Tuhan seakan ada di pihak ku, setelah duel melawan ikan buntal dan si rambut coklat akhirnya aku bisa menghampiri ketiga laki – laki yang sedari tadi menonton pertarungan ini. Nafas yang terengah – engah dan kepalan tangan yang masih ku pertahankan, ku tatap Kawaki dengan tajam.
“Wah lumayan juga pertunjukan malam ini, aku cukup terhibur. Bagaimana kalau sekarang giliranku melakukannya” katanya langsung menendang ke arah perutku, gerakannya sedikit melambat dan aku pun bisa menghindar.
“Owh berarti speed seperti ini yang bisa kamu tangkis? Sangat disayangkan, aku tidak akan memberimu celah sekali lagi” dia pun tersenyum sinis dan dengan cepat meninju perutku, lantas tubuhnya memutar dan menghujam punggungku dengan sikunya. Benar – benar cepat, aku seakan tak bisa membaca pergerakannya. Aku tersungkur ke tanah memegangi perutku, terkulai hanya sekali serang.
Dari atas dia menjambak rambutku, lantas meremas rahangku.
“Bukankah ini sambutan yang cukup singkat, sangat disayangkan” katanya menatapku begitu dekat.
Dilepaskannya rahangku, lantas ditariknya tangan kananku.
“Hei… Hotaru dan Hatori, lihatlah… jarinya sudah bisa memukul sekarang. Seharusnya malam itu aku memotongnya” ucapnya.
Ternyata si kembar beralis tebal itu bernama Hotaru dan Hatori, namun aku belum bisa membedakan keduanya hanya bisa menandai warna rambutnya yang berbeda.
“Kamu terlalu baik padanya, Kawaki” sahut berambut Orange.
“Bagaimana kalau aku saja yang melakukannya untukmu?” si rambut Kuning menimpali.
Mereka sangat tak berperasaan, aku akan menandai keduanya.
“Mainanku hanya aku yang boleh memainkannya, bukankah begitu” katanya sembari memandangi jari – jariku dengan seksama.
Aku pun mengacungkan jari tengahku kepadanya, “Bukankah ini pantas untukmu”.
Dia tersenyum lantas ******* jari tengahku, sontak aku pun terkejut dengan sikapnya.
Lantas dia menggigitnya, membuatku kesakitan dan berteriak “AAARGHHH….!!!”.
Dia pun mengeluarkan jari tengahku dari mulutnya, aku langsung memegangi jari tengah tangan kananku dengan tangan kiriku. Benar – benar sakit, nampak ada darah dari bekas gigitannya.
“Kamu memilih ku gigit atau ku potong dengan gergaji?” tanyanya yang masih berjongkok di atasku.
“DASAR GILA!!!” teriakku histeris menahan sakit.
“Kawaki… sudah waktunya, ini jam 3 pagi kita harus bersiap untuk misi hari ini” kata rambut orange mengingatkan sambil melihat jam tangan dari pergelangan tangannya.
“Huft… padahal aku belum selesai bermain, baiklah ayo kita pergi. Bawa Uta dan Jiro ke mobil, telephone Asahi untuk membawa tamu kita pulang” perintah Kawaki.
Ok... sekarang aku mulai tahu masing - masing nama dari mereka, ternyata si ikan buntal bernama Jiro.
Hotaru dan Hatori memapah kedua temannya masuk ke dalam mobil sport sedan warna putih yang tadi di kendarai Kawaki.
Sedangkan Kawaki beranjak berdiri dan menginjak bahu kananku dengan kakinya yang berbalut sepatu sport berwarna merah.
“Malam ini sangat sebentar, sangat di sayangkan. Asahi akan mengantarkanmu pulang, beristirahatlah dan kumpulkan tenagamu untuk pertemuan kita selanjutnya. Aku sudah menandaimu, kamu tak akan bisa lepas dariku. Jangan coba melarikan diri, atau merencanakan sesuatu yang bodoh. Itu hanya akan merugikan dirimu sendiri. Ingatlah itu” ancamnya lalu pergi bersama anak buahnya.
Setengah jam setelah itu Asahi benar – benar datang menjemputku dan teman – temanku.
Seperti sebelumnya dia sangat sopan kepadaku, dalam diam dia melaju dengan kecepatan tinggi.
“Apakah Kawaki gangguan jiwa?” tanyaku sambil menatap jalan di depan.
“Kenapa anda bertanya seperti itu?” tanya Asahi balik.
“Lihatlah teman – temanku, dia pun mengganggu mereka. Sebenarnya apa salah kami?. Tidak cukupkah perlakuannya kepadaku?” keluhku.
“Anda bisa menanyakannya langsung kepada tuan Kawaki mengenai penyerangan tersebut” tanggap Asahi.
“Dia bilang aku adalah mainannya, apakah dia merasa aku seperti anjing peliharaan” tambahku.
“Tuan Muda Kawaki dari kecil tidak pernah punya peliharaan, dia tumbuh dengan belajar dan bertarung. Saya melayani Tuan Muda sejak kecil, dia tak pernah punya waktu untuk bermain. Mungkin saat inilah dia merasakan gejolak masa muda, dia hanya ingin sedikit bersenang – senang” jelas Asahi.
“Hanya orang tidak normal yang bersenang – senang dengan menganiaya orang lain” kataku mengakhiri pembicaraan.
Asahi hanya diam tak menanggapi perkataanku.
Asahi mengantarkankan aku dan Megumi ke rumahku, sedangkan Keiji Senpai ke rumah sakit terdekat untuk dirawat. Sejujurnya, perlakuan Asahi seakan menyapu bercak kotoran yang di sebar oleh Kawaki.
Keesokan harinya,
Megumi terbangun dari tidurnya, dia mengeluh kepalanya sakit. Aku memberinya obat meredakan efek mabuk tanpa kata – kata.
“Kepalaku benar – benar sakit” rengeknya.
“Bersyukurlah kamu tidak terluka” kataku kesal.
“Memangnya apa yang terjadi semalam?” tanyanya.
“Pacarmu hampir mati, dia sekarang ada di salah satu rumah sakit di Sunagawa” jawabku.
“Hah! Keiji ada di rumah sakit?! Tunggu… apa yang terjadi kenapa bisa begini, aku belum bisa mengingat apapun. Aku harus menjenguknya sekarang” katanya panik.
“Jangan kesana, dia masih dalam perawatan. Dia tidak akan bisa di jenguk hingga beberapa hari ke depan” kataku.
“Kenapa, pasti dia terluka gara – gara aku. Aku harus melihatnya dan merawatnya juga” dia pun masih saja panik.
“Asahi melarangnya, kalau kamu mau dia pulih total maka diamlah dirumah. Pikirkan dan ingatlah kejadian tadi malam. Jangan lupa makanlah biar kamu lekas pulih” tambahku lalu meninggalkannya di meja makan.
"Hei Chiyo... Tunggu dulu siapa itu Asahi?!" teriaknya tak bisa ku tanggapi.
Asahi pasti sudah membuat kesepakatan tertulis oleh orang tua Keiji Senpai, dia membuat jalur damai untuk pihak korban. Pasti tak hanya biaya rumah sakit, dia pun akan memberi uang kompensasi. Tapi bukankah ini sangat janggal? Komplotan Yakuza melakukan negosiasi damai kepada korbannya. Bukankah itu sangat aneh…Asahi adalah salah satu orang kepercayaan Kawaki yang bertugas membersihkan keonaran yang disebabkan olehnya. Seandainya Asahi bisa membantuku, mungkin aku bisa lepas dari gangguan Kawaki.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments