Badai

...~Happy Reading~...

Seperti biasa, pagi hari Zefanya terlihat begitu asik menyapu halaman rumah sambil mendengarkan musik dari headset di telinga nya. Saking asik nya ia bernyanyi sambil menyapu, dan sesekali juga menggerutu, tanpa ia sadari seorang laki laki tengah menatap nya dengan tatapan yang sulit di mengerti dari arah gerbang.

Karena sepi dan tida ada siapapun di halaman rumah itu selain Zefanya. Laki laki itu segera masuk, dan tanpa aba aba ia langsung menarik telinga Zefanya hingga membuat gadis itu langsung memekik kesakitan.

“Pak Bataaaaaa!” teriak nya dengan begitu kesal, “Bapak—“ Ucapan Zefanya terhenti saat dimana dia membalik badan dan melihat siapa pelaku utama yang sudah menarik telinga nya.

“Bagus!” Laki laki itu menatap Zefanya dengan tatapan kesal, marah dan geram, “Lo ngapain disini? Lagi training?”

“Harusnya yang nanya kaya gitu aku, ngapain kamu disini! Kok tahu aku disini? Dan—aduhh duhh sakit! Lepasin kuping ku woy!” pekik nya lagi saat telinga nya kembali di tarik oleh laki laki itu.

“Lo harus ikut gue! Kita pulang!”

“Enggak!” tolak Zefanya dengan cepat menepis kasar tangan laki laki itu, “Kamu itu kebiasaan banget sih, jangan mentang mentang nama mu badai, kamu beneran mau jadi gledek di pagi hari. Datang bertamu di rumah orang, itu harusnya ngomong assalamualaikum, bukan tiba tiba langsung jewer kuping orang gitu, kamu kira gak sakit apa. Nih merah!” omel nya panjang lebar pada sosok laki laki di depan nya yang tak lain adalah Badai Gaharu. Anak dari sepupu ayah nya, yang mana memang seharusnya Zefanya temui saat pertama kali datang ke Indonesia.

“Lo pikir gue perduli!” Badai menarik nafas nya dengan berat, “Lo datang kesini, bokap lo nyerahin lo ke gue. Lo tanggung jawab gue, dan asal lo tahu, gue udah kaya orang gila! Gue nungguin lo di Bandara sampai dua jam lebih, gue rela ninggalin kuliah gue demi lo. Malah lo ngilang! Dan lo gak tahu, gimana pusing nya gue nyariin keberadaan lo yang hilang kontak itu. Gue harus cari alasan setiap kali bokap lo sama Zafeer nanyain lo. Tapi lo malah enak enakan training jadi ibu rumah tangga disini! Otak lo dimana sih Zef, astaga! Bisa gak kalau lo itu gak usah nyusahin orang kaya gini terus hah!”

Gadis itu langsung terdiam. Selalu seperti ini, jika dirinya bertemu dengan Badai. Tiada hari tanpa mendung dan hujan gledek, sebentar saja ia berharap akana ada pelangi cerah yang membuat suara gledek dari Badai itu reda. Tapi nyatanya tidak pernah, dan mungkin tidak akan pernah bisa.

“Sekarang lo balik ikut gue!” Badai hendak menarik tangan Zefanya lagi, namun tiba tiba suara dari arah ambang pintu menghentikan pergerakan tangan Badai.

“Lepasin!”

“Siapa lo! Jangan ikut campur!” ucap Badai menatap laki laki itu dengan sinis.

“Harusnya gue yang nanya, siapa lo! Ini rumah gue, dan lo pagi pagi udah buat keributan disini. Lebih baik lo pergi sekarang atau—“

“Atau apa?” Tantang Badai menatap penuh kebencian pada sosok laki laki itu, “Atau lo mau panggil polisi? Silahkan!” imbuh nya dengan sinis.

“Biar sekalian gue bisa buat laporan! Seorang aktor, Batara Kana menculik tunangan orang. Bahkan, dia sampai rela menyembunyikan barang barang pembantu nya sendiri agar dia tidak bisa pergi dari rumah nya. Bukankah itu akan menjadi gosip yang menarik!” Sebuah senyuman terbit di wajah Badai, membuat mata Batara seketika langsung membola dengan sempurna.

Tak berbeda jauh dari Batara yang terkejut. Zefanya pun juga ikut terkejut, gadis itu langsung mengerutkan dahi nya menatap dua laki laki yang kini tengah berseteru di depan nya.

“Badai, bisa kamu jelasin? Dan Pak Batara? Maksud dia apa?” tanya Zefanya dengan raut wajah bingung nya menatap dua laki laki itu dengan bergantian.