Suatu hari Idris Arayan berkunjung ke rumah sahabat lamanya, Agung.
Ya, dia orang yang sama. Agung Effendi, ayahnya Kamelia dan Ramdani.
"Om Idris...?" Seru Ramdani ketika mendapati sahabat papanya itu sudah berdiri di depan pintu rumah utama yang baru saja dibukanya karena mendengar ketukan dari luar.
"Iya, Adan... Ini om Idris, masa baru dua hari yang lalu bertemu kamu sudah lupa?" Sahut Idris seolah tidak terima dilupakan oleh putra sahabatnya itu dengan begitu saja.
"Maaf, Om... Adan cuma memastikan saja." Ujar Adan nyengir sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. " Ayo masuk, om... Papa kebetulan stay di rumah hari ini." Ujarnya lagi mempersilakan sahabat papanya untuk masuk k erumahnya yang terkesan mewah di desa itu.
Idris masuk dan disusul Ramdani setelah menutup kembali pintunya. Kemudian menunjukkan arah ruang keluarga tempat papa dan mamanya sedang berbicara.
"Idriiis...." Seru Agung seraya berdiri dari duduknya untuk menyambut kedatangan sahabat lamanya itu. Maya segera bangkit untuk meminta ART rumah itu membuatkan minuman.
"Ada apa kamu datang kesini?" Tanyanya lagi sambil memaksakan bibirnya untuk tersenyum.
"Kenapa memangnya?? Apa saya tidak boleh berkunjung ke rumahmu ini?" Tanya Idris sedikit merengut.
"Bukan begitu, Id... Untung saja saya ada di rumah, kan? Apalagi kamu juga tidak mengabariku terlebih dahulu." Ujar Agung merasa tidak enak. "Duduklah..." pintanya lagi.
"Benar juga ya... Untung saja kamu ada di rumah. Jadi saya bisa mampir setelah melihat- lihat hasil panen disini." Ujar Idris seraya duduk dan diikuti Ramdani.
"Kamu sendirian saja?" Tanya Agung heran.
"Iya, dengan siapa lagi?" Tanya Idris ketus.
"Bukankah kamu punya anak laki-laki ya kala itu?" Tanya Agung lagi mengingat-ingat.
"Heee... Apa yang bisa saya andalkan dari Kemil? Masa mudanya masih belum berakhir untuk bermain-main." Jawab Idris setelah mereguk minuman yang baru saja datang.
Agung hanya tersenyum kecut mendengar jawaban sahabatnya itu.
"Tapi saya lihat-lihat kamu seperti ada masalah... Apa aku datang di waktu yang tidak tepat?" Tanya Idris seolah merasa bersalah.
"Tidak ada masalah, Id... Hanya saja putri kami sedikit aneh sejak kepulangannya dari kota kurang dari sebulan lalu." Sahut Agung kembali murung.
"Putrimu yang bernama Kamelia itu?" Tanya Idris sedikit ragu.
"Iya.." Jawab Agung kembali.
"Sudah lama sekali saya tidak bertemu dengannya. Terakhir kalau tidak salah ketika dia masih SD ya...?" Tutur Idris mengingat-ingat.
"Kamelia biasanya selalu ceria. Setiap pulang dari kota, dia akan nerengek kepada Adan untuk ditemani berkeliling meski hanya sekadar menyapa penduduk. Tapi kepulangannya kali ini untuk menetap kembali dan mengabdi di desa ini sungguh berbeda. Dia begitu pendiam dan murung. Padahal dia sudah merancang apa saja kegiatan yang akan dilakukannya dengan semangat sebelum kepulanganya kala itu." Timpal Ramdani bingung.
"Cobalah bicara dengannya hati ke hati." Saran Idris yang ikut prihatin mendengar cerita tentang putri sahabatnya itu.
Mereka sesaat tertegun.
"Bagaimana kalau kamu saja yang bicara pada Kamel, Dan?" Usul papanya.
"Iya, nak... Mama yakin kamu pasti bisa membuat Kamel membicarakan permasalahannya kepadamu." Timpal Maya meyakinkan Ramdani.
"Baiklah Ma... La... Adan akan bicara dengan Kamel." Sahut Ramdani seraya berdiri. "Adan permisi, Om..." Pamitnya pada Idris dan disahuti anggukan kepala sahabat papanya itu.
Sepeninggal Ramdani ke kamar adiknya, mereka melanjutkan pembicaraan mereka kembali.
"Karena anak-anak kita sudah dewasa, bagaimana kita jodohkan saja mereka, Gung?" Tutur Idris tiba-tiba.
"Kamel mungkin dia mau saja... Saya tau betul dirinya. Dia itu belum punya pacar. Tapi bagaimana dengan putramu?" Sahut Agung dengan bertanya kembali.
"Entah jugalah... Tapi kali ini saya akan memaksanya... Saya yakin, putrimu pasti mampu membuat putraku berubah. Bagaimanapun saya juga menginginkan Kemil, putra saya menjadi anak yang bisa diandalkan seperti putramu Ramdani." ungkap Idris seolah mengenang kepribadian putranya.
.
.
.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
itin
bukankah urusannya sampai ketangan polisi? mmg tdk ada pemanggilan ya?
2021-09-02
1
Masiah Firman
mungkin yang perkosa itu si kemil
2021-08-11
1
Titi Mulyani
cerita bagus, tapi.... ada moment yg sama dengan moment di novel lainnya, yaitu waktu Adel mau memasak dan mengambil mangkuk di almari yg tinggi sambil lonjak2 lalu ditolong oleh suaminya yg duduk didekat situ. Yah mungkin author ya sama, tapi pakai nama samaran yah. Maaf jika kurang berkenan.
2021-07-05
1