Bab 10: SULIS MENDAPATKAN KABAR YANG MENGGEMBIRAKAN
Sulis baru saja keluar dari ruangan dokter dengan berita yang menggembir kan. Dia terus berjalan di lorong rumah sakit dengan senyum yang merekah di wajahnya. Sulis memegang erat-erat sebuah amplop putih yang berisi hasil tes darahnya. Dia merasa lega, seolah beban besar yang ia pikul selama ini akhirnya terangkat.
Tak lama kemudian, Sulis melihat Ahmad sedang duduk di bangku di depan lorong rumah sakit. Senyum lebar terpancar di wajah Sulis saat dia mendekati Ahmad.
Sulis: Ahmad, Alhamdulillah, aku mendapat kabar baik dari hasil tes darahku. Ternyata, semua hasilnya normal!
Ahmad: Subhanallah, Sulis! Itu benar-benar kabar yang menggembirakan. Akhirnya, semua doa dan harapan kita terkabul.
Sulis: Ya, Ahmad. Aku tidak bisa mengucapkan cukup terima kasih atas dukungan dan doamu selama ini. Kamu selalu ada untukku, mendengarkan keluh kesahku, dan memberiku semangat.
Ahmad: Kamu tahu, Sulis, tidak ada yang lebih penting bagi ku daripada melihatmu bahagia dan sehat. Aku senang bahwa perjuanganmu tidak sia-sia.
Sulis: Memang, Ahmad. Ini adalah bukti bahwa kita tidak boleh menyerah dan terus berjuang dalam hidup. Energi positif dan harapan memang memiliki daya penyembuhan yang luar biasa.
Ahmad: Benar sekali, Sulis. Dalam setiap lembaran hidup, pasti ada harapan yang bisa kita jadikan pijakan untuk melangkah. Dan itulah yang akan membuat kita semakin kuat dan bertahan.
Sulis: Ahmad, aku ingin berterima kasih juga kepada keluarga dan teman-teman yang selalu mendukungku. Mereka menjadi pendorong utama dalam proses kesembuhanku.
Ahmad: Tentu saja, Sulis. Keluarga dan teman-teman memainkan peran penting dalam memberikan dukungan emosional dan mental. Mereka juga memiliki harapan dan doa yang sama seperti kita.
Sulis: Sekarang, aku merasa lebih semangat untuk menjalani hidupku. Aku ingin memanfaatkan setiap lembaran harapan ini untuk menjalani hidup dengan penuh bahagia dan berarti.
Ahmad: Pasti, Sulis. Mari kita hadapi lembaran hidup ini dengan sikap positif dan semangat yang tak pernah padam. Mengatasi rintangan dan mengejar impian kita, bersama-sama.
Sulis: Sungguh, Ahmad, aku beruntung memiliki teman sepertimu. Terima kasih sudah selalu ada untukku. Aku berharap kita bisa terus menjalani perjalanan hidup ini bersama.
Ahmad: Sama-sama, Sulis. Kita adalah tim yang tak terpisahkan dalam menghadapi segala tantangan hidup. Mari kita terus berbagi harapan dan menjadi sumber kekuatan satu sama lain.
Sulis dan Ahmad melanjutkan perjalanan mereka di lorong rumah sakit sambil menggenggam tangan satu sama lain. Dalam setiap langkah mereka, harapan dan kekuatan semakin menguat. Mereka sadar bahwa dalam lembaran harapan, ada cerita indah yang menanti untuk ditulis.
Saat Sulis dan Ahmad melangkah keluar dari rumah sak Saat Sulis dan Ahmad melangkah keluar dari rumah sakit, matahari terik menyinari langit. Mereka menyusuri jalan menuju mobil yang mereka parkirkan di dekat rumah sakit. Sulis masih terlihat lelah setelah menjalani serangkaian tes dan perawatan medis. Ahmad memperhatikan keadaan Sulis dengan penuh perhatian.
"Bagaimana perasa anmu, Sulis?" tanya Ahmad sambil menggenggam erat tangan Sulis.
Sulis menghela nafas panjang, mencoba tersenyum untuk memberikan kepastian pada Ahmad. "Aku baik, Ahmad. Terima kasih sudah menemaniku selama di rumah sakit. Aku tahu ini bukanlah situasi yang mudah bagimu juga."
Ahmad mengangguk, matanya penuh dengan kasih sayang. "Tentu saja, Sulis. Kamu adalah segalanya bagiku. Aku pasti akan selalu ada untukmu, apapun yang terjadi."
Sulis merasa hangat dengan kata-kata Ahmad. Meski lelah dan khawatir, kehadiran Ahmad selalu mampu memberikan ketenangan dan kekuatan bagi dirinya. Mereka berjalan beriringan menuju mobil, langkah mereka pelan dan hati mereka penuh dengan harap.
Sesampainya di mobil, Ahmad membantu Sulis untuk masuk dan kemudian mengikatkan sabuk pengaman dengan hati-hati. Mereka duduk berdampingan, suasana dalam mobil pun terasa tenang. Sulis menatap keluar jendela, memperhatikan pemandangan di sekitarnya. Pandangan Sulis masih agak buram setelah melewati serangkaian tes dan perawatan medis yang melelahkan, tetapi ketenangan di dalam mobil mereka memberikannya rasa nyaman.
"Kamu ingin pergi ke mana, Sulis? Apa yang kamu inginkan sekarang?" tanya Ahmad dengan suara lembut, mencoba memperlambatkan kecepatan mobil agar perjalanan mereka lebih nyaman.
Sulis menarik nafas dalam-dalam, mencoba merangkai kalimat yang tepat. "Aku ingin pulang," ucapnya akhirnya. "Tapi sebelum itu, aku ingin mampir sebentar ke taman dekat rumah sakit. Aku ingin bersyukur dan merenung sejenak di sana."
Ahmad tersenyum. "Tentu, Sulis. Apapun yang kamu inginkan, aku akan mendukungmu. Kita bisa pergi ke taman sejenak sebelum pulang ke rumah."
Mereka melanjutkan perjalanan menuju taman. Sulis merasakan kebahagiaan berada di samping Ahmad, meskipun keadaannya belum sepenuhnya pulih. Setibanya di taman, mereka berjalan pelan dan memilih tempat yang teduh untuk duduk. Sulis menutup matanya sejenak, menikmati rasa damai yang dihadirkannya.
Ahmad duduk di sebelah Sulis dan memegang tangannya erat. Dia tahu bahwa Sulis masih harus melewati proses pemulihan yang tidak mudah, dan dia siap berada di sampingnya sepanjang perjalanan itu.
Matahari terus bersinar terang, memberikan harapan baru bagi Sulis dan Ahmad. Mereka menyadari bahwa perjalanan ini mungkin akan sulit, namun dengan dukungan dan cinta mereka satu sama lain, mereka yakin bahwa mereka bisa menghadapinya bersama.
Sulis dan Ahmad duduk di taman, sambil memand kulangkahkan orang-orang yang lewat. Mereka berdua sedang membicarakan rencana-rencana mereka untuk masa depan.
Ahmad: "Sulis, aku merasa kita harus membuat sebuah lembaran harapan untuk masa depan kita."
Sulis: "Apa yang kamu maksud dengan 'lembaran harapan'?"
Ahmad: "Lembaran harapan adalah sebuah daftar yang berisi impian-imp Lembaran harapan adalah sebuah daftar yang berisi impian-impian serta tujuan-tujuan yang ingin kita capai dalam hidup. Dengan membuat lembaran harapan, kita bisa lebih terfokus dan memiliki panduan dalam merencanakan langkah-langkah untuk mencapai impian dan tujuan tersebut.
Sulis: "Tapi bagaimana kita bisa membuat lembaran harapan yang baik?"
Ahmad: "Kita bisa mulai dengan mencatat semua impian dan tujuan yang ingin kita capai. Misalnya, impian untuk memiliki pekerjaan yang memuaskan, rumah yang nyaman, atau pun perjalanan impian yang ingin kita lakukan. Kemudian, kita juga bisa menuliskan langkah-langkah konkret yang harus dilakukan untuk mencapai masing-masing impian tersebut."
Sulis: "Sepertinya ide yang bagus. Dengan membuat lembaran harapan, kita bisa mengingat apa yang harus kita lakukan dan tetap bersemangat dalam mencapai impian kita."
Ahmad: "Benar, dengan melihat lembaran harapan itu, kita juga bisa terus memotivasi diri sendiri dan mengukur kemajuan yang telah kita capai. Lembaran harapan bisa menjadi pengingat dan reminder untuk kita terus bergerak maju."
Sulis: "Apa kamu punya contoh lembaran harapan yang bisa kita gunakan sebagai panduan?"
Ahmad: "Kita bisa mencari contoh-contoh lembaran harapan yang ada di internet atau buku-buku motivasi. Dan kita juga bisa menyesuaikannya dengan impian-impian dan tujuan pribadi kita. Masing-masing orang memiliki impian yang berbeda, jadi lembaran harapan kita harus sesuai dengan apa yang ingin kita capai."
Sulis: "Baik, mari kita mulai membuat lembaran harapan kita. Dengan melihat impian dan tujuan kita tertulis, kita bisa lebih fokus dan termotivasi untuk mencapainya."
Ahmad: "Sangat setuju, Sulis. Mari kita mulai menuliskannya sekarang juga."
Dengan semangat, Ahmad dan Sulis mulai menuliskan impian-impian dan tujuan mereka dalam sebuah lembaran harapan. Mereka yakin bahwa dengan adanya lembaran tersebut, mereka memiliki panduan yang kuat untuk merencanakan dan menjalani masa depan yang lebih baik.
Sulis dan Ahmad duduk di taman, melanjutkan perbincangan mereka tentang rencana-rencana mereka untuk masa depan. Mereka merasa semakin dekat dengan mencapai impian dan tujuan mereka setelah melalui perjalanan yang panjang.
Sulis dengan antusias menceritakan tentang permintaan beasiswa yang diajukannya untuk melanjutkan pendidikan di luar negeri. Dia menjelaskan tentang program studi yang ingin dia ikuti dan bagaim bagaimana dia yakin bahwa kesempatan tersebut akan membantunya mencapai impian karirnya. Lisna, teman dekatnya, mendengarkan dengan penuh perhatian dan memberikan dukungan penuh.
Lisna pun juga berbagi rencananya untuk masa depan. Dia bercerita tentang mimpi besarnya untuk menjadi seorang pengusaha sukses. Lisna telah merancang sebuah bisnis startup dan sedang mencari pendanaan untuk mengembangkan ide briliannya.
Sulis sangat terkesan dengan ambisi Lisna dan memberikan masukan yang berharga untuk membantu mewujudkan rencana tersebut. Mereka berdiskusi tentang strategi pemasaran, pengembangan produk, dan potensi pasar yang dapat diambil.
Keduanya saling memberikan inspirasi dan motivasi satu sama lain. Mereka berjanji untuk mendukung dan mengikuti perjalanan masing-masing dalam mencapai impian mereka.
Selama perbincangan mereka, Sulis dan Lisna merasa semakin dekat dengan mencapai impian dan tujuan mereka. Mereka telah melewati berbagai tantangan dan rintangan dalam perjalanan hidup mereka. Namun, mereka tidak pernah kehilangan harapan dan semangat untuk mencapai apa yang mereka inginkan.
Dalam kebersamaan mereka, Sulis dan Lisna belajar bahwa dengan kolaborasi, dukungan, dan tekad yang kuat, tidak ada impian yang tidak mungkin dicapai. Mereka sama-sama yakin bahwa dengan kerja keras dan ketekunan, mereka akan berhasil mewujudkan rencana mereka untuk masa depan yang gemilang.
Perbincangan mereka tentang rencana-rencana mereka untuk masa depan berakhir dengan semangat dan optimisme. Mereka berkomitmen untuk terus bekerja keras dan saling mendukung dalam meraih impian mereka.
Beberapa bulan kemudian, Sulis dan Lisna mendapatkan kabar bahwa mereka berhasil mendapatkan izin untuk membuka usaha katering kecil-kecilan. Mereka sangat senang dengan kabar tersebut dan langsung memulai perencanaan untuk memulai bisnis mereka.
Sulis dan Lisna menyiapkan menu-menu yang akan mereka tawarkan, menghitung biaya operasional, dan mencari tempat yang cocok untuk menjalankan usaha tersebut. Mereka juga mul membuat daftar potensial klien yang dapat mereka jangkau dalam area tersebut. Mereka mencari informasi tentang acara-acara lokal, konferensi, pesta, dan pernikahan yang mungkin membutuhkan jasa katering.
Sulis dan Lisna juga mulai mencari kebutuhan peralatan dan bahan baku yang diperlukan untuk memulai usaha katering mereka. Mereka menyusun daftar suplier terpercaya yang dapat menyediakan kebutuhan mereka dengan harga yang kompetitif.
Selain itu, Sulis dan Lisna juga merencanakan strategi pemasaran untuk mempromosikan usaha katering mereka. Mereka membuat brosur dan menyebarkannya di tempat-tempat strategis, membuat akun media sosial untuk memperluas jangkauan promosi mereka, dan bahkan menjalin kerjasama dengan perusahaan-perusahaan terkait di industri makanan dan minuman untuk saling mempromosikan.
Seperti dalam setiap bisnis, Sulis dan Lisna menyadari pentingnya menjaga kualitas makanan dan layanan mereka. Mereka melakukan uji coba resep, melakukan riset pasar untuk memahami preferensi dan kebutuhan klien potensial mereka, dan menjalani pelatihan pelayanan pelanggan untuk memberikan pengalaman yang baik kepada klien.
Dengan semangat dan kerja keras mereka, Sulis dan Lisna berhasil meluncurkan usaha katering kecil-kecilan mereka. Mereka mendapatkan klien pertama mereka dari acara keluarga dan teman-teman terdekat, dan mulai mendapatkan reputasi yang baik di komunitas lokal.
Seiring berjalannya waktu, usaha katering Sulis dan Lisna berkembang pesat. Mereka dapat melayani acara-acara besar seperti konferensi dan pernikahan, dan bahkan mulai menerima pemesanan untuk pengiriman makanan harian.
Kisah Sulis dan Lisna adalah contoh nyata bahwa dengan komitmen dan kerja keras, mimpi memiliki usaha sendiri dapat terwujud. Mereka membuktikan bahwa meski memulai dengan usaha kecil-kecilan, dengan pelayanan yang berkualitas dan inovasi, kesuksesan dapat diraih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 173 Episodes
Comments