BAB 18. JANJI FARHAN

Meskipun sudah menyebarkan foto Farzan dibeberapa akun sosial medianya, namun Farhan tetap berusaha untuk mencari. Sampai menjelang magrib ia tidak berhenti melakukan pencariannya dan hanya singgah untuk mengisi bahan bakar mobil nya saja.

Perutnya yang sudah terasa keroncong tidak ia pedulikan bahkan sekedar membasahi tenggorokannya yang terakhir kering, yang ada dalam pikirannya hanyalah mencari Zana dan Farhan.

Hingga langit malam telah menyelimuti bumi, pencariannya belum juga membuahkan hasil. Iapun semakin merasa takut jika tidak bisa menemukan keberadaan putranya dan Zana.

Farhan tidak mengerti pada dirinya sendiri, entah kenapa ia merasa takut kehilangan sosok yang selama tujuh tahun ini ia cari. Terlebih ketika Zana mendatanginya dengan membawa seorang putra dari hasil perbuatannya malam itu.

Sepanjang jalan ia terus berpikir bagaimana caranya bisa segera menemukan mereka, hingga akhirnya iapun memutuskan menyuruh orang kepercayaannya untuk mencari Zana dan juga Farhan.

"Semoga dengan begini Zana dan Farzan bisa segera kembali padaku." Gumamnya setelah baru saja menelpon orang kepercayaannya itu.

"Zana, Farzan, Aku janji tidak akan membuat kalian menderita lagi. Semua kesengsaraan dan kesulitan yang selama ini kalian hadapi akan aku gantikan dengan kenyamanan dan kebahagiaan yang tidak pernah kalian rasakan. Terutama untukmu Zana, apapun akan lakukan untuk menebus waktu tujuh tahun yang seharusnya kau nikmati dengan bahagia namun justru kau harus menanggung beban berat karena diriku."

Farhan menghela nafasnya dengan panjang, sambil menatap lampu-lampu setiap kendaraan yang berlalu lalang disekitarnya. Pemandangan malam ditengah kota yang nampak indah justru terasa mencekam baginya, jika belum bisa menemukan Zana dan putranya maka kesuraman akan terus melandanya.

Setelah beberapa saat termenung didalam mobilnya iapun memutuskan untuk pulang dan akan melanjutkan pencariannya esok.

Sesampainya di rumah, Farhan langsung menuju kamarnya untuk membersihkan diri. Seharian berkeliling membuat tubuhnya terasa lengket oleh peluh.

Ketika melewati ruang tamu, langkahnya terhenti mendengar panggilan dari papanya.

"Farhan, kemari, Papa ingin bicara padamu."

Farhan pun berbalik, dengan agak malas ia melangkah menghampiri papanya yang duduk sambil menatap dengan tatapan datar.

"Ada apa, Pa?" Tanya Farhan setelah duduk di sofa yang berseberangan dengan papanya.

"Apa maksudnya ini, kenapa gaun pengantin ini dikirim ke rumah?" Tanyanya sambil menunjukkan paper bag diatas meja.

Farhan tak langsung menjawab, beberapa kali ia menarik nafas dalam dan menghembuskan dengan perlahan.

"Aku membatalkan pernikahanku dengan Keyla, Pa." Jawabnya.

Tampak lelaki paruh baya itu langsung mengusap dadanya mendengar jawaban putranya.

"Farhan, berikan alasan yang tepat pada Papa, atau kau akan melihat pemakaman Papa besok."

Kalimat bernada ancaman itu membuat Farhan terperangah. Ia tidak menerima perjodohan itu dengan terpaksa demi tidak ingin terjadi sesuatu pada papanya, namun apa yang sudah ia ketahui hari ini tentang Keyla tidak bisa ia biarkan. Wanita itu ternyata sudah menipu keluarganya selama ini.

"Papa tentu tahu aku tidak mencintai Keyla, dan aku menerima perjodohan itu juga karena terpaksa. Tapi aku membatalkan pernikahan bukan karena itu," Farhan menjeda kalimatnya sejenak. Meskipun apa yang akan ia sampaikan ini mungkin akan membuat papanya syok, namun papanya itu harus tahu kebusukan calon menantu pilihannya itu.

"Papa meminta Keyla menjadi menantu Papa karena merasa berhutang nyawa padanya yang sudah mendonorkan darahnya pada Papa, tapi nyatanya bukan dia yang mendonorkan darahnya untuk Papa melainkan seseorang yang sudah Keyla bayar. Dan satu hal lagi yang harus Papa tahu, ternyata Keyla melakukan itu untuk balas dendam padaku, karena dulu aku pernah membuat perusahaan Om nya hampir bangkrut. Yah, ternyata Keyla adalah keponakan Pak Wiliam." Lanjutnya menjelaskan.

Lelaki paruh baya itupun langsung menjatuhkan tubuhnya disandaran sofa sembari memegang dadanya yang tiba-tiba saja terasa nyeri. Kabar yang disampaikan putranya benar-benar membuatnya merasa syok, terlebih tentang Keyla sang calon menantu yang sangat ia sanjung ternyata tidak seperti apa yang ia kira.

"Pa, Papa baik-baik saja kan?" Tanya Farhan seraya bangkit dengan cepat dari tempat duduknya lalu menghampiri papanya yang terlihat meringis.

"Bagaimana Papa akan baik-baik saja, Farhan. Papa hampir saja membuatmu menderita. Papa minta maaf Farhan." Ujar lelaki paruh baya itu, menatap putranya dengan tatapan penuh sesal dan rasa bersalah. Hanya karena merasa berhutang nyawa pada Keyla yang ia kira telah mendonorkan darah untuknya, ia memaksakan putranya untuk menikahi wanita itu.

"Papa tidak perlu meminta maaf padaku, aku bisa mengerti dengan apa yang Papa lakukan itu. Tapi aku bersyukur karena semuanya telah terungkap."

"Lalu bagaimana dengan pernikahanmu Farhan? Semua undangan sudah tersebar."

"Aku memang membatalkan pernikahanku dengan Keyla, tapi hari pernikahan itu tetap akan dilaksanakan Pa." Ujar Farhan.

"Jangan membuat Papa bertambah sakit dengan perkataan konyolmu itu, Farhan. Bagaimana bisa pernikahan dilangsungkan tanpa mempelai wanita."

Farhan tersenyum. "Pa, aku ingin membersihkan diri dulu, setelah itu aku akan memberitahu sesuatu yang sangat penting pada kalian semua." Ujar Farhan. Setelah papanya merasa lebih baik dan nyeri dadanya perlahan mereda, iapun bergegas menuju kamarnya.

.

.

.

TBC.......✨✨✨

Tinggalkan like dan komennya dong, terimakasih. ☺️🙏🙏🙏

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***