Chapter 14 - Semakin Terpuruk

Kini Gusti sedang sibuk berbelanja di mini market. Dia mengambil cemilan yang di inginkan Elang dan Widy terlebih dahulu. Kemudian barulah dirinya.

Kebetulan jarak gedung apartemen Widy dan mini market tidak begitu jauh. Jadi Gusti hanya perlu ke sana berjalan kaki.

"Sepertinya aku akan pinjam uang sama Elang saja. Aku tak punya pilihan lain. Lagi pula dia teman yang baik. Hanya pekerjaannya saja yang tidak," gumam Gusti. Mencoba berpikir positif.

Setelah memilih barang belanjaan, Gusti mengurus pembayaran ke kasir. Dia segera berjalan kembali ke unit apartemen Widy usai membayar belanjaan.

Dalam beberapa menit, Gusti tiba di unit apartemen Widy. Pertama-tama dia memasukkan kode sandi pintu terlebih dahulu.

"Guys!" panggil Gusti sambil melangkah masuk. Akan tetapi tidak ada seorang pun yang menyahut. Bahkan ketika Gusti mendatangi sofa, dirinya tidak melihat Elang dan Widy.

Dahi Gusti berkerut. "Mereka kemana? Apa mereka sengaja mengerjaiku?" duganya seraya berjalan menelusuri ruangan.

Sampai akhirnya telinga Gusti menangkap suara dari kamar dengan pintu tertutup. Karena yakin orang yang ada di dalam adalah Elang dan Widy, Gusti tidak perlu berpikir panjang untuk membuka pintu. Ia juga tidak terlalu mendengar secara jelas suara yang diperdengarkan Elang dan Widy. Gusti terlalu yakin kalau kedua temannya itu sengaja mengerjai.

"Aku tahu kalian--" Pintu dibuka oleh Gusti. Perkataannya terpotong karena terkejut melihat apa yang dilakukan Elang dan Widy. Keduanya dalam keadaan tanpa busana dan berhubungan intim di ranjang. Suara mereka yang saling melenguh, kini sangat jelas terdengar di telinga Gusti.

Buru-buru Gusti menutup pintunya kembali. Dia sangat syok dengan apa yang dirinya lihat. Selain itu, Gusti juga merasa dikhianati sekaligus sakit hati. Mengingat dia juga tertarik pada Widy.

Sekarang Gusti merasa tidak bisa mempercayai Elang lagi. Dia bergegas berkemas dan mengambil tasnya untuk pulang. Gusti merasa lebih heran ketika Elang dan Widy tidak keluar dan menjelaskan semuanya.

Sementara di kamar, Elang dan Widy masih bermain di ranjang. Keduanya tentu menyadari kedatangan Gusti tadi.

"Gusti!" ucap Widy, saat Gusti muncul dan langsung menutup pintu.

"Kita teruskan saja. Aku hampir kllimaks!" kata Elang yang tak kuasa menghentikan pergerakan pinggulnya.

"Sial!" Widy hanya mengumpat. Karena dia juga masih belum mau mengakhiri.

...***...

"Aaaargghh!!!" Gusti berteriak nyaring untuk melampiaskan kekesalan. Setelah melihat kelakuan Elang dan Widy, dia merasa semakin terpuruk.

"Aku tidak tahan lagi! Sial! Bangs*t! ....." Saking kesalnya, Gusti mengeluarkan semua kata umpatannya.

Tiba-tiba sebuah mobil berhenti di hadapan Gusti. Membuat lelaki itu sontak terdiam.

"Kau kenapa, Sayang?" pemilik mobil keluar. Dia tidak lain adalah Rilly.

Mata Gusti membola. Dia membeku menatap Rilly yang berjalan mendekat.

"Apa kau perlu bantuan?" Rilly kembali melontarkan pertanyaan.

Gusti meneteskan air mata. Meskipun begitu tangisannya tidak sampai histeris. Ia menangis dalam keheningan.

"Ya ampun, kau menangis. Aku harap bisa melakukan sesuatu agar kau berhenti bersedih," kata Rilly seraya menyentuh wajah Gusti. Ia mengelap air mata yang berjatuhan di wajah Gusti.

Gusti sama sekali tak menepis sentuhan Rilly. Dia sekarang terlalu putus asa untuk melawan.

"Aku hanya ingin tenang tanpa harus memikirkan uang... Aku juga berharap bisa menjadi orang keren seperti Elang... Berani melakukan apapun..." ungkap Gusti lirih.

"Elang?" Rilly menggeleng sambil tersenyum. Dia berucap, "Asal kau tahu. Dengan penampilan sempurnamu ini, kau bisa lebih hebat dari Elang. Percayalah padaku!"

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***