My Win Kill You

My Win Kill You

1. Jas hujan

Akhir akhir ini banyak terjadi pembunuhan, maraknya berita menyebar luas kemana mana, pembunuhan terjadi bukan hanya anak-anak, bahkan sampai dengan orang orang dewasa. Hingga di mana kota tersebut diancam oleh ketakutan kematian di mana saat ini nyawa mereka berada diambang kematian.

Sampai saat ini para polisi masih mengatasi kasus kasus namun para polisi belum menemukan siapa pembunuh akhir akhir ini.

Malam itu seorang anak kecil berjalan tengah malam sendiriannya, anak itu mengenalan jas hujan berwarna merah, memakai sepatu sekolah, bahkan masih menyandang tas sekolahnya. Seseorang peria yang melihat anak itu langsung menghampirinya.

“Hay, nak apa yang kau lakukan ditengah malam begini?” tanya orang itu.

“Aku baru pulang sekolah, aku tadi ketinggalan bus jadi aku memutuskan untuk betjalan kaki sekalian mencari gambar-gambar organ tubuh manusia untuk pelajaran Biologi besok,” jelasnya seperti anak sekolah pada umumnya untuk lebih jelasnya menggunakan gambar gambar sebagai contoh penjelasan materi.

“Kalau begitu biar aku antarkan kau pulang, ini sudah terlalu malam takutnya ada apa apa nanti.”

“Ya sudah, boleh saja kok apa itu tidak keberatan?” tanya anak itu yang takut merepotkan.

Selama perjalanan mereka berdua mengobrol dengan hangat, nama orang itu tenyata adalah Hendri, ia dan Frians begitu keduanya seperti abang, dan adek.

“Kau tidak takut pulang tengah malam sendiri seperti ini?” tanya Hendri.

“Takut kenapa?” Frians ingin melihat wajah Hendri namun karena badannya pendek jadi ia hanya mendungak untuk sesaat.

“Karena berita sekarang banyaknya pembunuhan, orang orang saja tidak ada yang berani keluar.”

“Lalu mengapa kau keluar?” ujar Frians melontarkan pertanyaan.

“Ya itu karena aku melihatmu, aku takut kenapa napa dengan anak kecil seusiamu apa lagi ini sudah malam.”

“Lantas kau tidak memperdulikan dirimu? Bagaimana kalau kau yang jadi korban pembunuhan itu?” Frians menghentikan langkahnya.

“Itu tidak mungkin, memgapa kau berhenti? Apa ada sesuatu?”

“Tidak,” Frians melanjutkan langkahnya.

“Bagaimana mungkin dia mau menyelamatkanku dari pembunuhan, sementara aku yang membunuh mereka," dalam hati Frians, aku juga melirik tangan kananku yang digandeng oleh Hendri.

“Rumahmu masih jauh?” tanyak Hendri.

“Sedikit lagi, di depan sana komplek snediri itu.”

Tak terasa sampailah di rumah Frians, anak itu mengetuk pintu rumah terlihatlah kedua orang tuanya yang keluar, mereka sedikit bingung, dan was was karena ada seseorang yang bersama Frians.

“Yaampun nak, mengapa kau baru pulang jam segini?” seorang wanita memeluk Frians.

“Siapa kamu?” lontar ayah Frians melihat anaknya bersama lelaki asing.

“Saya cuma mengantarkan Frians karena sudah larut malam, saya melihatnya berjalan sendirian tadi pak.”

“Sudah sayang, suruh orang itu masuk dulu, biar aku buatin minum.”

Sementara ayah Frians membawa Hendri masuk, dan Frians dibawa ibunya ke kamar.

“Kau membawa korban lagi?” tanya wanita itu mengambilkan baju Frians dalam lemari.

“Tidak, dia hanya mengantarku pulang.”

“Lalu mengapa kau mau dihantarkannya?”

“Karena aku tidak menolak, lagian dia juga tidak ada niatan lain kok ma.”

“Terserahmu saja, sekarang istirahatlah, dan kerjakan tugasmu,” perintah wanita itu yang sudah berada di depan pintu kamar.

“Aku ada tugas tentang organ tubuh manusia, tetapi aku belum mendapatkan gambarnya,” jelas Frians sedikit kecewa kepada dirinya sendiri.

“Buat apa gambar seperti itu nak? Kita sudah punya langsung contohnya, sabarlah sebentar lagi kau akan belajar langsung mengenai oragan tubuh untuk tugasmu, dan papamu yang akan menjelaskannya.”

“Sialnya kalian harus membunuh lagi?”

“Hmm … itu urusan kami,” wanita itu langsung menutup pintu kamar.

Ia beranjak ke dapur menyiapkan minum, selesai mengaduk minuman ia memasukkan obat untuk membuat Hendri terbius.

“Ini minumannya, maaf nak sedikit lama aku baru selesai mengurus Frians,” ujarnya menyerahkan minuman, wanita itu melirik suaminya yang berada di samping Hendri.

Melihat lirikan itu sang suami tau bahwa itu adalah kode untuk menyuruh Hendri minum menghabiskan airnya.

“Hayo diminum dulu, kamu pasti hauskan,” ujarnya ramah.

“Ia pak nanti saya minum kok.”

“Eeh ini juga sudah malam istri saya sudah siap menyiapkan kamar buat kamu tidur malam ini.”

“Loh pak, saya pulang ajalah gak enak juga kalau mau nginap,” tolak Hendri sungkan.

“Loh ga perlu seperti itu, lagian ini juga udah malamloh takutnya ada apa apa sama kamu, mending disini dulu,” ia juga menyodorkan kembali air yang ada di gelas Hendri.

“Baiklah pak kalau tidak merepotkan saya mau kok," Hendri pun sudi menenggak air tadi sampai mau pengahabisan tiba tiba tubuh Hendri lemas tak berdaya ia tersungkur jatuh kebawah.

“Mah, dia sudah tidak sadar,” teriak suaminya mengangkat tubuh Hendri.

“Baiklah kalau gitu serahkan pada saya.”

“Kamu mau motong motong daging manusia lagi? Kita sudah banyak stok," lelaki itu bingung melihat istrinya.

“Bukan,” perempuan yang tadi mengambil sebuah koper ia membuka koper itu ada banyak peralatan peratan aneh didalamnya.

“Yah, seret orang ini ke ruangan bawah,” perintahnya yang sudah selesai memakai sarung tangan berwarna putih.

“Baiklah kalau begitu,” lelaki itu mengumpulkan kedua tangan Hendri sebagai pengangan menyeret.

“Aku mau memanggil Frians dulu ya,” ia langsung membawa Frians ke ruangan bawah.

“Kau sudah membawa bukumu untuk catatan tugas yang kau bilang?” tanya ibunya.

“Ini sudah,” Frians memperlihatkan buku tugas sekaligus catatan.

“Ada apa ini sebenarnya?”

“Aku memiliki tugas biologi mengenai organ tubuh manusia,” jelas Frians.

“Oh kalau begitu, mengapa tidak kau saja yang mengerjakannya, ini," lelaki tadi menyodorkan pisau yang cukup tajam dari sebelumnya.

“Tapi yah!”

“Silahkan kau belah tubuh orang ini untuk melihat organnya, aku akan memberi penjelasan kepadamu.”

“Im sory, ibu tidak bisa membantah ucapan ayahmu, sebaiknya gunakan sarung tangan ini,” wanita tadi kembali harus membuka sarung tangannya.

“Tidak perlu,” Frians mengambil pisau dan mulai membelah perlahan mulai dari leher orang itu. Darah pun mulai mengalir deras keluar hingga sampai ke perutnya, terlihat sudah bagian jantung, paru paru korban.

“Belahanmu lurus ya nak,” puji lelaki tadi.

“Aku sudah selesai, jadi bisa jelaskan mengenai organ orang ini?”

“Tentu saja, catat baik baik, ini jantung, ini paru parunya, ini usus sedangkan ini pula lambung, lelaki itu menunjuk organ tubuh Hendiri menjelaskannya detail ke Frians sampai anaknya itu benar benar mengerti.

“Selain orang tuaku sekolah pertama, mereka juga guru bagiku meski jalannya mengerikan tapi mereka mampu menjelakan langsung bersama orangnya, meski pun masih berdarah darah setidaknya organ itu terlihat jelas.”

Tugas Biolagi Frians pun selesai tepat waktu, selain nama nama oragan di dalam tubuh, anak itu juga membuat keterangan atau penjelasan mengenai nama nama organ tubuh.

Terpopuler

Comments

Noona Kim

Noona Kim

yaampun padahal kalo mau kan ada yang jual poster organ tubuhhhh.. btw mampir ya kak di karya kuu

2023-08-27

0

senja ku

senja ku

aku mampir thor, jgn luoa mampir di cerita ku ya

2023-08-27

0

earthhzv

earthhzv

ak mampir yah, janlup mampir karyaku juga kalau senggang

2023-08-10

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!