Tidak berapa lama setelah kepergian sang dokter, Kamelia mengerjapkan matanya sedikit demi sedikit. Pandangannya sedikit mengabur. Dia mengedipkan kembali matanya berulang kali sehingga baru merasa tersadar dan langsung bangkit untuk duduk di atas tempat tidurnya itu.
Kamelia terperanjat karena begitu terkejut melihat mama, papa dan kakaknya serta seorang lelaki paruh baya yang asing di rumahnya sudah berada di dalam kamarnya. Dia menatap bingung ke semua orang disana.
Terlihat mama, papa dan kakaknya menatap wajahnya dengan tatapan garang penuh amarah dan kemurkaan.
"Mama.... Papa... Abung..." Panggilnya lirih. Kamelia benar-benar tidak mengerti arti tatapan orang-orang terdekatnya itu.
"Dek..." Panggil Ramdani sedikit melunak.
Kamelia menatap bingung ke arah Ramdani dengan penuh tanda tanya.
"Kamu adek kakak yang baik, kan? Yang bisa membedakan mana yang salah dan mana yang benar?" Tanyanya dengan lembut seraya mendekat ke arah adik kesayangannya itu.
Kamelia semakin terlihat bingung oleh kata-kata kakaknya.
"Tidak usah dibaik-baiki anak yang tidak tau diri ini..." Teriak Agung seraya bangkit dari duduknya dan memasang muka penuh amarah kepada Kamelia.
Sontak Kamelia terkejut dan tidak percaya dengan pendengaran dan penglihatannya saat itu. Bagaimana tidak? Papanya itu tidak pernah berkata kasar setahunya, apalagi kepada dirinya. Tapi kali ini papanya benar-benar terlihat marah dan murka. Kamelia menoleh ke arah mamanya yang terisak-isak di tepi tempat tidurnya. Mamanya seperti tidak mau menatap wajahnya.
"Ma..." Panggil Kamelia lirih.
Maya tidak menyahuti panggilan Kamelia dan segera berlalu ke pintu kamar meninggalkan ruangan peristirahatan putrinya itu.
"Abung? Ada apa? Mama kenapa, Bung? Sebenarnya apa yang terjadi, Abung?" Tanya Kamelia semakin bingung dan menatap kakaknya penuh permohonan.
"Tidak usah berlagak tidak tau... Sekarang katakan, siapa ayah dari anak yang ada dalam kandunganmu itu." tanya Agung menarik lengan Kamelia dengan kasar dan menaikkan volume suaranya.
"A-anak??? Anak apa maksud, papa? Kamel tidak mengerti, Pa..." Kamelia begitu syok mendengar pertanyaan papanya.
Ramdani semakin tidak mampu melihat ke arah adik semata wayangnya itu. Kamelianya yang selalu dia percaya, dia manja dan dia sayangi.
Ramdani beranjak pergi meninggalkan Kamelia yang sedang diinterogasi oleh papanya seperti seorang tersangka. Dia juga tidak sanggup melihat Kamelianya dimarahi oleh papanya di depan mata kepalanya sendiri.
Dulu saja dia selalu membela Kamelia bahkan mengakui kesalahan yang diperbuat Kamelia sebagai kesalahannya untuk melindungi adiknya itu, meskipun begitu Kamelia tidak pernah selalu ingin berbuat salah karena dia juga tidak ingin menyusahkan kakaknya. Tapi untuk kali ini Ramdani tidak mampu melakukannya.
"Kakaaak..." Panggil Kamelia setengah berteriak memanggil kakaknya yang perlahan menghilang di balik pintu kamarnya.
"Katakan siapa lelakinya itu atau gugurkan kandunganmu..." Hardik Agung putus asa dan segera pergi meninggalkan Kamelia yang semakin terisak oleh kata-katanya.
"Oh Tuhan.... Apa benar Kamel saat ini sedang hamil?" Gumamnya terisak-isak sambil memangku kedua lututnya dan menatap langit-langit kamarnya itu.
Idris yang masih tetap berada disana menatap Kamelia dengan perasaan iba.
Idris mendekat ke arah Kamelia yang semakin terisak dan membelai lembut kepala Kamelia.
"Om sebenarnya siapa? Kenapa Om bisa ada disini?" Tanya Kamelia sedikit takut.
"Maafkan om, Kamelia... Nama om Idris, nak. Om sahabat lama papa kamu." Jawab Idris penuh rasa iba.
"Apa benar Kamel hamil, om?" Tanya Kamelia menatap Idris dengan tatapan sendu.
"Iya, nak... " Sahut Idris membuang pandangannya ke sembarang arah.
"Ahhhhkk..." Kamelia menghentakkan punggungnya ke sandaran tempat tidurnya dengan syok.
Sesaat kemudian, dia meraih kedua tangan Idris.
"Om... Kamelia minta tolong sama, om... Kamel mohon, om bujuk papa Kamel... Kamelia tidak akan mungkin menggugurkan kandungan Kamel, om... Janin dalam rahim Kamel tidak bersalah, om... Dia juga berhak hidup." Isaknya seakan percaya dengan lelaki paruh baya yang mengaku sahabat lama papanya itu.
Entah berapa lama mereka masih sibuk berbincang disana menceritakan sesuatu.
Terlihat Kamel menanggapi ucapan Idris dengan permohonan dan terkadang menggelengkan kepalanya sambil terisak.
"Tidak om... Jangan... Jangan om libatkan putra om dalam urusan Kamel... Hanya om yang boleh tau derita Kamel." Elak Kamelia.
"Om tetap akan memaksa putra om untuk menikahimu hingga kamu melahirkan nanti. Agar papa kamu tidak memintamu untuk menggugurkan kandunganmu ini, nak..." Paksa Idris.
Kamelia berpikir sejenak.
"Baiklah, om... Tapi om janji tidak akan memberitahukan yang sebenarnya kepada siapapun termasuk anak om, kan? Kamel hanya tidak ingin anak om jadi kasihan sama Kamel." pintanya lirih dan menuruti kata Idris.
"Iya... Om janji... Kamu harus jaga kesehatan, nak... Kamu gadis yang baik... Om tau itu. Anak om butuh orang seperti kamu. Kamu harus sabar ya apabila nanti hidup bersama putra om.
Saat ini dia punya kekasih yang hanya mengharapkan hartanya saja. Tapi dia tidak pernah mendengarkan kata-kata om.
Om yakin, kamu bisa merubahnya perlahan-lahan." tutur Idris berharap.
Kamelia mengangguk.
"Baiklah... secepatnya om akan datang melamarkanmu untuk anak om. Sekarang om pergi dulu." Pamit Idris seraya bangkit dari tempat duduknya dan disahuti anggukan kepala Kamelia.
.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Djie Ria
pusing aku bacax
2024-04-05
0
Edoh Humaeroh
kalo ada pemerkosaan. apalagi ada polisi. harusnya ortunya tau dong
2021-11-05
0
Taty AB
hmmm yg perkosa bukan anakx om Idris ,,semoga saja
2021-06-26
1