Gangguan di kamar Arkan

Arkan terbangun dengan shock, keringat-keringat membasahi wajahnya, nafasnya tersengal-sengal, dadanya berdegup kencang.

Bola mata Arkan memperhatikan sekitarnya yang kosong. Hanya dia seorang diri yang berada di dalam kamar itu.

"Huft syukurlah itu cuman mimpi" lega Arkan.

"Tapi kenapa mimpi itu terasa nyata banget" heran Arkan.

Untuk pertama kali Arkan mendapati mimpi yang terasa begitu nyata.

"Walaupun begitu yang namanya mimpi tetaplah mimpi, untuk apa di perdebatkan lagi karena itu tidak mungkin terjadi" Arkan mengesampingkan mimpi buruk itu.

Arkan beranjak dari tempat tidur, lalu keluar dari kamarnya, Arkan melangkah mendekati pintu rumah.

"Arkan" panggilan wanita lansia menghentikan niat Arkan yang hendak keluar rumah.

Arkan berbalik menghadap ke belakang."Nenek, ada apa nek?"

"Kamu mau kemana, jangan keluar rumah, ini udah mau gelap, pamali" larang nek Darmi seperti tau kalau cucunya akan keluar rumah.

Arkan diam, niatnya harus terjeda. Tujuannya keluar rumah hanya ingin mencari udara segar sekaligus menghilangkan mimpi buruk itu dari pikirannya.

"Jangan keluar rumah, sana masuk ke kamar, mandi lalu sholat berjamaah di masjid" suruh nek Darmi.

"Baik nek" jawab Arkan patuh.

Arkan mengurungkan niatnya, ia kembali ke dalam kamar, untuk masuk ke kamar itu Arkan tampak ragu, mimpi buruk itu terus mengganggu pikirannya.

Dengan perlahan-lahan Arkan membuka pintu.

Kosong, itulah yang Arkan temukan. Tapi walaupun begitu Arkan masih saja takut, takut mimpi buruknya menjadi kenyataan.

Mata Arkan menyisir area kamar yang tak ada satupun orang di dalamnya.

"Arkan, kamu gak boleh takut, itu cuman mimpi buruk dan itu gak akan jadi kenyataan" ujar Arkan mengumpulkan keberanian yang perlahan-lahan menghilang.

Arkan menarik nafas lalu membuangnya secara halus.

"Ayo Arkan kamu harus berani"

Dengan ragu-ragu kaki Arkan melangkah masuk ke dalam kamar, secepat kilat ia mengambil handuk dan masuk ke dalam kamar mandi. Arkan tak melirik ke kaca lemari sama sekali, Arkan masih khawatir mimpi buruknya menjadi kenyataan.

Di dalam Arkan melakukan ritual mandi dengan tergesa-gesa, Arkan merasa takut berlebihan sejak mengalami mimpi buruk.

Setelah selesai mandi Arkan langsung keluar.

Tes tes tes

Langkah Arkan terhenti, telinganya menangkap suara air kran yang menyala.

"Kok kayak ada suara air kran nyala, padahal aku gak ngidupin air" kejanggalan Arkan dengan terus mendengarkan suara gemericik air yang jelas itu.

"Gak salah lagi, suaranya pasti berasal dari dalam, aku harus cek" ucap Arkan.

Untuk mengetahui kebenarannya, Arkan pun terpaksa kembali masuk ke dalam kamar mandi.

"K-kok tiba-tiba kran bisa nyala" alangkah kagetnya Arkan mendapati jika kran kamar mandi hidup sendiri.

"Gak ada yang hidupin, tapi kok bisa nyala, aneh" mata Arkan terus fokus menatap kran yang menyala dengan normal, namun tak di ketahui siapa yang telah menghidupkannya.

Brakk

Dengan kencang pintu kamar mandi tertutup sendiri.

Arkan menelan ludah pahit, satu demi satu bulu kuduknya mulai bangkit, kegelisahan tampak di wajah tampannya.

Tanpa banyak bicara Arkan mematikan kran, lalu dengan setenang mungkin membuka pintu kamar mandi.

Arkan berganti pakaian dengan tenang, meski nafasnya naik turun serta rasa tegang yang terus menyerang. Tapi Arkan berusaha untuk tetap profesional seperti tidak terjadi apa-apa.

Setelah semuanya selesai Arkan mengambil peci dan tergopoh-gopoh keluar dari dalam kamarnya. Sedikit saja Arkan tak melirik ke arah cermin, ingatan tentang gadis misterius yang menunjuk ke arah cermin membuat Arkan kini takut pada cermin manapun, khususnya cermin di lemari besar itu.

Arkan bernafas lega ketika berhasil keluar dari dalam kamar.

"Huft Selamat" nafas Arkan tersengal-sengal seperti habis lari maraton.

"Arkan"

Sontak Arkan panik, wajahnya tak dapat memperlihatkan bahwa dirinya baik-baik saja.

"Ayah, ayah ngapain di sini?" Tanya Arkan mengalihkan perhatian.

"Seharusnya ayah yang nanya kenapa kamu di situ" Ilyas merasa ada yang aneh dengan putranya.

"A-aku, aku lagi nyariin ayah, nenek tadi nyuruh Arkan buat sholat di masjid, ceritanya Arkan mau ajak ayah juga" alasan Arkan moga-moga ayahnya percaya dan tidak menaruh kecurigaan padanya lagi.

"Owh, tak kirain ada apaan kamu diam di situ, sendirian lagi" sahut Ilyas.

Hati Arkan lega, ia mengucap syukur tiada tanding kala tak ada yang curiga jika gerak-geriknya mulai aneh dan tak seperti Arkan yang biasanya.

Arkan membalas dengan tawa garing, meski terdengar kaku, yang penting ayahnya tak curiga.

"Kalau begitu ayo kita ke masjid, ini udah mau magrib, kita tunggu aja di sana" ajak Ilyas di balas anggukan oleh Arkan.

Arkan mengikuti ayahnya dari belakang, mereka berdua keluar rumah di saat matahari sudah terbenam dengan sempurna. Adzan magrib juga sudah di kumandangkan, suaranya terdengar seisi desa bahkan sampai ke desa-desa sebelah.

Dengan pasti ayah dan anak itu berjalan menuju masjid yang tak terlalu jauh, hanya berjarak 5 rumah saja.

Arkan menatap sekitarnya."Ayah, kok sepi ya, kemana semua orang, apa mereka udah pada di masjid?"

Tak ada satupun manusia yang Arkan lihat di sepanjang jalan, semua pintu rumah tertutup rapat, tak ada tanda-tanda kehidupan saat matahari telah terbenam.

"Mungkin aja, ayo kita buruan ke masjid sebelum ketinggalan jemaah" balas Ilyas cepat-cepat ingin sampai di masjid.

Arkan tak punya pilihan lain selain mengangguk, sembari berjalan mata Arkan sesekali melihat kanan dan kirinya yang masih asing.

Wussshhhh

Kelebat bayangan putih tertangkap jelas, seketika Arkan langsung membuang muka ke arah lain.

"Astaghfirullah, kenapa aku bisa liat mereka yang tak kasat mata, ada apa ini, kenapa aku bisa jadi kayak gini" batin Arkan mulai takut dengan dirinya sendiri.

"Ayah, ayah" panggil Arkan, wajahnya memucat dan gelisah lantaran terus ketakutan.

Ilyas menoleh."Ada apa nak, kok kamu kayak takut gitu, cerita sama ayah, apa yang sudah terjadi sama kamu, kok akhir-akhir ini ayah lihat kamu kayak ngumpetin sesuatu?"

Ilyas merasa ada yang di sembunyikan oleh putranya, walaupun Arkan menyembunyikannya serapih mungkin, yang namanya kecurigaan tetap saja ada.

"Ayah, tadi Arkan lihat ada orang berpakaian putih yang lewat di sana, cepat banget dia lewatnya" tunjuk Arkan ke sebelah Utara yang di tumbuhi ragam pepohonan dan rumput-rumput liar yang tak terurus.

Di sebelah Utara tak ada satupun rumah penduduk yang di bangun, rata-rata warga membangun rumah di sebelah selatan.

Ilyas mengerutkan alis."Mana, gak ada kok, paling kamu salah liat"

"Enggak ayah, Arkan gak salah liat, tadi Arkan benar-benar liat ada yang lewat di sana tapi cepat banget" jelas Arkan dengan sejujur-jujurnya.

Ilyas diam sejenak, ia seperti tau siapa yang Arkan maksud.

"Siapa dia ayah, jangan bilang kalau dia itu...."

Perkataan Arkan terpotong, namun mereka tetap mengerti arah tujuan Arkan.

"Arkan, kamu jangan takut, jam-jam segini kebayangkan para makhluk halus lagi keluyuran, mangkanya anak-anak kecil di larang keluar rumah. Dan sekarang salah satu makhluk halus itu gak sengaja kamu lihat, tapi kamu jangan takut, dia cuman lewat gak akan ganggu kamu, kamu gak usah khawatir ayah mu ada di sini" Ilyas menenangkan putranya yang terus memucat.

Arkan mengangguk, ucapan ayahnya ada benarnya juga. Ketika matahari terbenam secara sempurna tak heran jika makhluk-makhluk halus berkeliaran.

"Udah kamu jangan takut lagi, ayo kita ke masjid aja" ajak Ilyas.

Arkan setuju, mereka dengan langkah cepat mendekati masjid yang tak seberapa lagi.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!