"Fio, apa kamu menyukai Kak Vean?"
"Hah? Enggak, kok!"
"Benarkah? Jangan mengalah padaku hanya karena rasa terima kasih saja, Fio."
"Benar, Dhea. Aku tidak menyukai Vean."
"Lalu, apa kamu menyukai Kak Juna?"
"Dih!"
"Berarti, kamu menyukai Kak Arya?"
"Apaan sih, Dhea."
"Aku akan mendukung kamu ...."
"Benarkah?"
Dhea lalu tertawa, padahal dia belum selesai bicara, tapi Fio sudah begitu semangat.
"Aku akan mendukung kamu bersama Kak Juna."
"Juna, kenapa harus Juna?"
"Lalu, apa aku harus mendukung kamu bersama Kak Vean?"
"Bukan, tapi Arya."
Dhea meringis, jebakannya langsung tepat sasaran.
"Kamu, suka sama Kak Arya?"
"Enggak."
"Baguslah, sebaiknya memang begitu."
Kedua perempuan itu sibuk dengan pikiran masing-masing. Tanpa sengaja, Fio melihat ketiga pria yang sedang menatap dia dan Dhea dari jauh.
Kenapa aku tidak bisa seberuntung Dhea, yang dikelilingi oleh pria-pria seperti mereka. Apa aku harus menjadi anak yatim piatu dulu baru bisa disayangi oleh mereka?
Maafkan aku, Dhea. Tapi, aku memang menyukai dirinya.
Fio tersenyum pada Dhea, tapi dalam hatinya dia menjerit.
Sedangkan Dhea, memang dia melihat Fio yang tersenyum, tapi dia tahu sahabatnya itu menyimpan rahasia.
Tentu saja Dhea tahu, karena Dhea adalah sahabat Fio sejak sekolah dasar.
🍁🍁🍁
"Sayang, kenapa kamu murung?" tanya Vean.
"Enggak. Kak?"
"Hm?"
"Menurut kamu, bagaimana kalau aku menjodohkan Fio dengan Kak Arya?"
"Jangan!"
"Kenapa? Kamu cemburu, ya?"
"Iya, aku cemburu banget."
Wajah Dhea langsung sendu.
"Eh, maksud aku, Arya sama Clara saja, Yang. Fio mah bodo amat sama siapa saja, Taki jangan sama aku."
"Kenapa begitu?"
"Karena kalau Arya sudah punya pacar, aku jadi lega. Biar dia gak usah dekat-dekat kamu terus."
"Kenapa Kak Vean tidak menjodohkan saja Fio dengan Kak Arya."
Padahal mereka sama-sama tahu, kedua muda-mudi itu seperti api dengan petasan.
Begitu bertemu ....
Duar!
Di dalam kamarnya, Fio kembali merenung. Gadis itu terus saja uring-uringan.
🍁🍁🍁
Seorang pria memperhatikan Fio yang sedang makan sendirian di salah satu kafe.
"Permisi."
"Ya?"
"Maaf, sepertinya saya pernah melihat nona di suatu tempat."
Fio menatap penuh selidik kepada pria itu.
Ya ampun, apa ini hanya sebuah modus? Apa aku ingin dijadikan sugar baby oleh laki-laki tua ini?
"Hm, apa nona pernah mengunjungi panti asuhan di pinggiran kota?"
"Enggak!" jawab Fio tanpa pikir panjang.
Gadis itu langsung pergi begitu saja. Dia takut nanti diculik oleh om-om berperut buncit dan hampir botak itu.
Bugh
"Aduh."
Fio meringis lalu menatap siapa yang menabraknya.
"Juna, ayo buruan pergi."
"Aku mau makan."
"Nanti saja, ada om-om genit yang mencoba merayuku."
"Levelmu memang level om-om."
"Sialan!"
Fio merangkul lengan Juna dengan erat. Bisa dia hirup aroma maskulin dari tubuh dokter tampan itu. Juna berdecak kesal, tapi terpaksa ikut juga dengan Fio. Kini dia bertanya-tanya, kenapa Dhea bisa betah berteman dengan gadis ini.
"Kita makan di kafe depan rumah sakit saja, lah."
Dan ternyata di sana, ada Arya dengan Clara. Mereka berdua terlihat akrab. Ada perasaan iri dalam diri Fio. Melihat Arya yang selalu merespon setiap perkataan Clara, berbeda sekali kalau dia yang bicara, selalu saja diketusin.
Fio akui, Clara memang cantik dan ramah. Dia juga tahu, meskipun mereka berdua sama-sama sahabat Dhea, tapi Clara tidak menyukai dirinya, sama seperti Arya yang tidak menyukai dirinya.
Melihat Fio yang merasa tidak nyaman, Juna jadi sedikit kasihan.
"Sayang ...," ucap Juna mengedipkan matanya pada Fio.
Seketika itu juga, tiga pasang mata langsung menatap ke arah dokter muda itu.
Dan ada jantung yang berdebar kencang ketika mendengarnya ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Irra Ajahh
Widihh,, aku bca nya gregetannn
2023-08-16
1
Rismayanti
sedikt banget thor up nya
2023-08-15
1
Abdillah 104
author jangan lah dibuat ngenes banget Fio na, sedih jadi na
2023-08-14
1