Mencintaimu Tanpa Karena
Pagi yang awalnya damai dan tenang, seketika berubah menjadi sedikit tegang dan berisik setelah Ferdian menghampiri kedua anaknya dan juga istrinya di meja makan.
Ferdian Adiwijaya adalah ayah kandung Tasya, sedangkan orang yang dia panggil tante saat ini adalah ibu tirinya yang menikah dengan papanya setelah kepergian mama kandung Tasya. Saat tante Miranti menikah dengan papa Tasya dirinya membawa satu orang anak yang saat ini di panggil kakak oleh Tasya.
"Makan malam nanti ada yang papa ingin bicarakan pada kalian bertiga, jadi kalian harus tetap berada di rumah!"
"Tapi pah, sore ini Tasya ada rapat sama atasan dan seluruh staff restoran, jadi kayaknya Tasya akan pulang sedikit terlambat pah engga apa-apa kan pah?"
"Minta izin aja, kan bisa tinggal bilang ada urusan atau bilang aja dari sekarang buat engga masuk kerja dulu! gitu aja di bikin repot, ya kan pah?" ucap Raisa yang mencoba mencari perhatian papanya.
"Restoran itu bukan milik aku jadi mana boleh kayak begitu, kalau aku ikutin saran kakak yang ada aku bakalan di cap engga profesional dalam bekerja"
"Halah, bilang aja kamu emang engga mau kan makan malam bersama papa! benar kan?"
Raisa bukannya membantu adiknya untuk membujuk papanya, tapi dia malah memilih untuk menjadi api terus menerus supaya bisa memancing keributan antara Tasya dan papanya.
"Bukan begitu kak Raisa, tapi aku beneran engga bisa"
"Iya deh si paling sibuk" ucap Raisa sembari memutar bola matanya.
"Sudah sudah, kalian jangan bertengkar lagi papa pusing dengarnya! dan kamu Tasya, kakak kamu ini benar lebih baik kamu minta izin sama atasan kamu sekarang!"
"Tapi pah..." ucapan Tasya terhenti, karena papahnya sudah menatapnya dengan wajah yang menahan emosi.
"Tidak ada tapi tapian lagi Tasya! kamu boleh pergi bekerja, tapi ingat nanti malam sudah harus ada di rumah... termasuk mama dan Raisa!" ucap papa Tasya dan langsung pergi untuk berangkat ke kantornya.
Sebelum pergi Tasya melihat sekilas ke arah kakaknya, dia masih tidak habis pikir orang yang sudah dia anggap sebagai kakak kandung malah sengaja membuat papanya marah dan dia bahkan tersenyum saat papanya tidak berada di pihak Tasya.
Saat masak Tasya terus berpikir bagaimana caranya agar dirinya bisa pulang tepat waktu, tapi tetap menghadiri rapat dengan atasannya.
"Sya... Tasya!" ucap Rara sembari menjentikkan jarinya di depan wajah Tasya untuk menyadarkan Tasya dari lamunannya.
"Eh, i-iya kenapa Ra?"
"Woii...ngelamun aja! lu di suruh ke private room nomor dua sekarang sya, katanya pelanggan VIP di restoran ini mau ketemu sama lu"
"Aduh! Ada apaan ya Ra dia mau ketemu gue?"
"Mana gue tau Sya... Mungkin dia mau komplain soal masakan lu kali, udah mending cepatan lu ke sana dari pada nanti dia tambah marah!"
"Ya udah gue ke sana dulu ya Ra" ucap Tasya yang langsung pergi meninggalkan Rara.
Sambil jalan Tasya terus memikirkan kesalahan apa yang dia udah lakukan, pasalnya baru kali ini dirinya di panggil seperti ini.
Sampai di depan pintu Tasya menarik nafasnya dalam-dalam sebelum akhirnya dia mengetuk pintu ruangan itu dan tepat di ketukan ke dua seorang pria berbaju hitam-hitam membukakan pintu untuknya.
Tasya langsung masuk ke dalam mengikuti pria berbaju hitam-hitam tadi dengan jantungnya yang terus berdebar kencang, sampai Tasya tidak menyadarinya kalau dirinya tepat berada di belakang orang yang mencarinya.
"Tuan, koki yang anda cari sudah datang"
"Baik, kalau begitu kamu bisa pergi sekarang!"
Tasya hanya diam sembari melihat seseorang yang memanggilnya dan dirinya baru tau kalau ternyata orang itu tidak dapat berjalan, tapi bukan itu yang Tasya ingin tau sekarang.
"Kamu tau kenapa saya meminta kamu datang ke sini?" tanya pria itu sembari melihat keluar jendela.
"Tidak tuan, saya hanya di minta untuk datang ke sini tanpa di beri tau alasannya" ucap Tasya sembari memainkan jarinya dan menundukkan kepalanya.
"Hah... Apa kamu juga tidak di beritau? kalau makanan saya tidak perlu perlu menggunakan udang" ucap pria itu dengan memutar kursi rodanya menghadap Tasya.
"Tidak tuan, saya benar-benar tidak tau tentang hal itu" Tasya menggelengkan kepalanya pelan.
"Saya ini alergi udang dan bisa-bisanya kamu memasukkan udang ke makanan saya, sekarang wajah saya jadi seperti ini dan semua itu karena kesalahan kamu"
Tasya langsung melihat ke wajah pria itu dan benar yang dia katakan, wajah pria itu merah dan membengkak membuat Tasya harus menahan tawanya karena wajah pria itu memang benar-benar sangat lucu.
Pria itu menyadari Tasya yang hampir tertawa karena wajahnya, membuatnya tambah marah dengan Tasya karena dia mengira kalau Tasya tidak memiliki rasa bersalah sama sekali terhadapnya.
"Apa yang bisa kamu lakukan untuk menebus kesalahan kamu?" tanya pria itu dengan suara tegas dan membuat Tasya menundukkan kepalanya lagi.
"Maafkan saya tuan... Saya tau saya salah tidak memperhatikan dengan jelas pesanan setiap tamu, tapi saya mohon kasih saya kesempatan satu kali lagi dan saya janji tidak akan membuat wajah tuan seperti itu lagi" Tasya membungkukan badannya.
Walaupun pria itu sempat kesal pada Tasya, tapi dia melihat ketulusan dalam diri Tasya saat meminta maaf padanya. Jadi dia memaafkan Tasya kali ini dengan syarat Tasya harus mencatat semua yang tidak di sukai pria itu dan membuatkan makanan baru untuknya.
Tasya yang langsung menurutinya, karena bagi Tasya syaratnya masih dalam hal yang normal dan dirinya tidak mau kalau harus di pecat dari pekerjaannya.
Semua pekerjaan Tasya sudah dirinya selesaikan termasuk memasak ulang makanan untuk pria itu dan sekarang waktunya dirinya pulang, untung saja rapat hari ini ditunda jadi dirinya bisa ikut makan malam dengan papanya.
...****************...
Semua benar-benar diluar dugaan, siapa yang akan mengira kalau hari ini Tasya terjebak macet karena di depan ada tabrakan dan hal hasil dirinya terlambat sepuluh menit sampai di rumah.
Ferdian yang melihat Tasya baru pulang ke rumah langsung memarahi Tasya dan membandingkannya dengan sang kakak yang sudah tiba di rumah lebih dulu, tapi untungnya kemarahan papanya kali ini tidak berlangsung lama.
"Raisa, Tasya kalian berdua sudah cukup dewasa dan sudah bisa mengurus diri kalian masing-masing kan? jadi apa kalian bisa membantu papa?" tanya Ferdian sembari meletakkan sendok dan garpu di atas piring.
"Papa mau minta tolong apa? Raisa siap nolongin papa"
"Jadi begini... Perusahaan papa sedang kekurangan dana yang cukup besar dan hampir diambang kebangkrutan, papa sudah cari ke sana kemari investor yang mau membantu dan untungnya masih ada yang ingin menolong papa. Tapi dia memberikan papa syarat..."
"Apa syaratnya pah?" tanya Tasya yang baru selesai minum.
"Syaratnya dia minta papa untuk menikahkan salah satu putri papa dengan pebisnis yang terkenal kaya raya di kota ini"
Tasya langsung mengingat-ingat siapa pebisnis yang papanya maksud itu, soalnya Tasya seperti pernah mendengar orang menyebutkan namanya. Tapi kali ini dirinya benar-benar lupa siapa yang mengatakannya dan dimana dirinya mendengar itu.
"Memangnya siapa orang itu pah?" tanya Tasya dengan wajah bingungnya.
"Andika Dirgantara"
"Hah! Menikah dengan pria misterius itu? papa tau engga sih kalau banyak orang yang bilang dia itu cacat? pokoknya Raisa engga mau kalau harus menikah dengan pria itu!" ucap Raisa yang langsung meletakkan kembali gelas yang sudah dirinya pegang ke atas meja.
Dalam hati Tasya kembali bingung dan bertanya-tanya tentang apa yang salah dengan pebisnis itu dan bukannya dirinya yang cacat itu baru rumor, kenapa kakaknya sampai segitunya dengan pria yang belum pernah dia temui dan papanya juga belum menentukan siapa yang akan menikah di antara mereka berdua.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments