Kali ini aku mendapat giliran shift 2.
Seperti biasa, aku datang 30 menit lebih awal.
Sesampainya di Front Desk Counter, kudapati tatapan yang tidak bisa dari mereka semua.
Hah, ada apa ini??
"Kak Nynd, kemarin pulang bareng Irwansyah?"tanya Zeyna.
Siapa lagi itu??? Tanyaku dalam hati.
"Enggak. Naik angkot,"jawabku singkat.
"Lho kok????" Zeyna, Trihas dan Lanny saling bertukar pandangan.
"Nynd katanya kamu pulang bareng Irwansyah,"Lanny menimpali.
"Kamu salah orang mungkin,"kujawab sekedarnya saja.
"Gak briefing? Emang gak mau cepat pulang?"sambungku ke Zeyna dan Lanny.
Mereka semua menggangguk.
Aku berjalan melewati mereka hendak mengambil list Guest Check In dilaci kabinet.
Baru saja mau membungkuk, si cowok sialan datang dan berdiri tepat didepanku.
Dia mengambilkannya untukku, dan menyerahkan dengan tersenyum.
Ugh! Dia merencanakan apa lagi ini? Pikirku yang sudah su'udzon.
"Heh, mau pada pulang gak? Ayo briefing!"Pak Bayu muncul begitu saja dari balik pintu.
Kulihat Zeyna menarik tangan cowok sialan itu, dan Lanny juga ikut gelendotan ditangan satunya lagi.
Konyol sekali. Seperti melihat sinetron indosiar saja.
Aku memilih mengecek semua persiapan check in dan menghubungi Dept House Keeping untuk menggantikanku berjaga dicounter sebentar karena ingin sholat ashar.
Briefing sore disini sungguh sangat lama.
Aku pernah sekali mengikutinya, dan isinya bukanlah pekerjaan (yaa hanya 1% lah).
Akan tetapi gosip, curcol tidak jelas, saling melempar godaan, dan rayuan konyol cewek-cewek disini untuk si cowok sialan itu.
Mereka baru pertama kali melihat laki-laki putih bersih ya? Dimana sih gantengnya itu cowok?
Aku pernah bertanya seperti itu dalam pikiranku namun langsung kubuang jauh.
Selera orang memang tidak bisa diduga.
Kalau cinta sudah melekat, tahi gigi pun serasa coklat.
Yak!! Sangat tepat untuk mereka para cewek disini.
Waktu berlalu dan menunjukkan pukul 5 sore.
Saat sedang asyik membaca komik (aku juga nakal ya, main internet kalau senggang saat kerja, hihihi), cowok itu sudah berada disebelahku.
"Kemarin kamu kemana? Saya nyariin,"tanyanya.
"Saya sampai muterin basement 3 kali. Nanya-nanya ke security. Ada yang lihat kamu malah duluan. Katanya mau bareng sama saya,"tuturnya panjang lebar.
Hah? Nanya-nanya? Pantas saja orang-orang tahu.
Eh tunggu. Tapi tadi Zeyna dan Lanny bilang, Irwansyah? Ah, nama dia itu ya ternyata.
"Maaf, saya juga nungguin. Tapi saya lihat mendung. Jadi buru-buru pulang,"jawabku asal.
"Ooo..masa? Kemarin cerah,"dia menjawab sedikit tertawa.
"Mungkin saat kamu mau pulang, jadi cerah."
"Bisa begitu ya. Saya ngatur suasana langit,"dia masih saja tertawa kecil.
"Atau barangkali langit punya mood seperti perempuan. Sebentar mendung sebentar cerah,"timpalku semakin asal.
Aarrgghh! Kenapa aku menjawab terus?? Pergi sana kamu. Hush..hush!
Dia malah semakin menjadi-jadi tertawanya.
Mana Lobby juga sepi.
Cepatlah datang orang-orang.
Aku gak mau berdua saja sama orang ini dalam waktu cukup lamaaa.
"Hahaha....kamu ternyata lucu banget. Jangan hindari saya ya. Saya hanya ngajak kamu pulang bareng naik motor saya. Gak ada niatan lain. Kalau gak mau, ngomong aja,"ujarnya.
Aku langsung menyambut senang.
"Oh gitu? Makasih sebelumnya menawarkan. Saya mau pulang sendiri aja. Kalau shift 2, diantar mobil hotel aja. Maaf ya,"ucapku perlahan agar ia tidak tersinggung.
"Bener nih gak mau? Aman sama saya kok!"dia malah memberi jawaban yang membuatku melongo.
Gimana sih ini orang? Katanya ngomong aja kalau gak mau. Gak jelas banget!
"Iya tidak usah,"aku masih berusaha menolak.
"Ya udah bareng. Ntar saya tunggu depan locker kamu,"dia memutuskan seenaknya dan tersenyum seperti seorang pemenang.
"Maaf, baju saya lengan pendek. Nanti malah masuk angin,"aku masih saja mencari alasan untuk menolak.
"Kamu pakai jaket terus kan? Itu udah cukup kok! Saya gak ngebut-ngebut amat bawanya nanti. Bukan balapan ini mah,"selorohnya kembali tertawa.
Ada apa sih dia ini? Tertawa terus.
"Ya ya baiklah,"aku menyerah.
"Bener ya. Saya tungguin kamu. Awas jangan ditinggalin lagi saya nya,"dan dia menatapku lekat-lekat.
Berdirinya cukup dekat. Aku menundukkan pandangan. Merasa canggung dan malu.
"Nynd titip Concierge Counter bentar. Saya mau ashar udah jam segini,"sambungnya dan turun kebasement menuju mushalla.
Akhirnya pergi juga dia. Lega sekali rasanya.
Sudahlah, aku menyerah.
Tidak ada salahnya kuterima tawarannya sekali saja.
Tik tik tik.....
Jam dinding menunjukkan pukul 10:40 malam.
20 menit lagi jam kerjaku selesai.
Aku merapikan pekerjaanku seperti biasa.
Hari yang cukup melelahkan.
Para tamu banyak yang datang diwaktu yang bersamaan.
Kegesitan dan keramahan tergabung jadi satu agar para tamu yang menunggu tidak merasa bosan.
Meski kadang aku suka bertanya, mengapa Job Desk GRO malah mengerjakan FDA Duty, tapi aku memilih menerima dan melakukannya dengan sepenuh hati.
Seperti yang kukatakan dari awal, Management Koboi.
Jika berani mengkritik atau menyarankan, ditembak alias yang bersangkutan pasti mengamuk tidak jelas.
Daripada aku mendapat drama sinetron, lebih baik aku menjalaninya dan hidupku baik-baik saja bekerja disini.
"Nynd makasih ya. Bener kata Messy, kamu bisa sendirian. Bisa diandalkan,"sapa Kak Dicky, salah satu Supervisor Front Office alias partner Kak Messy.
"Jangan berlebihan begitu kak,"timpalku.
"Bener. Kamu juga gak banyak bicara. Kalem banget malahan. Pantes Zeyna happy dapat shift bareng kamu. Dia bebas curcol dan bisa duduk-duduk dibelakang,"celoteh Kak Dicky.
Aku hanya bisa melempar senyum.
Tidak bisa berkata apa-apa.
Sejujurnya aku mendengar itu sedikit malu.
Bahwa rekan kerjaku sebagian besar kurang bertanggung jawab.
Ya sudah lah, daripada runyam, lebih baik diam saja.
Tak lama, Mas Angga dan Pak Willy datang.
Pak Willy adalah Duty Manager.
Seperti hal nya para lelaki jika bertemu, ada basa basi obrolan teknis yang pastinya bukanlah gossip.
Aku overhandle kepada Mas Angga yang tiada hentinya mengucapkan terima kasih karena pekerjaannya aku permudah.
Susunan billing dan attachment yang kukelompokkan.
Aku melakukan itu karena senang saja membantu.
Disamping itu, aku ingin memberi Shift 3 waktu kosong untuk tidur dan istirahat.
Setelah overhandle selesai, aku pamit pulang kepada Kak Dicky, Mas Angga dan Pak Willy.
Tidak lupa, aku sudah memberitahu Kak Dicky tidak ikut mobil hotel pulang malam ini.
Ketika kukatakan alasannya, Kak Dicky tidak banyak bertanya.
Bunyi ketukan pelan terdengar dipintu Female Locker Room.
"Ayo, saya tunggu,"suara menyebalkan itu memberi aba-aba.
Aku bergegas memakai sepatu, merapatkan jaketku kembali dan keluar.
Dia menyambutku dan menyuruhku mengikutinya kearah parkiran karyawan.
Disana sudah ada beberapa karyawan lainnya yang juga bersiap untuk pulang.
Saat aku melihat motornya, spontan aku langsung bertanya "Motor biasa aja gak ada?"
Dia menengok kebelakang. Ekspresinya sangat kaget.
Aku merasa bingung menatap wajahnya.
"Cewek senengnya naik motor cc gede gini. Bangga dibonceng. Kok kamu malah minta motor biasa?"dia bertanya dengan nada hati-hati.
"Ini bikin dada maju. Menyusahkan. Tapi semoga gak sempit. Badan saya bongsor,"jelasku.
Dia kembali memasang wajah heran sekaligus takjub.
Dan menyalakan motornya, membukakan pijakan kaki lalu mempersilakan aku naik.
Saat diatas motor, kuletakkan tas ku diantara punggungnya dan perutku.
Dia bertanya lagi "Gak sempit nanti tas nya disitu?"
"Biar saya gak masuk angin,"jawabku singkat.
Dia mengangguk-angguk.
Kenapa ya? Memangnya aneh? Tanyaku dalam hati.
Kukelilingi mataku memperhatikan yang lainnya diparkiran tersebut.
Dan sama, mereka memasang wajah heran.
Ku minta si cowok berangkat karena waktu sudah menunjukkan pukul 11:30 malam.
Sepanjang perjalanan, kami diam saja.
Dia memacu motornya cukup kencang.
Jalanan yang sepi memang harus ngebut menghindari begal.
Aku melewati jalan setapak yang sepi sebelum akhirnya bertemu lagi rumah penduduk.
Dia memelankan motornya dan membuka kaca helm.
"Kamu pagi biasa dari rumah berangkat jam berapa?"
"Jam 5:30 pagi."
"Besok saya dan kamu jumping. Tunggu aja saya depan gerbang kosan kamu. Ntar saya jemput."
"Tahu darimana saya nunggu angkot digerbang depan? Lembah Adek kan luas."
"Saya anak motor. Tahu lah saya,"jawabnya dengan nada sombong.
Ugh! Menyebalkan sekali manusia satu ini.
"Tunggu aja kata saya,"sambungnya.
"Iya, saya nunggu angkot."
"Udah pokoknya tunggu aja. Ini pegangan ya, mau ngebut lagi saya,"pintanya padaku.
Aku memegang besi jok penumpang.
Ia memelankan motornya dan bertanya lagi.
"Pegang yang itu?"
"Iya, kenapa memangnya?"
Dia tertegun lagi, dan "Oh enggak. Kaget,"ujarnya singkat.
Aku yang sudah mengantuk tidak memikirkan sama sekali ekspresi dan reaksinya malam ini.
Yang penting pulang bareng kan?
Sebulan lebih ngajak, saya kalah.
Senang kan kamu?
Begitulah pikiranku.
Dia mengantarku sampai didepan pintu kosanku.
Setelah aku masuk kosan, dia pun akhirnya pulang.
Seolah memastikan aku baik-baik dan selamat.
Aku mulai bertanya-tanya dalam hati.
Mulai dari ekspresinya ketika aku bertanya tidak ada motor lain sampai sikapku saat berboncengan dengannya.
Jika ada yang salah atau norak baginya, aku malah senang.
Aku tidak mau terseret cinta segi banyak percintaan Front Office Dept.
Setelah mencuci muka, gosok gigi, lap badan dan ganti pakaian, kurebahkan badanku dikasur lipat dan tidur.
Besok aku jumping (dari shift 2 ke shift 1).
Aku pun tertidur lelap.............
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments