BAB VI : PENGAKUAN HIROSHI

Selang seminggu setelah kejadian pantai Sapporo…

Aku berdiri di balik pintu ruang tengah, sedang menguping pembicaraan antara polisi, ibu, ayah dan Hiroshi. Mereka sedang duduk di ruang tengah membicarakan perkembangan investigasi kasus yang menimpa diriku.

Seorang polisi paruh baya duduk menghadap ayahku dengan mengenakan kemeja putih dan celana bahan hitam sedang memberikan laporan.

“Kami sudah menelusuri semua CCTV baik dari rumah sakit hingga sepanjang jalan menuju pantai Sapporo begitu pun club malam King X – Golden. Mobil warna merah sesuai dengan plat nomor tersebut adalah mobil sewaan dengan plat nomor palsu. Para pengendaranya mengenakan pakaian serba hitam dan kami sulit mengidentifikasi masing – masing wajah mereka. Hanya saja ada 1 rekaman CCTV di area gate rumah sakit dimana nampak nona Chiyo keluar dari mobil tersebut. Akan tetapi wajah pengendara mobil tersebut tidak nampak pada rekaman tersebut”.

“Hmmm… lantas apa kesimpulannya?” tanya Ayahku.

“Mohon maaf kasus ini akan stuck atau ditiadakan dikarenakan kurangnya bukti – bukti” jawab polisi tersebut sambil menundukkan kepala.

“Tidakkah ini terburu – buru untuk menutup kasus ini, kalian harus lebih teliti dan mencari saksi – saksi” kata Hiroshi yang tidak terima akan keputusan pihak kepolisian.

“Kami sudah melakukan semaksimal yang kami bisa” tambah polisi tersebut.

Ibu hanya memegang tangan ayah untuk menenangkannya, aku tahu ibu pun merasa cukup kesal.

Aku berjalan menjauh dari sana dan hanya bisa menghela nafas panjang.

“Huft….”.

Mereka adalah kelompok Yakuza, semua yang mereka lakukan ditutupi dengan begitu sempurna. Memanipulasi CCTV bahkan saksi – saksi, tak akan mudah bagiku untuk membuat Kawaki tertangkap.

Aku duduk di depan toko kue kami bernama “MOMO MICHI” yang berdekatan dengan rumahku. Sembari melihat pelanggan yang lalu lalang, tiba – tiba Miyaki salah satu pelayan toko kue kami menepuk pundakku. Dia duduk di depanku dan menyodorkan kue buatan kekasihnya Hitachi.

“Kenapa sedari tadi aku perhatikan kamu cemberut terus, makanlah kue ini. Special buatan Hitachi, cobalah” ujarnya memamerkan kepandaian kekasihnya padaku.

Nampak 2 potong kue manju berwarna coklat disajikan di piring berwarna biru muda.

“Aku tidak nafsu makan, kepalaku seakan mau pecah rasanya” gerutuku sambil menepis kue yang berada tepat diatas meja di depanku.

“Apa sih yang kamu pikirkan, anak SMA sepertimu pasti memikirkan pacar saja” celetuknya.

“Kamu tuh tahu apa, aku benar – benar merasa mood ku buruk sekali”.

“Sudahlah jangan dipikirkan, lebih baik kamu ajak Hiroshi jalan – jalan untuk melepas penatmu. Sebentar lagi masa liburannya berakhir dan dia akan kembali ke Tokyo melanjutkan study kedokterannya itu” sarannya.

“Oh iya, aku sampai lupa akan rencanaku bermain bersama Hiroshi” kataku yang baru sadar sebentar lagi dia akan pergi.

“Lihatlah yang dibicarakan datang juga, ajaklah pergi mumpung kalian berdua libur” tambah Miyaki, wanita dewasa berusia 30an yang begitu feminim dan suka mengenakan bando.

Hiroshi menghampiriku sambil tersenyum aku pun menerima kedatangannya dengan suka cita.

Miyaki kemudian sadar diri untuk beranjak bangkit dari tempat duduknya dan mempersilahkan kami untuk berbincang.

Hiroshi dengan lembut mengusap kepalaku dan mengacak – ngacak rambutku.

“Bagaimana kabarmu hari ini?” tanyanya.

“Hmmm.. baik dan sangat baik” jawabku.

Dia terlihat begitu dewasa, rambut hitam lurus dengan style rambut kekinian, tubuhnya yang lebih tinggi dariku, warna kulitnya begitu bersih, hidungnya yang lancip, paras wajahnya sempurna, matanya yang selalu bersinar selalu membuatku merasa damai. Pantas saja dia selalu digilai perempuan di sekelilingnya. Pribadi yang sangat ramah dan sopan, mencolok dimana pun dirinya berada. Entah kenapa aku sangat iri dengan perempuan yang akan menjadi kekasihnya.

“Apakah kamu tidak merasa bosan di rumah terus, aku tahu kamu pasti ingin bermain keluar” pancingnya.

“Kamu akan mengajakku kemana kalau aku bosan? Sekarang meminta izin kepada ibuku sangatlah sulit, huft …” gerutuku.

“Aku sudah meminta izin untuk mengajakmu ke Shirogane Blue Pond” katanya.

“Benarkah?! Hua… ayo kita pergi sekarang!!!” aku pun bersemangat dan menariknya keluar dari toko kue.

Shirogane Blue Pond atau kolam biru Aoiike adalah salah satu wisata yang sering dikunjungi para wisatawan lokal maupun asing. Sebuah keindahan alam yakni kolam biru yang dikelilingi pepohonan. Ini pertama kali aku pergi bersama Hiroshi ketempat itu, seakan pergi kencan berdua. Hempas rasa was – was mengenai Kawaki si vampir tak berperasaan itu. Saatnya aku menikmati liburanku.

Kami berangkat dengan mengendarai mobil sedan warna biru milik Hiroshi, sembari di mobil kami bernyanyi bersama mengikuti lantunan lagu dari radio dimana ost anime yang kami sukai di putar. Langit biru dan awan putih yang begitu cerah menghiasi perjalanan kami.

Setibanya kami di parkiran Shirogane Blue Pond, Hiroshi mengambil sebuah topi couple berwarna biru dari dasbord mobilnya. Aku terkejut dia mempersiapkannya, dia pun memakaikan topi tersebut kepadaku lalu dirinya sendiri. Apakah ini perjalanan kencan?. Aku jadi salah tingkah. Selama ini dia tidak pernah melakukan itu.

Kami pun berjalan – jalan di area sekitar kolam, Hiroshi dengan kamera digitalnya yang tergantung dilehernya mulai memotret pemandangan sekitar.

“Chiyo..lihatlah kesini” katanya sambil membidikku dengan kamera yang dibawanya.

Aku pun menolah ke arahnya dan tersenyum serta tak lupa jari kiriku membentuk huruf V. Sejujurnya aku mencoba bersikap cute didepannya, tapi aku benar – benar sangat malu akan tingkahku sendiri.

Kami berhenti sejenak dan berdiri menghadap kolom berwarna biru itu, sangat indah. Begitu terkesima nya diriku melihat keindahannya.

“Hei Chiyo…” panggilnya.

“Ya…” sahutku yang berdiri disampingnya.

“Tahukah kamu, senyumnya sangat mempesona sejak lama. Sejak pertama kali aku melihatmu dimana kamu sedang berkelahi di taman waktu itu, meski kalah kamu pun tetap tersenyum puas meski hanya bisa sekali memukul lawanmu. Itu membuatku sadar, bahwa ada senyum kekalahan semempesona itu” ujarnya.

“Hah…” aku pun kaget mendengarnya.

Dia tetap menatap lurus ke kolam dan melanjutkan perkataannya.

“Aku adalah anak terakhir, dimana aku dituntut untuk sempurna seperti kakak – kakakku. Membuatku tumbuh penuh dengan tekanan dan berusaha semaksimal mungkin. Disaat bertemu denganmu, aku sadar aku tak perlu takut untuk tidak sempurna dan kalah dari kakak – kakakku. Masih ada senyum mengembang yang harus muncul atas kerja keras yang telah ku lakukan”.

Aku terdiam mendengarkan, tak pernah sekali pun dia berbicara mengenai kelemahannya padaku.

“Chiyo… terimakasih kamu hadir dalam hidupku dan membuat langkahku terasa ringan. Meski kamu kesepian, tapi kamu selalu berusaha untuk mencari kebahagiaanmu. Kamu berani untuk melangkah apapun resiko yang harus kamu tanggung. Entah kenapa keberadaan mu seperti magnet bagiku, semakin aku bersamamu semakin aku merasa lebih berani untuk melangkah. Meski kamu lebih muda dariku tapi aku merasa kamu melengkapi diriku”.

Kata – katanya sangat dalam, ku tatap wajahnya yang begitu serius. Tak pernah aku melihatnya seserius itu, sisi lain yang selama ini tak ku ketahui.

“Malam itu saat aku tak dapat menemukanmu, aku sangat frustasi. Aku baru sadar bahwa aku tak bisa hidup tanpamu. Aku tak ingin itu terjadi lagi, aku merasa ingin terus menjagamu di sisiku. Aku benar – benar takut kehilanganmu”.

Dia pun mengalihkan pandangannya kepadaku dengan lembut dia memegang kedua tanganku.

“Chiyo… maukah kamu menjadi pacarku, mungkin ini terlihat terburu – buru tapi aku sudah memikirkannya cukup lama. Apapun keputusanmu, aku siap menerimanya. Meskipun kamu menolak ku tidak akan ada yang berubah dalam hubungan kita. Aku akan tetap di sisimu” akunya.

Spontan aku pun menganggukkan kepala dan berkata “Baiklah, aku terima”.

Seakan tersambar petir di siang hari, aku mendapatkan permintaan berpacaran oleh laki – laki yang selalu ada untukku selama ini. Terlepas dari semua perasaan kagum ku padanya, dialah satu – satunya nomor tujuan yang ku hubungi saat aku dalam keadaan suka dan duka.

Bertahun – tahun dalam hubungan akrab layaknya adik – kakak, membuatku tak pernah berpikir akan menjadi kekasihnya. Mungkin karena sikapnya yang memperlakukanku seperti adiknya.

Flash On…

Hiruk pikuk kemeriahan perayaan kelulusan SMA, aku yang mengenakan seragam SMP membawa buket bunga mencari Hiroshi ditengah kerumunan para siswa – siswi SMA.

Nampak Hiroshi sedang dikerumuni adik kelas dan para teman – teman seangkatannya untuk meminta foto bersama. Aku mencoba melangkah maju tapi desakan para siswi membuatku tak bisa menggapainya. Aku sadar dia sangat popular di sekolah, ku lihat banyak siswi bergantian menggandeng tangannya dan berpose untuk berfoto. Bahkan ada yang memeluknya dengan paksa, Hiroshi hanya bisa menebar senyum ramahnya ke semua.

Aku pun melangkah mundur dan mengurungkan niatku untuk menghampirinya. Tapi saat aku berpaling padanya tiba – tiba ada tangan yang menarik ku pergi dan berlari menjauhi kerumunan. Hiroshi dengan tersenyum dia mengajakku melarikan diri dari para siswi – siswi itu. Terdengar jeritan histeris para fansnya “Hiroshi… Hiroshi Senpai…!!!”.

Setibanya di tempat yang sepi, dengan nafas terengah – tengah kami pun duduk di rerumputan sambil tertawa. “HA…HA…HA…HAA….!!!”.

“Selamat atas kelulusanmu” kataku sembari menyodorkan bunga yang sedari tadi ku bawa kepadanya.

“Terimakasih, bunganya sangat indah” katanya dengan mengambil bunga pemberianku dari tanganku.

Lalu dia merangkulku dan berkata “Akan aku traktir makan enak hari ini, siapkan perutmu”.

“Hore… aku akan makan sepuasnya!” sahutku Bahagia.

……………………………………………………………………………………….

Di sebuah café dengan beberapa laki – laki teman Hiroshi, kami duduk makan siang bersama.

“Wah kamu sangat manis, bolehkah aku meminta nomor teleponmu?” kata laki – laki berambut jabrik yang duduk di sebelahku.

Hiroshi yang baru saja mengambil minum, langsung menepuk tangan temannya.

“Singkirkan tangan nakal mu itu, dia adikku jangan macam – macam” ancamnya.

“Aku kan calon adik ipar, maka biarkan beri jalan untuk hubungan kami” rengeknya sedangkan teman – teman lainnya tertawa melihat tingkah konyolnya.

Hiroshi lalu merangkulku yang sedari tadi menyuap makanan.

“Chiyo jangan pernah percaya dengan kakak – kakak nakal ini, percayalah kepadaku saja. Aku akan menghalau para serigala – serigala muda ini” tambahnya.

Aku pun mengangguk dan yang lain protes “HUHUHUHU…”.

Flash Off…

Kembali dengan Hiroshi yang ada di hadapanku, dia langsung memelukku setelah mendengar jawabanku. Pelukan yang begitu hangat, aku pun menyambut pelukannya.

Setelah itu tatapan mata kami bertabrakan, jantungku berdegup sangat kencang.

Kedua tangannya memegang wajahku, didekatkannya wajahnya ke wajahku. Aku pun menutup mataku, lantas dia menarik topiku menutupi mataku. Sejujurnya kami sangat salah tingkah waktu itu. Ku pikir karena gugupnya mungkin adegan romantis tak akan terjadi padaku.

Episodes
1 BAB I: PERTEMUAN DENGANNYA
2 BAB II : SIAPA DIA?
3 BAB III : AKU DICULIK
4 BAB IV : AKU ADALAH MAINAN KAWAKI
5 BAB V : KAWAKI ADALAH SEORANG YAKUZA!
6 BAB VI : PENGAKUAN HIROSHI
7 BAB VII : BERPAPASAN DENGAN UTA
8 BAB VIII : KARAOKE SUNAGAWA
9 BAB IX : TINDAKAN ASAHI MENJADI TANDA TANYA
10 BAB X : KEPERGIAN HIROSHI
11 BAB XI : SISI LAIN DARI KAWAKI
12 BAB XII : BERTEMU GADIS ITU [ KAWAKI]
13 BAB XIII : DIA MENARIK [KAWAKI]
14 BAB XIV : TERGODA [KAWAKI]
15 BAB XV: NASEHAT HATORI
16 BAB XVI : KEMARAHAN KAK RYOTA
17 BAB XVII : PENYERANGAN DARI KLAN AIHARA
18 BAB XVIII : MENJADI SASARAN KLAN AIHARA
19 BAB XIX : KESEPAKATAN AKU DAN KAWAKI
20 BAB XX: KEMUNCULAN HIROSHI
21 BAB 21: PERASAAN HIROSHI
22 BAB 22 : PERTUNANGAN BERDARAH
23 BAB 23 : MELARIKAN DIRI
24 BAB 24 : KEHIDUPAN BARU
25 BAB 25 : KEMATIAN KENJI
26 BAB 26 : KEMUNCULAN KAWAKI
27 BAB 27 : YOSHIKO KOBAYASHI ADALAH AKU
28 BAB 28 : SELAMAT TINGGAL NAOKO
29 BAB 29 : TRAGEDI NAOKO
30 BAB 30 : PERTEMUAN KAWAKI DAN RYOTA
31 BAB 31 : PERTEMUAN DENGAN JIRO SI IKAN BUNTAL
32 BAB 32 : KAKEK JATUH SAKIT
33 BAB 33 : KEMATIAN KAKEK
34 BAB 34 : BERTEMU HIROSHI
35 BAB 35 : KEPUTUSAN HIROSHI
36 BAB 36 : PILIHAN JIRO
37 BAB 37 : TERSEKAP DI BANGSAL BAWAH TANAH
38 BAB 38: API CEMBURU
39 BAB 39 : KANON SANG ADIK TIRI
40 BAB 40 : TANPA KASIH SAYANG
41 BAB 41 : PENGAKUAN JIRO
42 BAB 42 : PERTEMUAN DENGAN AYAH
43 BAB 43 : RENCANA PERTUNANGAN HIROSHI
44 BAB 44 : RENCANA RYOTA
45 BAB 45 : REAKSI HIROSHI
46 BAB 46 : PUNCAK KESABARAN HIROSHI
47 BAB 47 : PERTENGKARAN HIROSHI DAN KAWAKI
48 BAB 48 : OBSESI KAWAKI
49 BAB 49 : MENGINGATKAN KEPADA IBUNYA
50 BAB 50 : EVAKUASI IBU DAN AYAH
51 BAB 51 : PERTEMUAN RAHASIA
52 BAB 52 : RUMAH YANG TERBAKAR
53 BAB 53 : KEDATANGAN KANON
54 BAB 54 : PERTEMUAN KANON DAN HIROSHI
55 BAB 55 : PERKATAAN KANON
56 BAB 56 : KEMBALI KE TOKYO
57 BAB 57 : MALAM PANAS
58 BAB 58 : KEBEJATAN KAWAKI
59 BAB 59 : KEMALANGAN
60 BAB 60 : RAHASIA MASA LALU
61 BAB 61 : TUBUH YANG DIKUASAI KAWAKI
62 BAB 62 : KEHAMILAN YANG MENGEJUTKAN
63 BAB 63 : PERTEMUAN DUA KELUARGA
64 BAB 64 : KEDATANGAN SOMA
65 BAB 65 : H-1 MENUJU HARI PERTUNANGAN
66 BAB 66 : PERTEMUAN KAWAKI DAN SOMA
67 BAB 67 : PENGAKUAN KANON
68 BAB 68 : SEBUAH SURAT PERWALIAN
69 BAB 69 : PENYERANGAN KELOMPOK BERTOPENG
70 BAB 70 : PELARIAN DAN PERBURUAN
71 BAB 71 : SEBUAH JEBAKAN MASA LALU
72 BAB 72 : DIBALIK KEMATIAN KUMIKO
73 BAB 73 : TAK ADA LAGI AIR MATA
74 BAB 74 : KEMARAHAN AYAH KAWAKI
75 BAB 75 : PERSETERUAN KAWAKI DAN SOMA
76 BAB 76 : SEBUAH TANDA KEPEMILIKAN
77 BAB 77 : HARI KEBEBASAN DAN SKEMA PELARIAN
78 BAB 78 : DI BALIK RUMAH TANGGA RYOTA
79 BAB 79 : KEHANGATAN SEORANG KAKAK
80 BAB 80 : PERMINTAAN BERCERAI
81 BAB 81 : MISI PEMBUNUHAN MINNA
82 BAB 82 : PEMAKAMAN MINNA
83 BAB 83 : DRAMA DI MULAI
84 BAB 84 : NIKAHI AKU
85 BAB 85 : PERMINTAAN MENIKAH YANG MENGEJUTKAN
86 BAB 86 : KENCAN PERTAMA
87 BAB 87 : PERASAAN KANON TERHADAP HIROSHI
88 BAB 88 : SIKAP KAWAKI TAK TERDUGA
89 BAB 89 : DUEL PROSTITUSI
90 BAB 90 : PENGAKUAN CINTA KAWAKI
91 BAB 91 : MELEPAS HIROSHI
92 BAB 92 : AYAH KAWAKI
93 BAB 93 : PESONA AKARI
94 BAB 94 : DAYA PIKAT AKARI
Episodes

Updated 94 Episodes

1
BAB I: PERTEMUAN DENGANNYA
2
BAB II : SIAPA DIA?
3
BAB III : AKU DICULIK
4
BAB IV : AKU ADALAH MAINAN KAWAKI
5
BAB V : KAWAKI ADALAH SEORANG YAKUZA!
6
BAB VI : PENGAKUAN HIROSHI
7
BAB VII : BERPAPASAN DENGAN UTA
8
BAB VIII : KARAOKE SUNAGAWA
9
BAB IX : TINDAKAN ASAHI MENJADI TANDA TANYA
10
BAB X : KEPERGIAN HIROSHI
11
BAB XI : SISI LAIN DARI KAWAKI
12
BAB XII : BERTEMU GADIS ITU [ KAWAKI]
13
BAB XIII : DIA MENARIK [KAWAKI]
14
BAB XIV : TERGODA [KAWAKI]
15
BAB XV: NASEHAT HATORI
16
BAB XVI : KEMARAHAN KAK RYOTA
17
BAB XVII : PENYERANGAN DARI KLAN AIHARA
18
BAB XVIII : MENJADI SASARAN KLAN AIHARA
19
BAB XIX : KESEPAKATAN AKU DAN KAWAKI
20
BAB XX: KEMUNCULAN HIROSHI
21
BAB 21: PERASAAN HIROSHI
22
BAB 22 : PERTUNANGAN BERDARAH
23
BAB 23 : MELARIKAN DIRI
24
BAB 24 : KEHIDUPAN BARU
25
BAB 25 : KEMATIAN KENJI
26
BAB 26 : KEMUNCULAN KAWAKI
27
BAB 27 : YOSHIKO KOBAYASHI ADALAH AKU
28
BAB 28 : SELAMAT TINGGAL NAOKO
29
BAB 29 : TRAGEDI NAOKO
30
BAB 30 : PERTEMUAN KAWAKI DAN RYOTA
31
BAB 31 : PERTEMUAN DENGAN JIRO SI IKAN BUNTAL
32
BAB 32 : KAKEK JATUH SAKIT
33
BAB 33 : KEMATIAN KAKEK
34
BAB 34 : BERTEMU HIROSHI
35
BAB 35 : KEPUTUSAN HIROSHI
36
BAB 36 : PILIHAN JIRO
37
BAB 37 : TERSEKAP DI BANGSAL BAWAH TANAH
38
BAB 38: API CEMBURU
39
BAB 39 : KANON SANG ADIK TIRI
40
BAB 40 : TANPA KASIH SAYANG
41
BAB 41 : PENGAKUAN JIRO
42
BAB 42 : PERTEMUAN DENGAN AYAH
43
BAB 43 : RENCANA PERTUNANGAN HIROSHI
44
BAB 44 : RENCANA RYOTA
45
BAB 45 : REAKSI HIROSHI
46
BAB 46 : PUNCAK KESABARAN HIROSHI
47
BAB 47 : PERTENGKARAN HIROSHI DAN KAWAKI
48
BAB 48 : OBSESI KAWAKI
49
BAB 49 : MENGINGATKAN KEPADA IBUNYA
50
BAB 50 : EVAKUASI IBU DAN AYAH
51
BAB 51 : PERTEMUAN RAHASIA
52
BAB 52 : RUMAH YANG TERBAKAR
53
BAB 53 : KEDATANGAN KANON
54
BAB 54 : PERTEMUAN KANON DAN HIROSHI
55
BAB 55 : PERKATAAN KANON
56
BAB 56 : KEMBALI KE TOKYO
57
BAB 57 : MALAM PANAS
58
BAB 58 : KEBEJATAN KAWAKI
59
BAB 59 : KEMALANGAN
60
BAB 60 : RAHASIA MASA LALU
61
BAB 61 : TUBUH YANG DIKUASAI KAWAKI
62
BAB 62 : KEHAMILAN YANG MENGEJUTKAN
63
BAB 63 : PERTEMUAN DUA KELUARGA
64
BAB 64 : KEDATANGAN SOMA
65
BAB 65 : H-1 MENUJU HARI PERTUNANGAN
66
BAB 66 : PERTEMUAN KAWAKI DAN SOMA
67
BAB 67 : PENGAKUAN KANON
68
BAB 68 : SEBUAH SURAT PERWALIAN
69
BAB 69 : PENYERANGAN KELOMPOK BERTOPENG
70
BAB 70 : PELARIAN DAN PERBURUAN
71
BAB 71 : SEBUAH JEBAKAN MASA LALU
72
BAB 72 : DIBALIK KEMATIAN KUMIKO
73
BAB 73 : TAK ADA LAGI AIR MATA
74
BAB 74 : KEMARAHAN AYAH KAWAKI
75
BAB 75 : PERSETERUAN KAWAKI DAN SOMA
76
BAB 76 : SEBUAH TANDA KEPEMILIKAN
77
BAB 77 : HARI KEBEBASAN DAN SKEMA PELARIAN
78
BAB 78 : DI BALIK RUMAH TANGGA RYOTA
79
BAB 79 : KEHANGATAN SEORANG KAKAK
80
BAB 80 : PERMINTAAN BERCERAI
81
BAB 81 : MISI PEMBUNUHAN MINNA
82
BAB 82 : PEMAKAMAN MINNA
83
BAB 83 : DRAMA DI MULAI
84
BAB 84 : NIKAHI AKU
85
BAB 85 : PERMINTAAN MENIKAH YANG MENGEJUTKAN
86
BAB 86 : KENCAN PERTAMA
87
BAB 87 : PERASAAN KANON TERHADAP HIROSHI
88
BAB 88 : SIKAP KAWAKI TAK TERDUGA
89
BAB 89 : DUEL PROSTITUSI
90
BAB 90 : PENGAKUAN CINTA KAWAKI
91
BAB 91 : MELEPAS HIROSHI
92
BAB 92 : AYAH KAWAKI
93
BAB 93 : PESONA AKARI
94
BAB 94 : DAYA PIKAT AKARI

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!