Bab 7: sulis duduk sendirian di taman kota
Sulis duduk sendirian di taman kota, terdiam ketika tiba-tiba seorang lelaki berjalan mendekatinya. Sulis mengangkat matanya dan melihat bahwa lelaki itu adalah Ahmad, teman SMA-nya yang sudah lama tidak ia temui.
"Sulis? Apa kabar?" sapa Ahmad dengan senyum lebar.
"Ahmad? Sungguh tak terduga bertemu denganmu di sini," jawab Sulis, terkejut namun merasa senang bertemu dengannya.
"Sudah berapa lama kita tidak bertemu, Sulis," ucap Ahmad sambil mengulurkan tangannya untuk berjabat.
"Sudah hampir sepuluh tahun, Ahmad. Bagaimana kabarmu selama ini?" tanya Sulis sambil menerima jabatan tangan Ahmad.
Ahmad menghela nafas dan duduk di samping Sulis di bangku taman. "Banyak hal terjadi dalam hidupku, Sulis. Setelah lulus SMA, aku melanjutkan kuliah di luar kota dan kemudian bekerja di perusahaan besar sebagai manajer. Tapi ternyata, semua itu tidak membuatku bahagia. Aku merasa ada yang kurang dalam hidupku."
Sulis mendengarkan dengan penuh perhatian. Wajah Ahmad terlihat serius dan tidak seperti dulu saat masih sekolah. Ia merasa ada rasa kekosongan dalam hati temannya itu.
"Aku benar-benar kehilangan arah, Sulis. Aku merasa seperti berjalan dalam kegelapan, tanpa tujuan yang jelas. Lalu aku mendengar kabar bahwa kau menerbitkan novel yang sukses. Itu membuatku sadar bahwa mungkin aku juga butuh menemukan passionku sendiri."
Sulis tersenyum lembut. "Ahmad, saat ini aku juga sedang menghadapi fase berat dalam hidupku. Menjadi penulis bukanlah hal yang mudah, tetapi aku menemukan kebahagiaan di dalamnya. Aku percaya bahwa kamu juga akan menemukan passionmu, asalkan kamu memberikan waktu dan usaha untuk mengejar apa yang kamu cintai."
Ahmad mengangguk, ekspresinya terlihat haru. "Terima kasih, Sulis. Aku senang kita bertemu lagi. Kau selalu memberiku harapan dan inspirasi."
Sulis tersenyum bahagia. "Kita akan saling mendukung, Ahmad. Kita akan berjuang bersama-sama untuk mewujudkan impian kita."
Keduanya duduk di taman, berbicara tentang perjalanan hidup masing-masing
dan memberikan semangat satu sama lain. Mereka menyadari bahwa tak ada kata terlambat untuk mengejar impian dan menemukan kebahagiaan.
Novel Lembaran Harapan mengajar kita bahwa kadang-kadang kehidupan mempertemukan orang-orang yang saling membutuhkan dan saling menginspirasi di saat-saat yang paling tidak terduga. Sulis dan Ahmad adalah contoh nyata bahwa dengan menghadapi tantangan hidup dan tidak pernah menyerah, kita semua bisa menemukan arti sejati dari hidup dan mencapai apa yang kita impikan.
Keesokan harinya, Sulis dan Ahmad memut Keesokan harinya, Sulis dan Ahmad memutuskan untuk bertemu di sebuah kafe yang terkenal di kota mereka. Mereka duduk di meja yang nyaman sambil memesan minuman kesukaan masing-masing.
Sulis mengambil nafas dalam-dalam sebelum memulai percakapan, "Ahmad, aku sangat ingin berbicara denganmu tentang sesuatu yang telah mengganggu pikiranku akhir-akhir ini," kata Sulis dengan wajah yang penuh kekhawatiran.
Ahmad yang melihat ekspresi Sulis yang gelisah, meletakkan tangan di atas tangan Sulis dengan penuh kelembutan, "Tentu, Sulis. Aku selalu siap mendengarkanmu. Apa yang terjadi?"
Sulis menatap Ahmad dengan pandangan penuh harap, "Ada orang yang telah melukai perasaanku, Ahmad. Orang itu adalah teman dekat kita, Rani. Aku merasa dia dengan sengaja berusaha mengacaukan hubunganku dengan Rian, kekasihku. Aku tidak tahu harus berbuat apa."
Ahmad mengangguk, memahami kekhawatiran Sulis. "Sulit rasanya ketika seseorang yang kita percaya sebagai teman berperilaku seperti itu. Namun, penting bagi kita untuk menghadapinya dengan pengertian dan kebijaksanaan. Kita tidak bisa mengendalikan tindakan orang lain, namun kita bisa mengendalikan cara kita meresponnya."
Sulis mengangguk pelan, tetap memegang tangan Ahmad dengan erat. "Tapi bagaimana jika Rian percaya pada komentar negatif yang Rani sampaikan tentangku? Aku takut hubungan kami akan hancur hanya karena fitnah dan cemburuan Rani."
Ahmad tersenyum lembut, "Percayalah pada cintamu, Sulis. Jika Rian benar-benar mencintaimu, dia akan melihat kebaikanmu dan tahu bahwa komentar Rani tidak benar. Berbicaralah dengan Rian secara jujur dan terbuka tentang apa yang terjadi. Bisakah kita menyampaikan pesan positif dan memberikan contoh pengertian yang baik pada Rian? Siapa tahu, dia mungkin akan melihat siapa yang sebenarnya ingin membuatnya bahagia."
Sulis menghela napas lega, merasakan keberanian yang timbul dari dalam hatinya. "Terima kasih, Ahmad. Aku tahu apa yang harus kulakukan sekarang. Aku akan berbicara dengan Rian dan berusaha untuk memperbaiki situasi ini."
Ahmad tersenyum bangga pada Sulis, "Itu dia. Aku yakin kalian bisa menghadapi masalah ini. Ingatlah, Sulis, cinta yang kuat dan hubungan yang solid akan selalu berdiri teguh di hadapan cobaan dan gosip. Percayakan pada perasaanmu dan kalian akan melewati ini bersama."
Dengan hati yang lebih ringan, Sulis dan Ahmad melanjutkan obrolan mereka sambil menikmati minuman kesukaan mereka. Mereka tahu bahwa persahabatan dan dukungan satu sama lain akan terus menguatkan mereka dalam menghadapi hal-hal yang sulit dalam kehidupan ini
Beberapa minggu berlalu sejak pertemuan Sulis dan Ahmad di kafe. Keduanya telah saling bertukar nomor telepon dan berkomunikasi secara teratur sejak pertemuan itu. Sulis merasa semakin tertarik pada Ahmad setiap harinya. Mereka sering bercerita tentang hobi, cita-cita, dan pengalaman hidup mereka.
Pertemuan mereka di kafe itu menjadi momen berharga bagi keduanya. Mereka berbag kisah hidup mereka, mengungkapkan kegembiraan serta perjuangan yang mereka hadapi dalam mencapai impian dan tujuan hidup mereka.
Setiap kali bertemu, mereka juga saling mendukung dan mendorong satu sama lain untuk terus berjuang mengatasi rintangan dan mencapai impian mereka. Ahmad memberikan motivasi kepada Sulis ketika ia merasa down dan Sulis memberikan semangat kepada Ahmad ketika ia mengalami kegagalan. Mereka saling menjadi tempat curhat dan memahami satu sama lain dengan baik.
Tidak hanya itu, Sulis dan Ahmad juga menemukan kesenangan dalam kegiatan bersama. Mereka sering pergi ke konser musik, nonton film, atau melakukan aktivitas lain yang mereka sukai bersama-sama. Momen-momen seperti ini membuat ikatan mereka semakin kuat dan hubungan mereka semakin dekat.
Namun, meski terdapat rasa tertarik dan kecocokan di antara mereka, Sulis dan Ahmad belum secara terbuka membahas tentang perasaan mereka. Mereka memilih untuk saling menjaga dan melihat perkembangan hubungan mereka secara perlahan. Keduanya masih menikmati kebersamaan mereka tanpa harus memaksa hal-hal yang belum siap untuk diungkapkan.
Kisah Sulis dan Ahmad di kafe ini masih terus berlanjut. Keduanya menjalani hari demi hari dengan harapan bahwa hubungan mereka akan semakin erat dan berakhir dengan kebahagiaan yang abadi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 173 Episodes
Comments