataku kesal.
Dia pun menatap wajahku dengan ketakutan dan berlari keluar.
Aku pun kembali merokok dan minum sembari menunggu gadis angkuh ini siuman, karena aku ingin bermain dengannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments