Aku keluar dari kamar mandi, sedangkan Megumi sedang mengacak – ngacak baju di lemariku.
“Hei sedang apa kamu, mau tidur saja sampai harus memilih baju?” tanyaku heran.
“Aku mau pergi bersama pacarku” jawabnya lalu mencoba midi dress warna phink milikku.
“Ini jam berapa sudah jam 9 malam, jangan berkeliaran tengah malam” saranku.
“Dia mengajakku dan akan menjemput ku, mumpung aku bisa keluar malam dengannya. Kalau jemput dirumahku bisa di gigit Cleo anjing ayahku. Aku bahkan tidak bisa keluar malam, kalau bukan janjian bersamamu” keluhnya.
“Sekarang ini tidaklah aman, bisa saja geng anak nakal itu masih berkeliaran di luar sana. Tetaplah di rumah” tegas ku.
“Tidak bisa, mumpung libur. Kamu tahukan sebentar lagi aku banyak masuk les private dengan berbagai mata pelajaran. Jam terbang ku sebagai gadis muda akan berakhir di kelas XII nanti. Quality time milikku akan di jajah oleh ayahku yang murka dengan nilaiku yang buruk” kekehnya.
“Ku mohon, pikirkan baik – baik” aku masih mencoba membujuknya.
“Ganti pakaianmu, dan ikutlah denganku. Oh…coba chat Hiroshi untuk bergabung dengan kita” dia malah memberikan ide gila.
“Aku tak akan pergi, Hiroshi cukup sibuk mempersiapkan kepergiannya besok” sahutku.
“Baiklah kalau begitu, jangan salahkan aku kalau kamu akan kesepian seorang diri di rumah” katanya sambil memakai jepit rambut senada di rambutnya.
Aku hanya bisa merelakan kepergian Megumi dengan kekasihnya Keiji Senpai naik mobil sedan berwarna hitam.
Begitu riangnya, dia pun melambaikan tangan sebelum pergi dari dalam mobil. Keiji Senpai pun memberikan suara klakson untuk berpamitan.
Semoga Keiji Senpai bisa menjaga Megumi dengan baik… semoga tidak terjadi sesuatu yang buruk.
Aku pun merebahkan tubuhku ke ranjang, dan mencoba untuk terlelap.
Tiba – tiba ditengah malam, suara nada dering dari ponselku terdengar. Aku pun terbangun dengan setengah sadar mencari – cari dimana keberadaan ponselku. Aku menemukan diatas meja belajarku. Tertulis “Megumi” memanggil…
“Hallo Megumi…” Aku mengangkat telephone.
“Kemarilah… ikut berpesta bersama kami, temanmu sedang bersenang – senang dengan kami” suara yang tak ingin ku dengar.
Degh…Sontak mataku terbelalak
“Apa yang kamu lakukan kepadanya?” tanyaku sinis.
“Memangnya apa yang harus aku lakukan kepadanya? Dia sangat menikmati pesta ini” jawabnya datar.
“Berikan ponselnya ke Megumi” mintaku.
“Hei… Chiyooo….. tolong aku, sepertinya aku tak bisa minum lagi” suara Megumi yang teler.
“Megumi…dimana Keiji Senpai? Kenapa kamu bisa begini?” tanyaku.
“Keiji Senpai… siapa itu, oh… pacarku hehehe aku lupa. Dia di bawa pergi sedari tadi dan tak kembali” sahut Megumi.
“Pergilah ke Sunagawa sekarang, pesta kami tak akan sempurna tanpamu. Klek” katanya mengakhiri telephone.
Tanpa pikir panjang aku bergegas berganti pakaian dan mengeluarkan skuter milik paman Megumi dari garasi rumahku.
Aku mengendarai dengan kecepatan maksimal, sepanjang jalan perasaanku tak karuan.
Setibanya di salah satu tempat Karaoke di Sunagawa, aku pun memarkirkan skuter di depannya dan beranjak masuk kedalam. Sudah ada si kembar beralis tebal menyambut ku di lobby Karaoke dan mengantarku ke salah satu ruangan.
Saat pintu terbuka, hanya ada Kawaki duduk ditengah – tengah dengan kaki kirinya berpangku diatas kaki kanannya. Menggunakan t- shirt over size lengan pendek berwarna hitam dan celana jeans berwarna senada. Nampak jelas wajahnya kali ini, tak ada topi dan hoodie yang menutupi. Dia sedang merokok nampak sebuah botol dan gelas berisi alcohol di meja kaca berada di depannya.
“Kemarilah tamu agung kami… mari masuk dan hibur kami” sapanya.
“Tak ada kata kami, bila hanya ada kamu seorang diri. Dimana Megumi dan Keiji Senpai?” tanyaku tanpa basa – basi menanggapinya.
“Tamu yang lain sedang kami jamu ditempat lainnya, kemarilah nyanyikan lagu dahulu untuk pembukaan pesta” jawabnya.
“Bawa mereka ke hadapanku atau aku telephone polisi sekarang untuk menangkap mu” ancam ku sambil mencoba menunjukkan ponselku.
“HA…HA…HA…HA..HA…!!!” tawanya membuat muak.
“Telephone saja, aku tidak peduli. Tak akan ada yang menangkap ku, harusnya kamu tahu itu setelah pesta sebelumnya” remehnya.
Aku pun seketika menelpon polisi “Hallo kantor polisi, tolong datanglah ke Karaoke Box B -Style di Sunagawa nyawa temanku sedang terancam. Ku mohon datanglah secepatnya”.
“Mari kita tunggu polisi kalau begitu” katanya sangat percaya diri.
Aku pun beranjak pergi meninggalkannya dan berteriak – teriak memanggil Megumi dan mengecek ke semua ruangan. Membuka per masing – masing pintu dengan paksa, aku sangat frustasi. Alhasil tidak ku temukan, aku bertanya kepada kedua alis tebal yang masih berdiri di depan pintu.
“Dimana temanku?” tanyaku.
“Haruskah kami menjawabnya?” tanya balik si berambut orange kepadaku.
“Jangan coba bermain – main denganku, sebentar lagi polisi datang kesini dan menangkap kalian” ancam ku.
“Dengan senang hati kami akan menyambut mereka” jawabnya penuh percaya.
“Apa yang sebenarnya mereka rencanakan” gumamku di hati.
Aku pun menghampiri Kawaki yang sedari tadi duduk santai di dalam ruangan 067.
Aku duduk menghadap kearahnya dengan begitu kesal.
“Kamu ingin pesan makanan?” bisa – bisanya dia menawariku makan.
“Apa yang kamu rencanakan?” tanyaku kepadanya.
“Makanan disini cukup enak, pilihlah” dia masih membahas makanan.
“Dimana Megumi dan Keiji Senpai kamu sembunyikan?” tanyaku sekali lagi.
“Tidak baik menolak tawaran untuk makan, itu yang sering ku dengar dari pemilik kedai mie dekat SMP ku dulu” katanya datar lantas meneguk segelas alcohol.
Aku hanya bisa menatapnya kesal sembari menunggu polisi datang.
Dia pun mengeluarkan ponsel Megumi dari kantong celananya, dan mengirimi aku sebuah video melalui aplikasi chat.
Sontak aku kaget melihat Keiji Senpai babak belur dipukuli ikan buntal dan teman – temannya yang lain. Tubuhnya berlutut dengan kedua tangannya diikat kebelakang.
“Kamu bisa memberikan video itu ke polisi, untuk sebuah kenang – kenangan. Tapi kamu tidak akan menemukan jasadnya, bisa jadi sudah ku tenggelamkan ke tengah laut” katanya dengan tersenyum sinis ke arahku.
“Aku akan menghapusnya, tapi tolong jangan bunuh dia begitu pun dengan Megumi” mintaku kepadanya.
“Ambil microphone itu dan bernyanyilah, akan ku pertimbangkan permintaanmu kalau suaramu bagus” sahutnya seraya menunjukkan microphone berada di sebelah kotak tissue di tengah meja.
Aku pun bernyanyi dengan semampuku, menahan rasa panik dan amarahku. Semua rasa carut marut dalam hatiku memikirkan teman – temanku.
“Bergoyanglah dan menarilah sebisamu, ikuti irama musiknya!!” teriaknya yang sedari tadi melihatku berdiri di depannya sambil bernyanyi sesukaku.
Aku pun hanya bisa menghela nafas dan hanya bisa terus bernyanyi tanpa memperdulikan teriakannya kepadaku.
Tiba – tiba dia berjalan menghampiriku dan memelukku, mengayunkan tubuhku mengikuti tubuhnya yang ke kanan dan ke kiri. Mendekap ku sangat erat, apa – apaan ini?!. Aku memberontak melepaskan dekapannya tapi tubuhnya cukup kuat dan sulit untuk diriku berkutik.
Seperti sudah di prediksi, polisi datang menggeledah ruangan per ruangan, dan tibalah di ruangan 067 tempat kami berdua.
“Kami dari kantor polisi setempat, mendapat laporan tentang seorang wanita yang terancam”.
“Pak polisi lihat sendiri kami sedang menikmati moment kebersamaan kami disini, siapa yang merasa terancam. Pasti itu telephone iseng pak…”.
Dua kembar beralis tebal itu pun mengajak ngobrol polisi tersebut dan akhirnya polisi itu keluar dari ruangan kami. Sedari tadi Kawaki mendekap ku akhirnya melepaskan tubuhku dan merebut microphone dari tanganku lantas menghantamkannya ke arah pelipis kiriku “PLAKKK…!!!”.
Aku terjatuh ke bawah dengan pelipis ku berdarah, aku pun kembali berdiri.
“Kembalikan teman – temanku” kataku menagih janjinya.
“Baiklah kita berangkat ke tempat berikutnya untuk bergabung bersama tamu yang lain” katanya sambil menarik tanganku keluar dan masuk mobil sport sedan berwana putih.
Sebuah gudang tua di sudut kota Sunagawa, cukup terpencil dan minim penerangan.
Ditengah – tengah gudang, nampak Megumi yang tergeletak di tanah dan begitu pun Keiji Senpai yang penuh dengan luka di sekujur tubuhnya.
Aku langsung berlari menghampiri keduanya, Megumi nampak teler tanpa luka sedikitpun namun Keiji babak belur, bahkan masih ada darah mengalir dari hidungnya.
“Maaf kan aku Megumi…harusnya tadi aku ikut bersamamu” kataku sambil memeluknya.
“Apa yang perlu dimaafkan, dia hanya mabuk karena kemauannya. Bukankah itu terlalu dramatis?” sindir si rambut coklat yang berdiri menghadap ke arahku.
“Kalian apa kan teman – temanku?!” teriakku histeris.
“Kami hanya memberi pelajaran kepada mereka, itu saja. HAHAHAHA…!!!” sahut si ikan buntal.
“Beraninya kalian melukai teman – temanku” kataku lirih. Ku keluarkan handwrap bandage boxing berwarna hitam milikku dari saku celanaku dan ku lilitkan ke kedua tanganku.
Aku pun mulai menyerang si ikan buntal dengan tinju dan tendangan. Kami pun mulai berkelahi, si rambut coklat ikut mengeroyokku. Baiklah 2 lawan 1… kami mulai baku hantam. Sembari melayangkan pukulan kearah ikan buntal aku pun menangkis tendangan dari si rambut coklat.
Kami terus berkelahi, sedangkan Kawaki dan dua alis tebal hanya berdiri di depan mobil sambil merokok. Kenapa mereka tak membantu temannya?. Apakah bagi mereka aku hanyalah lawan yang remeh?.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments