Sangat yakin

"Kebetulan darah Aku sama dengan darah putraku, jadi ambillah darah Aku dok." ucap Mommy Davina.

"Maaf anak Nyonya dan Tuan membutuhkan darah yang lumayan banyak. Kami kuatir nanti Nyonya pingsan karena darahnya akan di ambil." ucap dokter tersebut menjelaskan.

"Aku tidak perduli dok, walau Aku mati karena kehabisan darah asalkan anak Aku selamat." ucap Mommy Davina tanpa ragu.

"Mommy, darah kami juga sama dengan kakak lebih baik darah kami saja mom." ucap ke dua anak kembarnya.

"Paman tidak setuju, lebih baik Paman akan hubungi anak buah Paman siapa tahu darahnya sama." Ucap Paman David sambil menatap ke dua ponakannya kemudian mengambil ponselnya untuk menghubungi orang kepercayaannya.

grep

"Apa yang dikatakan Paman David benar apalagi kalian masih kecil nanti kalau sudah besar baru bisa menyumbangkan darah." ucap Mommy Davina sambil berlutut untuk memeluk ke dua anak kembarnya.

Ucapan Mommy Davina membuat Daddy Aberto terharu terlebih ke dua adiknya yang sangat akur dengan Mommy Davina dan kakaknya yang bernama Dave. Kebahagiaan Daddy Aberto melihat Mommy Davina dan ke dua anak kembarnya yang saling perduli satu sama lain.

"Baik kalau begitu silahkan ikuti perawat kami untuk di ambil darahnya." ucap dokter tersebut sambil membalikkan badannya dan kembali masuk ke dalam ruang UGD.

"Kak David titip ke dua anakku." pinta Mommy Davina.

"Ok." Jawab Paman David singkat.

"Hendrik jaga ke dua anakku." ucap Daddy Aberto.

"Baik tuan." Jawab Hendrik sambil memandangi ke dua anak kembar yang sangat mirip dengan tuannya hanya saja tuannya versi dewasa sedangkan ke dua anak kembar versi kecil.

Perawat itupun berjalan ke arah ruangan khusus untuk mengambil darah dengan diikuti Mommy Davina dan Daddy Aberto.

'Memangnya darah anak kita apa?' bisik Daddy Aberto penasaran tepat di telinga Mommy Davina kemudian meniupnya.

Cup

Hal itu membuat bulu kuduk Mommy Davina berdiri dan ketika Daddy Aberto meniup telinganya membuat Mommy Davina memalingkan wajahnya dan tanpa sengaja Daddy Aberto mencium pipi Mommy Davina.

Mommy Davina sangat terkejut kemudian menatap tajam ke arah Daddy Aberto sedangkan Daddy Aberto hanya tersenyum karena betapa menggemaskan Mommy Davina ketika marah dan wajahnya bersemu merah secara bersamaan.

"Golongan darahnya golden blood atau darah emas." Jawab Mommy Davina sambil memalingkan wajahnya agar tidak menatap Daddy Aberto.

xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

Bukan darahnya yang berwarna emas, dalam istilah medis golongan darah ini disebut Rh-null karena tak adanya rhesus antigen pada sel darah merah.

xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

"Kalau begitu pakai darahku saja kebetulan darahnya sama denganku." ucap Daddy Aberto.

"Tapi..." ucapan Mommy Davina terpotong oleh Daddy Aberto.

"Tidak terima penolakan." ucap Daddy Aberto.

"Baiklah, tapi karena butuh darah banyak kantong ke dua pakai darahku saja." usul Mommy Davina.

"Memangnya kenapa?" tanya Daddy Aberto sambil memandangi wajah cantik yang selama ini dirindukannya.

"Karena aku tidak ingin tuan..." ucap Mommy Davina menggantungkan kalimatnya karena tidak tahu namanya.

"Panggil saja Aberto." ucap Daddy Aberto.

"Bagaimana kalau kak Aberto? Karena tidak sopan kalau hanya memanggil nama." Ucap Mommy Davina menjelaskan.

"Terserah, panggil honey juga tidak apa-apa." ucap Daddy Aberto sambil masuk ke dalam ruangan dan diikuti oleh Mommy Davina.

Mommy Davina mengalihkan pandangannya ke arah Daddy Aberto sambil menatap tajam sedangkan Daddy Aberto hanya tersenyum karena Daddy Aberto sangat menyukai Mommy Davina marah karena sangat menggemaskan.

cup

Daddy Aberto kembali mengecup bibir Mommy Davina yang enam tahun yang lalu menjadi candunya membuat Mommy Davina menatapnya dengan tatapan horor tapi Daddy Aberto tidak takut sama sekali malah tersenyum puas sambil berbaring di ranjang untuk di ambil darahnya.

Mommy Davina ingin memaki pria itu karena telah berani mencuri ciumannya tapi mengingat ada perawat membuat Mommy Davina mengurungkan niatnya.

"Suster, setelah kantong darah sudah penuh langsung berhenti ya sus karena kantong ke dua biar darah Aku saja." ucap Mommy Davina menjelaskan.

"Baik nyonya." Jawab suster tersebut dengan sopan.

Setelah agak lama kantong darah itupun terisi penuh dan kini gantian Mommy Davina. Mommy Davina hanya memejamkan matanya dengan kuat karena sejujurnya dirinya sangat takut dengan jarum suntik dan tanpa sadar menggenggam tangan Daddy Aberto.

Daddy Aberto sangat terkejut ketika Mommy Davina menggenggam tangannya sekaligus sangat senang membuat Daddy Aberto membalas menggenggam tangannya.

'Biasanya Aku akan marah jika tubuhku di sentuh orang tapi ketika wanita ini menggenggam tanganku, Aku tidak bisa marah sedikitpun.' ucap Daddy Aberto dalam hati.

"Maaf nyonya jangan tegang nanti jarum suntiknya bisa patah." ucap suster tersebut menjelaskan.

"Maaf suster, jujur Aku sangat takut jarum suntik." ucap Mommy Davina yang masih memejamkan matanya.

"Pffftttt hahahaha.." tawa Daddy Aberto pecah mendengar ucapan Mommy Davina untuk pertama kalinya karena selama ini dirinya tidak pernah tertawa.

Mommy Davina yang ditertawakan oleh Daddy Aberto langsung membuka matanya dan menatap tajam ke arah Daddy Aberto dengan tatapan sangat kesal.

"Auch.." rintih Mommy Davina ketika jarum suntik menusuk ke tangannya membuat Mommy Davina menutup matanya kembali sambil menggenggam erat tangan Daddy Aberto.

Hal itu membuat Daddy Aberto meringis kesakitan sekaligus menahan tawa karena melihat Mommy Davina sangat menggemaskan. Tidak berapa lama akhirnya selesai sudah acara sedot menyedot darahnya. Bersamaan Mommy Davina menghembuskan nafasnya dengan lega membuat Daddy Aberto menahan kembali tawanya yang terasa ingin pecah sungguh menggemaskan melihatnya.

Perawat itupun keluar dari ruangan itu sambil membawa dua kantong darah bersamaan kedatangan seorang perawat sambil membawa Snack dan susu agar Daddy Aberto dan Mommy Davina pulih kembali.

"Taruh di sini saja sus." Ucap Mommy Davina sambil menunjuk meja dekat ranjang Mommy Davina dan Daddy Aberto.

"Baik." Jawab suster tersebut sambil meletakkan nampan tersebut kemudian meninggalkan mereka berdua.

"Kenapa hanya satu?" tanya Mommy Davina sebelum perawat tersebut pergi.

"Bukannya nyonya saja yang mendonorkan darahnya?" tanya suster tersebut sambil menghentikan langkahnya kemudian membalikkan badannya menatap ke arah mereka berdua.

"Bu..." ucapan Mommy Davina terpotong oleh Daddy Aberto.

"Tidak apa-apa sus, satu saja." ucap Daddy Aberto.

"Baiklah." Jawab perawat itu dengan singkat sambil membalikkan badannya dan menggenggam gagang pintu yang tadi digenggamnya.

Suster tersebut meninggalkan mereka berdua membuat ke dua jantung mereka berdetak kencang.

"Susu dan snack hanya satu, kak Paul Aberto yang makan saja kebetulan Aku masih kenyang." ucap Mommy Davina berbohong.

Dirinya terpaksa berbohong dan mengalah karena tidak tega jika Daddy Aberto pingsan karena darahnya banyak yang di ambil.

"Tidak, kamu saja yang makan dan minum susunya, kebetulan Aku juga sudah makan." ucap Daddy Aberto yang juga berbohong karena dirinya tidak tega jika Mommy Davina pingsan karena hanis mendonorkan darahnya.

"Kak Aberto kan habis mendonorkan darah." ucap Mommy Davina beralasan.

"Kamu juga habis mendonorkan darahnya." ucap Daddy Aberto yang tidak mau kalah.

"Hmmm... begini saja kita makan bersama." ucap Mommy Davina akhirnya sambil mengambil roti kemudian membuka bungkus plastiknya lalu di belah menjadi dua bagian hanya saja yang satu kecil dan yang satunya agak besar.

Daddy Aberto yang mengerti maksud Mommy Davina langsung mengambil roti yang ukuran kecil.

"Kenapa ambil yang kecil?" Tanya Mommy Davina dengan nada protes.

"Bukannya kamu membagi dua roti dan roti yang kecil ini buatku?" tanya Daddy Aberto sambil memasukkan roti tersebut ke dalam mulutnya.

"Tidak, kak Aberto yang besar dan aku yang kecil." ucap Mommy Davina sambil memotong lagi roti tersebut dan sekarang ukuran potongan nya hampir sama.

"Buatmu saja sayang." ucap Daddy Aberto merubah panggilannya.

"Sayang?" Tanya Mommy Davina mengulangi perkataan Daddy Aberto.

"Ya Sayang, kalau hanya kita berdua aku memanggilmu dengan sebutan sayang dan kamu memanggilku honey tapi di depan anak kita kamu memanggilku daddy dan aku memanggilmu mommy." ucap Daddy Aberto menjelaskan.

"Kenapa kak Aberto yakin kalau ke tiga anak kembar itu adalah anak kak Aberto?" tanya Mommy Davina dengan wajah bingung sambil memberikan potongan roti ke Daddy Aberto.

"Sangat yakin kalau ke tiga anak kembar adalah anak kita " Jawab Daddy Aberto sambil menerima roti tersebut kemudian memakannya begitu pula dengan Mommy Davina ikut memakan roti.

Tanpa sadar Mommy Davina yang merasa haus langsung meminum susu tersebut hingga tersisa setengah gelas. Baru saja hendak diletakkan ke meja, Daddy Aberto menahan tangan Mommy Davina kemudian di arahkan ke mulut Daddy Aberto dan meminumnya hingga tanpa sisa.

"Eh... itukan bekas mulutku? apakah kak Aberto tidak jijik?" tanya Mommy Davina dengan wajah terkejut.

Terpopuler

Comments

syh 03

syh 03

🤭🤭🤭

2023-11-26

0

lihat semua
Episodes
1 Awal Mula
2 Biarkan Davina Berlutut
3 Apa rencana Daddy selanjutnya?
4 Membekukan semua aset milik Mereka
5 Dua Bulan Kemudian
6 Enam Tahun Kemudian
7 Memperdalam ilmu IT dan sekaligus liburan
8 Mau ke Mall Paman
9 Kan Sehati
10 Mau kemana kamu?
11 Tidak bisa di retas Dad
12 Davina dan anak - anakku
13 Kak David
14 Anak Dari Keluarga Dave
15 Sangat yakin
16 Ibu Dari Ke Tiga Anakku
17 David ingin tidur dipeluk Daddy
18 Daddy kapan pulang?
19 Alex kangen sama Daddy
20 Menjadi Bagian Dari Keluarga Kalian.
21 Bertemu Dengan ke tiga cucunya
22 Davina
23 Satu Syarat
24 Dua Syarat
25 Syarat
26 Sangat Berarti
27 Memulai Dari Awal
28 Menginap Di Mansion Daddy
29 Jomblo
30 Tapi ........
31 Tatapan tajam dan kebencian.
32 Pesta Pernikahan Mommy Davina dan Daddy Aberto
33 Kemarahan Keluarga Mommy Davina
34 Kemarahan Tiga Anak Kembar
35 Daven Siapa Ya?
36 Paman David dan Paman Hendrik
37 Tabungan Kami
38 Kalian kenapa ikut paman Hendrik?
39 Mungkin Ponakan
40 Laptop
41 Meeting
42 Milik Paman Hendrik
43 Amarah Daddy Aberto, Paman David dan Paman Edward
44 Pistol
45 Markas Kantor Polisi
46 Aksi David
47 Rekaman CCTV
48 Perang - Perangan
49 Mengumpat
50 Lima Tahun Lagi
51 Apa yang harus Aku jawab?
52 Liburan Sekeluarga
53 Aku Mohon
54 Sangat Panik
55 Masalah Besar
56 Tolong Selamatkan
57 Mengusik
58 Valentina Microwife
59 Hendrik, kamu lupa ya?
60 Kematian Valentina Microwife
61 Ada yang bisa Aku bantu?
62 Maria dan Hendrik
63 Aku tidak mau ngerepotin dirimu.
64 Kakak Tidak Minta
65 Usir
66 Mimpi Hendrik
67 Violet
68 Violet 2
69 Ada Apa
70 Bangkrut
71 Tatapan Kebencian
72 Menabrak
73 Lari
74 Ada Apa Darling
75 Mommy
76 Mommy Davina Sadar
77 Suara siapa itu Hen?
78 Sudah ketemu
79 Tante Violet dan Paman Vincent
80 Curiga
81 Apakah orangnya sama?
82 Wanita itu bukan Violet
83 Siapa Pria Itu?
84 Acara Lamarannya Batal
85 Apartemen Hendrik
86 Nyonya Kelly
87 Menjodohkan
88 Tuan Albert
89 Tuan Albert dan Nyonya Albert
90 Hendrik dan Maria Bertunangan
91 Tapi Apa Tuan Muda
92 Pernikahan Hendrik dan Maria
93 Hadiah
94 Daddy Aberto Tertembak
95 Aberto dan Abertosa
96 Dua Pasang Mata
97 Siapa Pria Itu?
98 Maria Coba Sentuh Tangan Suamiku
99 Tamat
Episodes

Updated 99 Episodes

1
Awal Mula
2
Biarkan Davina Berlutut
3
Apa rencana Daddy selanjutnya?
4
Membekukan semua aset milik Mereka
5
Dua Bulan Kemudian
6
Enam Tahun Kemudian
7
Memperdalam ilmu IT dan sekaligus liburan
8
Mau ke Mall Paman
9
Kan Sehati
10
Mau kemana kamu?
11
Tidak bisa di retas Dad
12
Davina dan anak - anakku
13
Kak David
14
Anak Dari Keluarga Dave
15
Sangat yakin
16
Ibu Dari Ke Tiga Anakku
17
David ingin tidur dipeluk Daddy
18
Daddy kapan pulang?
19
Alex kangen sama Daddy
20
Menjadi Bagian Dari Keluarga Kalian.
21
Bertemu Dengan ke tiga cucunya
22
Davina
23
Satu Syarat
24
Dua Syarat
25
Syarat
26
Sangat Berarti
27
Memulai Dari Awal
28
Menginap Di Mansion Daddy
29
Jomblo
30
Tapi ........
31
Tatapan tajam dan kebencian.
32
Pesta Pernikahan Mommy Davina dan Daddy Aberto
33
Kemarahan Keluarga Mommy Davina
34
Kemarahan Tiga Anak Kembar
35
Daven Siapa Ya?
36
Paman David dan Paman Hendrik
37
Tabungan Kami
38
Kalian kenapa ikut paman Hendrik?
39
Mungkin Ponakan
40
Laptop
41
Meeting
42
Milik Paman Hendrik
43
Amarah Daddy Aberto, Paman David dan Paman Edward
44
Pistol
45
Markas Kantor Polisi
46
Aksi David
47
Rekaman CCTV
48
Perang - Perangan
49
Mengumpat
50
Lima Tahun Lagi
51
Apa yang harus Aku jawab?
52
Liburan Sekeluarga
53
Aku Mohon
54
Sangat Panik
55
Masalah Besar
56
Tolong Selamatkan
57
Mengusik
58
Valentina Microwife
59
Hendrik, kamu lupa ya?
60
Kematian Valentina Microwife
61
Ada yang bisa Aku bantu?
62
Maria dan Hendrik
63
Aku tidak mau ngerepotin dirimu.
64
Kakak Tidak Minta
65
Usir
66
Mimpi Hendrik
67
Violet
68
Violet 2
69
Ada Apa
70
Bangkrut
71
Tatapan Kebencian
72
Menabrak
73
Lari
74
Ada Apa Darling
75
Mommy
76
Mommy Davina Sadar
77
Suara siapa itu Hen?
78
Sudah ketemu
79
Tante Violet dan Paman Vincent
80
Curiga
81
Apakah orangnya sama?
82
Wanita itu bukan Violet
83
Siapa Pria Itu?
84
Acara Lamarannya Batal
85
Apartemen Hendrik
86
Nyonya Kelly
87
Menjodohkan
88
Tuan Albert
89
Tuan Albert dan Nyonya Albert
90
Hendrik dan Maria Bertunangan
91
Tapi Apa Tuan Muda
92
Pernikahan Hendrik dan Maria
93
Hadiah
94
Daddy Aberto Tertembak
95
Aberto dan Abertosa
96
Dua Pasang Mata
97
Siapa Pria Itu?
98
Maria Coba Sentuh Tangan Suamiku
99
Tamat

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!