Topeng kelinci

Pagi pagi sekali Frians pergi ke sekolah lebih awal pagi ini ia begitu cepat berangkat dari rumahnya tak seperti hari hari sebelumnya, tujuan Frians sudah jelas menunggu keenam orang yang mengganggunya hari ini ia bermaksud ingin membantai mereka.

Mulai pukul 06.00 hingga pukul 07.00, satu jam berlalu tetapi mereka justru belum muncul, Frians melihat keluar jendela tak ada satupun yang terlihat di antara mereka. Frians berpikir mungkin ini terlalu pagi untuk datang ke sekolah, jadi buat sementara waktu Frians keluar ke kantin sekaligus menghilangkan rasa jenuhnya.

Sesampainya Frians ia hanya melihat beberapa anak smp seusianya yang sedang sarapan di kantin, Frians menyapa mereka ramah begitupun sebaliknya, bahkan teman teman Frians yang berada di kantin menawarkan untuk duduk barang, dan sarapan bersama, tetapi Frians sungkan ia ke kantin hanya ingin membeli sebungkus roti lalu kembali ke kelas.

"Bibi, aku mau rotinya," ujar Frians mengeluarkan uang dari saku celana.

"Ini," pemilik kantin itu memberikan sebungkus roti coklat, dan satu gelas air mineral.

"Berapa semuanya?"

"Kau cukup membayar 2000 saja," sahutnya sambil membersihkan toples jajanan karena abu.

"Air mineralnya?"

"Untukmu saja," bibi itu berbicara membelakangi Frians karena ia sibuk dengan pekerjaannya.

"Kalau begitu ini duitnya aku letakkan dekat rak coklat," Frians melebihkan dari harga yang di bilang bibi itu, selesai membayar Frians kembali ke kelas, ia berpikir kalau targetnya sudah datang ternyata sama saja tak ada satupun diantara mereka, sehingga jam pelajaran pertama berlangsung, Frians masih menunggu keenam orang ini tetapi sama saja.

"Kemana mereka, kenapa semuanya serentak tidak hadir," Frians melamun memikirkan apa yang terjadi apa mungkin rencananya akan gagal, bukan karena ketahuan tetapi karena target yang tak menunjukkan diri.

"Frians, Frians!" seru guru matematika dari depan.

Karena Frians melamun ia tidak mendengarkan gurunya itu memanggil.

"Frians," senggol teman sebangku Frians.

"Eeh?" seketika Frians tersentak sadar dari lamunannya.

"Guru memanggilmu sedari tadi, kau melamun ya?" tanya orang itu.

"Frians!" guru yang sedang memberikan pelajaran kembali memanggil Frians.

"Saya buk," Frians mengangkat tangannya.

"Apa yang kau perbuat di bangkumu? Kau melamun, atau sedang sakit?"

"Ti- tidak," sahut Frians singkat.

"Kalau begitu Frians kamu tidak mendengarkan saya kan? Sini maju kedepan kerjakan soal ini kalau kamu bisa menjawab kamu boleh duduk, tetapi kalau kamu tidak dapat menjawabnya kamu silahkan membersihkan kamar mandi," ancam orang itu berharap Frians jera, dan yakin kalau Frians tak akan mengerti dengan soal yang ia berikan.

Namun siapa sangka meskipun pikiran Frians tidak sepenuhnya berada di dirinya, ia mampu menjawab soalan yang ada di papan tulis bahkan Frians memberikan penjelasan mengenai jalan rumus matemati itu.

"Sudah selesai," Frians menutup spidol, dan meletakkannya di dalam sebuah tempat spidol dekat dengan papan tulis.

"Kerja bagus Frians," puji guru tersebut sekaligus menyuruh para murid memberikan aplus ke Frians.

"Frians, dengarkan penjelasan materi saya," himbaunya setelah Frians duduk.

"Baiklah."

Selesai pelajaran Frians benar benar tak mendapati anak anak itu, namun pada saat ia mau pulang Frians melihat banyak orang tua murid berada di kantor kepala sekolah, Frians memperhatikan itu dan membuatnya penasaran apa yang terjadi, jadi Frians berjalan kesana di tengah tengah mereka Frians mendengar. Bahwa anak anak mereka sedari semalam tidak ada yang pulang kerumah.

Frians membalikkan badannya, ia mengepalkan tangan geram gara gara itu ternyata korbannya tidak datang ke sekolah.

"Kemana mereka berenam? Aku sendiri yang akan mencari tahu, aku belum puas jika tidak membunuh mereka," Frians berbalik keluar dari tempat itu, ia berjalan keluar sekolah menuju pulang.

Pada saat perjalanan mata Frians melihat ke sekitar, ada yang aneh di gang sunyi ini, Frians menemukan sebuah topeng kelinci, ia mengambil topeng itu memandangnya.

Frians tersenyum, memegang topeng itu, ia juga mengikuti jalan gang tersebut, Frians menemukan mayat di sudut lain gang.

Darah dari korban itu mengalir deras dari sekujur tubuh, apa lagi dari mata kirinya yang di congkel masih mengeluarkan darah merah membasahi wajah mayat itu.

"Pembunuhan ini sepertinya baru terjadi, kasihan sekali kau harus menjadi korban pembunuhan," itu hanya ucapan Frians dari mulutnya sebenarnya ia juga suka melihat ada mayat apalagi itu mayat seorang lelaki dewasa yang sudah mati.

"Aku suka melihat pemandangan ini, apalagi jika ia disiksa aku tau orang ini dibunuh memakai benda tumpul, rasa sakitnya pasti lebih nikmat," Frians tersenyum.

Saat berbalik ingin keluar dari tempat itu, Frians melihat ada seorang lelaki lain yang bersembunyi mungkin saja orang itu melihat Frians, tetapi Frians pura pura tidak tahu sampai ia keluar dari gang.

Orang itu menghampiri Frians, melihat topengnya berada ditangan Frians ia tetap tenang dan memikirkan bagaimana caranya menghabisi Frians agar ia tidak ketahuan.

Itu adalah Query, sekaligus ia pelaku pembunuhan barusan karena menarik korban membuat Query harus meletakkan topengnya tetapi Query lupa mengambilnya karena ia mencungkil bola mata korban alhasil menjadi lama sampai Frians menemukan dan mengambil topeng itu.

"Oiiy," tegur Query.

"Ada apa?" tanya Frians tak berkontak mata dengan lawan bicaranya.

"Apa yang kau lakukan di tempat seperti ini?" tanya Query yang ingin mengontrol pikiran Frians.

"Aku hanya baru pulang sekolah," sahut Frians.

"Kau orang sini? Dimana sekolahmu? Aku salah satu pendatang yang mau meneliti sekolah," ujar Query.

"Oh ya, aku tidak tahu mengenai itu, aku hanya anak smp," Frians tersenyum tipis.

"Kalau begitu kau mau ikut denganku? Aku butuh mentor sekaligus orang penunjuk jalan, apakah kau mau ikut denganku?"

"Begitu ya!"

"Apa kau mau?" pertanyaan Query sedikit memaksa.

"Baiklah aku mau ikut denganmu, ini tidak cara lamakan?" ujar Frians memiliki maksud dan artian tertuju pada tingkah Query.

Query tak menjawabnya, ia hanya menarik paksa lengan Frians, dan membawa Frians masuk kedalam mobil.

"Cara kuno, aku juga tau kau ingin membawaku ketempat lain."

Mereka berdua sampai ke markas Rabbit killer, Frians turun dari mobil tersebut, ia bahkan biasa saja tak merasa takut ataupun cekas melihat rumah yang sangat sangat berbeda jauh dari rumah pada umumnya yang jelas rumah itu sangat kotor, bahkan jauh dari tempat pemukiman masyarakat.

"Jadi ini rumahnya?" tanya Frians.

"Benar sekali," Query mengeluarkan borgol untuk memborgol kedua tangan Frians, Frians hanya membiarkan Query menangkapnya seperti tahanan, Frians juga membiarkan dirinya dibawa paksa masuk di bawah pengawasan Query, Frians dimasukkan ke dalam ruangan untuk di sekap, dan menjadi korban.

Query juga berhasil mengambil topeng miliknya yang berada di tangan Frians.

"Topeng kelinci itu punyamu?" tanya Frians yang sudah duduk dibangku tersekap.

"Benar sekali," Query memakai topengnya.

"Kalau begitu mengapa kau tidak memintanya dariku tadi?"

"Anak bodoh! Mana mungkin aku melakukannya yang ada aku akan ketahuan jika aku membunuh," bentak Query.

"Sayang sekali, turunkan nada bicaramu," Frians tersenyum.

"Kau terlalu banyak bicara, aku akan menyiksamu jika kau berbicara lagi," ancam Query.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!