BAB XIII : DIA MENARIK [KAWAKI]

POV KAWAKI (sudut pandang Kawaki)

Aku terbaring di ranjang dengan tubuh setengah telan**ng, berbalut selimut. Asahi datang membangunkan ku dengan aroma teh bunga krisan yang menyeruak memenuhi ruangan. Teh hangat yang dibuatnya setiap pagi untukku.

Entah berapa lama dia melakukan itu untukku, tapi aku sangat berterimakasih untuk apa yang dia lakukan kepadaku selama ini. Tubuhku terbangun, duduk di ranjang menatap matahari yang sudah bersinar di jendela dimana Asahi membuka tirai warna putih itu.

“Selamat pagi Tuan Muda” sapanya berdiri di samping ranjangku.

“Selamat pagi, bagaimana kabar dengan sasaran kita selanjutnya?” tanyaku sembari meminum teh yang dibawanya.

“Osamu Aihara tinggal di salah satu rumah sakit Sapporo, di kamar 206. Dia mengalami depresi setelah istri dan anaknya meninggalkannya satu tahun yang lalu. Namun dia masih mengambil perannya dalam peredaran nar**ba untuk area Hokkaido. Dia merupakan anak sulung dari keluarga Aihara” jelas Asahi.

“Seberapa besar perannya di bisnis nar**ba untuk klannya?” tanyaku kembali.

“Masuk rumah sakit adalah tameng untuk dia bisa mengoperasikan seluruh kegiatan pasokan hingga distribusi nar**ba yang di produksi klan Aihara. Dia mengkoordinasikannya dengan berbagai kode – kode sandi melalui komputernya, agar tidak bisa dilacak oleh polisi. Bahkan IPnya tidak bisa terdeteksi oleh pihak kepolisian. Dia bermain sangat teliti, dia satu – satunya orang di balik layar dalam bisnis ini” jelas Asahi memberikan data – data melalui ipad yang diberikan kepadaku.

Nampak jelas dari data – data dilayar ipad, bahwa ini adalah bisnis pendulang emas untuk menyokong klan Aihara.

“Kita harus memotong akar untuk sebuah pohon besar, agar tumbang dan tak menghasilkan buah untuk klan Aihara” kataku.

“Baik, kami sudah mempersiapkan strategi misi ini” kata Asahi.

“Baiklah, nanti malam kita akan beraksi. Siapkan Enju untuk melakukan misi ini bersamaku” perintahku.

“Baik, saya akan segera mengabari Enju untuk bersiap malam ini. Oh ya, mengenai gadis yang bernama Chiyo ternyata berada dalam rumah sakit yang sama saat ini. Dia berada di kamar 108, di diagnosa mengalami patah tulang di bagian jari pada tangan kanannya. Namun itu hanya retak saja, tidak terlalu parah. Dia akan di rawat selama 5 hari ke depan” tambah Asahi.

“Benarkah, berarti mereka dalam sangkar yang sama. Aku harus bersiap untuk malam ini” kataku dengan tersenyum licik.

Malam pun datang…

ID card, finger dan kostum penyamaran, semua yang di perlukan untuk misi telah siap.

“Aku sudah meminta Nemo untuk mengurus CCTV dan pegang kendali di bawah” kata Enju.

“Bagus, saatnya kita mendatangi tikus yang akan kita tangkap” kataku sambil mengenakan kostum penyamaran.

“Hei Kawaki, kamu nampak dokter tertampan yang pernah aku lihat” ujar Enju mencoba bercanda.

“Bukan tampan tapi lebih tepatnya dokter teladan, bersiaplah” sahutku sembari berjalan masuk ke rumah sakit.

“SREKKKK…” Aku membuka pintu lalu menutupnya kembali.

Nampak Osamu menggunakan kacamata dengan laptop di atas ranjangnya.

“Bukankah seharusnya pasien beristirahat jam segini” kataku sembari berjalan santai mendekatinya.

“Apakah kamu dokter baru, aku sudah diberikan izin penuh mengenai kegiatanku. Pergilah aku tidak membutuhkanmu”.

“Sepertinya kamu perlu penenang untuk tidak terlalu banyak aktivitas” kataku membuka masker yang ku kenakan sedari tadi.

“Kamu… siapa kamu?” tanyanya sambil menutup laptop miliknya.

“Aku malaikat pencabut nyawa yang akan membantumu meringankan rasa kehilanganmu dengan begitu tenang” kataku sembari menyuntikkan cairan untuk dia bisa berhalusinasi.

“Apa yang kamu lakukan padaku, siapa yang menyuruhmu?” tanyanya panik seraya mengambil pistol yang berada di laci sebelah ranjangnya.

Namun dengan sigap aku menghalanginya, lantas menutup kembali laci yang terbuka itu.

“TIK TOK… TIK TOK…” hitungan detik obat dengan dosis tinggi itu pun bereaksi.

“Kepalaku… tidak, ah… Sizune …” dia mulai meracau.

Aku memegang tengkuk lehernya dan membisikkan “Pergilah ke atap, Sizune istrimu sedang menantimu. Dia ingin meninggalkanmu selamanya, namun dia merindukanmu. Dia ingin mati bersamamu”.

“Tidak … tidak, Sizune tidak boleh mati…” dia bergegas bangkit dari ranjang dan berlari keluar kamar. Aku pun mengambil laptop miliknya lantas ku serahkan pada Enju yang melintas di depan kamar. Dimasukkannya laptop itu di bawah trolly penuh selimut.

Aku pun berjalan mengikuti Osamu dengan tangga darurat.

Dia berteriak – teriak memanggil istrinya “Sizune!!! Dimana kamu berada?!”.

Sangat menyedihkan, pria gila itu adalah tombak untuk klan Aihara.

“Dia meminta pertolonganmu di bawah sana, lihatlah kebawah” kataku seketika mendorongnya.

Dan…. Brukkk…..Tubuhnya terkulai bersimbah darah di kerumuni orang – orang yang ada dibawah rumah sakit.

“Huft pemandangan yang cukup tragis, pergilah dengan tenang. Istri dan anakmu tak akan pernah kembali untuk mengingatmu” kata perpisahanku.

Aku pun berjalan meninggalkan TKP (Tempat Kejadian Perkara).

Aku melepaskan sarung tangan karet yang sedari tadi ku kenakan, ku masukkan kedalam jas putih yang ku kenakan. Aku melihat gadis angkuh bermata indah itu berjalan di lorong lantai 3.

Dia tak menyadari keberadaan ku, sangat sembrono apakah dia lupa kepada lelaki yang mematahkan jemarinya?.

Aku langsung merangkulnya dari belakang dan menggiringnya ke kamar.

“Masuk kamar saja, pasien harus banyak istirahat. Kalau tidak nanti diistirahatkan lho” kataku lirih.

Aku merasakan dengus nafasnya yang tak beraturan, apakah dia terkejut?.

Enju berhasil menyelesaikan misinya dan berjalan berpapasan denganku, semua data berhasil di salin.

Sesampainya aku dan dia masuk dalam kamar, aku pun langsung memberikan pemandangan yang indah untuk kami nikmati.

“Indah kan..” kataku sambil tersenyum dingin.

“Kamu membunuhnya?” tanyanya.

“Hmmm… menurutmu bagaimana apakah dia terbunuh olehku atau dirinya sendiri?” tanyaku balik lalu menarik selang infus dengan kasar dari tangannya.

“AAAAUUUU…” serunya yang merasa sakit karena infus yang tercabut paksa dari nadinya.

Lalu aku berbaring di ranjangnya, menepuk – nepuk bantal dan memastikan diriku nyaman. Disinilah dia berbaring, ranjang yang paling tidak kusukai.

“Apakah kamu mencari keberadaan ku hingga kesini?” tanyanya memastikan dengan tatapan tak suka yang mengarah kepadaku. Aku suka bola matanya itu.

“Percaya diri sekali kamu ini, memangnya sepenting itukah dirimu bagiku? Ini namanya keberuntungan, saat aku mencoba mengejar tikus dan ternyata ada kelinci yang ikut bersembunyi di sarang yang sama. Tikus telah mati karena ulahnya sendiri, akankah kelinci juga demikian. Hmmm… entahlah” jawabku yang terbaring sambil menutup mata dengan lengan kiriku. Matanya seakan menggodaku untuk ku kalahkan.

Dia mencoba melangkah pelan untuk kabur, dan mengecoh ku dengan pertanyaan lain.

“Lantai apa sebenarnya maumu?”.

“Hmmm… mauku adalah bermain dengan kelinci itu”.

Dia berlari kearah pintu dan membukanya, padahal Enju berdiri di balik pintu. Sangat lucu….

“Kemarilah, atau aku akan melempar pisau dari sakuku ke arahmu” ancam ku.

Dia pun berjalan ke arahku dengan keangkuhannya.

Aku menyisihkan lenganku dan membuka mataku, memiringkan tubuhku dan menatap kearahnya.

“Kamu tak seberani itu, rasa takutmu sudah nampak” kataku.

Pandangannya dengan cepat menatap vas bunga di sebelahku, jelas dia mau melakukan perlawanan. Mudah sekali dirinya terbaca, bodoh…

“Kamu ingin melempar ku dengan vas bunga itu? Cobalah” kataku.

“Menurutmu kepalamu sekeras batu, sampai kamu mau uji nyali” sahutnya sok berani.

Lantas aku mengambil vas bunga itu dan menghantamkan ke kepalaku “PRAKKK…!”. Vas bunga itu pecah berkeping – keping, terasa ada darah yang mengalir ke dahiku. Nampak dia tertegun menatapku, seharusnya dia sadar dengan siapa dia berhadapan.

Aku pun kemudian meraih kepalanya, dan membenturkan dahiku ke dahinya.

“Ku mohon hentikan” katanya masih dengan keangkuhannya meski jelas dia takut padaku.

“Membunuhmu adalah hal sangat mudah, tapi bagiku kamu bukanlah untuk dibunuh. Jadi bertahanlah hingga aku puas denganmu” bisikku di telinganya. Ku lirik tangan kanannya yang berbalut gips warna putih itu, lalu aku mencium tangannya dan meninggalkannya sebagai ucapan selamat tinggal.

Dia menarik, membuatku ingin terus bermain dengannya.

Setelah keluar dari kamar 108, aku berjalan ke basement. Enju dan Nemo langsung menghampiriku dengan mobil sewaan berwarna hitam. Aku pun masuk dan membuang semua alat penyamaran yang ku kenakan ke dalam kantong plastik hitam di dalam mobil.

“Kawaki kenapa dengan dahimu?” tanya Enju sambil melihatku dari spion tengah yang mengarah ke bangku belakang.

“Ini hasil bermain dengan gadis itu” kataku singkat.

Nemo pun menyodorkan tissue kepadaku, tapi aku menepisnya.

“Apakah dia semenarik itu padahal di luar sana banyak gadis – gadis muda dan bahkan wanita dewasa mengantri untuk menemanimu” kata Enju.

“Dia tidak seperti gadis lainnya, yang menyodorkan tubuhnya untukku. Menginginkan sesuatu dariku atau merasa takut kepadaku dan melayaniku. Dia sangat berani dan menantang, dia membuat penatku sedikit hilang” jawabku sembari membayangkan raut wajahnya saat ini.

Episodes
1 BAB I: PERTEMUAN DENGANNYA
2 BAB II : SIAPA DIA?
3 BAB III : AKU DICULIK
4 BAB IV : AKU ADALAH MAINAN KAWAKI
5 BAB V : KAWAKI ADALAH SEORANG YAKUZA!
6 BAB VI : PENGAKUAN HIROSHI
7 BAB VII : BERPAPASAN DENGAN UTA
8 BAB VIII : KARAOKE SUNAGAWA
9 BAB IX : TINDAKAN ASAHI MENJADI TANDA TANYA
10 BAB X : KEPERGIAN HIROSHI
11 BAB XI : SISI LAIN DARI KAWAKI
12 BAB XII : BERTEMU GADIS ITU [ KAWAKI]
13 BAB XIII : DIA MENARIK [KAWAKI]
14 BAB XIV : TERGODA [KAWAKI]
15 BAB XV: NASEHAT HATORI
16 BAB XVI : KEMARAHAN KAK RYOTA
17 BAB XVII : PENYERANGAN DARI KLAN AIHARA
18 BAB XVIII : MENJADI SASARAN KLAN AIHARA
19 BAB XIX : KESEPAKATAN AKU DAN KAWAKI
20 BAB XX: KEMUNCULAN HIROSHI
21 BAB 21: PERASAAN HIROSHI
22 BAB 22 : PERTUNANGAN BERDARAH
23 BAB 23 : MELARIKAN DIRI
24 BAB 24 : KEHIDUPAN BARU
25 BAB 25 : KEMATIAN KENJI
26 BAB 26 : KEMUNCULAN KAWAKI
27 BAB 27 : YOSHIKO KOBAYASHI ADALAH AKU
28 BAB 28 : SELAMAT TINGGAL NAOKO
29 BAB 29 : TRAGEDI NAOKO
30 BAB 30 : PERTEMUAN KAWAKI DAN RYOTA
31 BAB 31 : PERTEMUAN DENGAN JIRO SI IKAN BUNTAL
32 BAB 32 : KAKEK JATUH SAKIT
33 BAB 33 : KEMATIAN KAKEK
34 BAB 34 : BERTEMU HIROSHI
35 BAB 35 : KEPUTUSAN HIROSHI
36 BAB 36 : PILIHAN JIRO
37 BAB 37 : TERSEKAP DI BANGSAL BAWAH TANAH
38 BAB 38: API CEMBURU
39 BAB 39 : KANON SANG ADIK TIRI
40 BAB 40 : TANPA KASIH SAYANG
41 BAB 41 : PENGAKUAN JIRO
42 BAB 42 : PERTEMUAN DENGAN AYAH
43 BAB 43 : RENCANA PERTUNANGAN HIROSHI
44 BAB 44 : RENCANA RYOTA
45 BAB 45 : REAKSI HIROSHI
46 BAB 46 : PUNCAK KESABARAN HIROSHI
47 BAB 47 : PERTENGKARAN HIROSHI DAN KAWAKI
48 BAB 48 : OBSESI KAWAKI
49 BAB 49 : MENGINGATKAN KEPADA IBUNYA
50 BAB 50 : EVAKUASI IBU DAN AYAH
51 BAB 51 : PERTEMUAN RAHASIA
52 BAB 52 : RUMAH YANG TERBAKAR
53 BAB 53 : KEDATANGAN KANON
54 BAB 54 : PERTEMUAN KANON DAN HIROSHI
55 BAB 55 : PERKATAAN KANON
56 BAB 56 : KEMBALI KE TOKYO
57 BAB 57 : MALAM PANAS
58 BAB 58 : KEBEJATAN KAWAKI
59 BAB 59 : KEMALANGAN
60 BAB 60 : RAHASIA MASA LALU
61 BAB 61 : TUBUH YANG DIKUASAI KAWAKI
62 BAB 62 : KEHAMILAN YANG MENGEJUTKAN
63 BAB 63 : PERTEMUAN DUA KELUARGA
64 BAB 64 : KEDATANGAN SOMA
65 BAB 65 : H-1 MENUJU HARI PERTUNANGAN
66 BAB 66 : PERTEMUAN KAWAKI DAN SOMA
67 BAB 67 : PENGAKUAN KANON
68 BAB 68 : SEBUAH SURAT PERWALIAN
69 BAB 69 : PENYERANGAN KELOMPOK BERTOPENG
70 BAB 70 : PELARIAN DAN PERBURUAN
71 BAB 71 : SEBUAH JEBAKAN MASA LALU
72 BAB 72 : DIBALIK KEMATIAN KUMIKO
73 BAB 73 : TAK ADA LAGI AIR MATA
74 BAB 74 : KEMARAHAN AYAH KAWAKI
75 BAB 75 : PERSETERUAN KAWAKI DAN SOMA
76 BAB 76 : SEBUAH TANDA KEPEMILIKAN
77 BAB 77 : HARI KEBEBASAN DAN SKEMA PELARIAN
78 BAB 78 : DI BALIK RUMAH TANGGA RYOTA
79 BAB 79 : KEHANGATAN SEORANG KAKAK
80 BAB 80 : PERMINTAAN BERCERAI
81 BAB 81 : MISI PEMBUNUHAN MINNA
82 BAB 82 : PEMAKAMAN MINNA
83 BAB 83 : DRAMA DI MULAI
84 BAB 84 : NIKAHI AKU
85 BAB 85 : PERMINTAAN MENIKAH YANG MENGEJUTKAN
86 BAB 86 : KENCAN PERTAMA
87 BAB 87 : PERASAAN KANON TERHADAP HIROSHI
88 BAB 88 : SIKAP KAWAKI TAK TERDUGA
89 BAB 89 : DUEL PROSTITUSI
90 BAB 90 : PENGAKUAN CINTA KAWAKI
91 BAB 91 : MELEPAS HIROSHI
92 BAB 92 : AYAH KAWAKI
93 BAB 93 : PESONA AKARI
94 BAB 94 : DAYA PIKAT AKARI
Episodes

Updated 94 Episodes

1
BAB I: PERTEMUAN DENGANNYA
2
BAB II : SIAPA DIA?
3
BAB III : AKU DICULIK
4
BAB IV : AKU ADALAH MAINAN KAWAKI
5
BAB V : KAWAKI ADALAH SEORANG YAKUZA!
6
BAB VI : PENGAKUAN HIROSHI
7
BAB VII : BERPAPASAN DENGAN UTA
8
BAB VIII : KARAOKE SUNAGAWA
9
BAB IX : TINDAKAN ASAHI MENJADI TANDA TANYA
10
BAB X : KEPERGIAN HIROSHI
11
BAB XI : SISI LAIN DARI KAWAKI
12
BAB XII : BERTEMU GADIS ITU [ KAWAKI]
13
BAB XIII : DIA MENARIK [KAWAKI]
14
BAB XIV : TERGODA [KAWAKI]
15
BAB XV: NASEHAT HATORI
16
BAB XVI : KEMARAHAN KAK RYOTA
17
BAB XVII : PENYERANGAN DARI KLAN AIHARA
18
BAB XVIII : MENJADI SASARAN KLAN AIHARA
19
BAB XIX : KESEPAKATAN AKU DAN KAWAKI
20
BAB XX: KEMUNCULAN HIROSHI
21
BAB 21: PERASAAN HIROSHI
22
BAB 22 : PERTUNANGAN BERDARAH
23
BAB 23 : MELARIKAN DIRI
24
BAB 24 : KEHIDUPAN BARU
25
BAB 25 : KEMATIAN KENJI
26
BAB 26 : KEMUNCULAN KAWAKI
27
BAB 27 : YOSHIKO KOBAYASHI ADALAH AKU
28
BAB 28 : SELAMAT TINGGAL NAOKO
29
BAB 29 : TRAGEDI NAOKO
30
BAB 30 : PERTEMUAN KAWAKI DAN RYOTA
31
BAB 31 : PERTEMUAN DENGAN JIRO SI IKAN BUNTAL
32
BAB 32 : KAKEK JATUH SAKIT
33
BAB 33 : KEMATIAN KAKEK
34
BAB 34 : BERTEMU HIROSHI
35
BAB 35 : KEPUTUSAN HIROSHI
36
BAB 36 : PILIHAN JIRO
37
BAB 37 : TERSEKAP DI BANGSAL BAWAH TANAH
38
BAB 38: API CEMBURU
39
BAB 39 : KANON SANG ADIK TIRI
40
BAB 40 : TANPA KASIH SAYANG
41
BAB 41 : PENGAKUAN JIRO
42
BAB 42 : PERTEMUAN DENGAN AYAH
43
BAB 43 : RENCANA PERTUNANGAN HIROSHI
44
BAB 44 : RENCANA RYOTA
45
BAB 45 : REAKSI HIROSHI
46
BAB 46 : PUNCAK KESABARAN HIROSHI
47
BAB 47 : PERTENGKARAN HIROSHI DAN KAWAKI
48
BAB 48 : OBSESI KAWAKI
49
BAB 49 : MENGINGATKAN KEPADA IBUNYA
50
BAB 50 : EVAKUASI IBU DAN AYAH
51
BAB 51 : PERTEMUAN RAHASIA
52
BAB 52 : RUMAH YANG TERBAKAR
53
BAB 53 : KEDATANGAN KANON
54
BAB 54 : PERTEMUAN KANON DAN HIROSHI
55
BAB 55 : PERKATAAN KANON
56
BAB 56 : KEMBALI KE TOKYO
57
BAB 57 : MALAM PANAS
58
BAB 58 : KEBEJATAN KAWAKI
59
BAB 59 : KEMALANGAN
60
BAB 60 : RAHASIA MASA LALU
61
BAB 61 : TUBUH YANG DIKUASAI KAWAKI
62
BAB 62 : KEHAMILAN YANG MENGEJUTKAN
63
BAB 63 : PERTEMUAN DUA KELUARGA
64
BAB 64 : KEDATANGAN SOMA
65
BAB 65 : H-1 MENUJU HARI PERTUNANGAN
66
BAB 66 : PERTEMUAN KAWAKI DAN SOMA
67
BAB 67 : PENGAKUAN KANON
68
BAB 68 : SEBUAH SURAT PERWALIAN
69
BAB 69 : PENYERANGAN KELOMPOK BERTOPENG
70
BAB 70 : PELARIAN DAN PERBURUAN
71
BAB 71 : SEBUAH JEBAKAN MASA LALU
72
BAB 72 : DIBALIK KEMATIAN KUMIKO
73
BAB 73 : TAK ADA LAGI AIR MATA
74
BAB 74 : KEMARAHAN AYAH KAWAKI
75
BAB 75 : PERSETERUAN KAWAKI DAN SOMA
76
BAB 76 : SEBUAH TANDA KEPEMILIKAN
77
BAB 77 : HARI KEBEBASAN DAN SKEMA PELARIAN
78
BAB 78 : DI BALIK RUMAH TANGGA RYOTA
79
BAB 79 : KEHANGATAN SEORANG KAKAK
80
BAB 80 : PERMINTAAN BERCERAI
81
BAB 81 : MISI PEMBUNUHAN MINNA
82
BAB 82 : PEMAKAMAN MINNA
83
BAB 83 : DRAMA DI MULAI
84
BAB 84 : NIKAHI AKU
85
BAB 85 : PERMINTAAN MENIKAH YANG MENGEJUTKAN
86
BAB 86 : KENCAN PERTAMA
87
BAB 87 : PERASAAN KANON TERHADAP HIROSHI
88
BAB 88 : SIKAP KAWAKI TAK TERDUGA
89
BAB 89 : DUEL PROSTITUSI
90
BAB 90 : PENGAKUAN CINTA KAWAKI
91
BAB 91 : MELEPAS HIROSHI
92
BAB 92 : AYAH KAWAKI
93
BAB 93 : PESONA AKARI
94
BAB 94 : DAYA PIKAT AKARI

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!