Di perjalanan sembari menjalankan mobilnya Khalid menghembus nafas kasar ia merasa kesal di tolak langsung oleh Aulia. Padahal harapan untuk mempersunting Aulia sangatlah menggebu. Cinta yang tertolak tapi bukan Khalid namanya jika harus menyerah.
Angin malam itu terasa dingin membuat bulu kuduk merinding, sudah tak Loterasa lagi bagi Khalid karena hatinya yang sedang retak. Barra dan alira cukup diam sejenak tak membuka suara di dalam mobilnya. Mereka tau jika Khalid sedang.... PATAH HATI.
" Enam tahun sudah ternyata tak meluluhkan hatinya ya Abi, dengan ikhtiar langitku. Baru saja mau ikhtiar bumi sudah tersungkur pula". Barra sebenarnya menahan tawa tak di sangkanya kini anaknya itu sudah dewasa.
" Apa dengan begini kamu akan menyerah, mungkin saja Allah masih menguji mu. Kamu tau kan jika ujian seseorang itu akan menaikkan levelnya." ucap Barra mencoba berbicara ingin tau juga jawaban bijak Khalid.
" apa Khalid harus menyerah Abi". tanya balik Khalid.
Barra mengendus nafas pelan anaknya ini memang begini di tanya malah balik tanya. Padahal telinga barra sudah siap mendengar jawaban bijaknya.
" menurut mu bagaimana". Serang barra lagi dengan pertanyaan nya.
" Aku tak akan menyerah, seperti kataku tadi sebelum janur kuning melengkung masih ada harapan".
" Boleh nak tapi ingat kamu tak boleh menjatuhkan lawan dengan cara kotor".
" astaghfirullah hal adzim Abi, Khalid juga ingat Abi kalau Khalid sekarang seorang ustadz. Aku tak akan henti mendesak Allah agar Aulia di jodohkan dengan ku".
" itu namanya memaksa Khalid." Barra terkekeh. Khalid pun tertawa.
" Nak percaya saja yang Allah tuliskan di Lauhul Mahfudz Nya, jika memang dia jodohmu tak akan ke mana meski ke ujung dunia sekalipun akan tetap kembali padamu". ucap barra memandang ke depan, sedangkan alira duduk di belakang sendirian.
" Abi kenapa Khalid yakin sejak awal Aulia jodoh Khalid, Khalid sudah berusaha beberapa kali shalat istikharah dan selama enam tahun ini jawabannya sama." kata Khalid masih fokus menyetir menyusuri jalanan raya dengan sinar lampu temaram, suara bising tidak lagi begitu terdengar.
" Berarti ini perjuangan mu nak untuk mendapatkan nya dengan cara yang baik. Jangan karena dirimu yakin lalu kamu tak ikhtiar itu juga salah. Di uji bukan untuk melemahkan tapi membuatmu semakin kuat. Antara Allah dan makhluk Nya mana yang lebih kamu cintai."
" iya Abi". Ucap Khalid pasrah.
" Umi, semenjak ikut umi di butik bagaimana Aulia itu mi". Tanya Barra yang memang semenjak fokus dengan pesantren tak begitu tau tentang butik alira yang semakin berkembang pesat bahkan sudah ada banyak cabang di beberapa kota.
" Aulia anaknya rajin dan fokus jika bekerja bi, dan disiplin".
" dia sama seperti Fadil ." ucap Barra.
" lalu menurut umi bagaimana."
" bagaimana apanya, dia salihah selalu sopan kepada yang lebih tua sebenarnya penyayang. Mungkin sama kamu saja dia jutek Khalid." alira terkekeh.
" itu gara-gara kamu dulu suka ganggu dia jadi bikin dia kesal hingga ke bawa sampai sekarang ".
" hehehe... Khalid melihat Aulia saat bersungut-sungut umi, terlihat lucu jika lagi marah".
" sama seperti umimu ya Khalid." ujar Barra.
" Abi..." alira langsung cemberut.
__
Aulia masuk kedalam kamar ia menggerutu jalan dari depan hingga ke kamarnya. Teringat sosok Khalid yang baginya sangat menyebalkan itu.
" enak saja ia pakai khitbah dari lulus masa SMA, memangnya setelah menjadi ustadz aku akan mau menikah sama dia. Dasar menyebalkan, meski kamu sekarang jadi ustadz di kagumi banyak fans wanita di luar sana tapi bagiku kamu tetap menyebalkan". Aulia melemparkan tubuhnya di ranjang king size miliknya.
Meski Aulia hanya anak satu-satunya pasangan dari Fadil dan Aisyah tapi ia tak pernah terlalu memanjakan Aulia. Fadil tetap mendidiknya dengan sangat baik, tanpa harus di manja jika salah Fadil pasti akan berikan sanksi.
Aulia memang sangat dekat dengan ayahnya meski ayah nya selalu sibuk dengan rentetan jadwal di rumah sakit. Aisyah yang sembuh dari sakit tak pernah Fadil bebani pikiran tentang apapun. Fadil sangat menyayangi Aisyah meski Aisyah tak sekuat wanita di luaran sana.
Handphone Aulia menyala tertera nama Raka di sana, tapi ia ingat pesan ayahnya untuk tidak boleh mainan hp lagi.
" Untuk apa kak Raka harus telepon malam-malam begini ngga penting juga". Ucap Aulia lalu mematikan handphone nya.
Raka kesal ia melempar ponselnya di ranjang empuk miliknya, Aulia memang wanita yang unik baginya. Di luaran sana jika Raka menghubungi wanita siapapun ia pasti langsung mengangkat nya tapi Aulia tidak itulah yang membuat Raka makin penasaran.
" Memang Aulia ini bikin aku tak bisa tidur, ia tak mau angkat telepon padahal aku cuma mau katakan selamat malam untuk nya saja " ucap Raka bergeming.
Perkenalan nya dengan Aulia sejak itu membuat Raka tak bisa berpaling dari nya. Seketika itu Raka langsung memutuskan hubungannya dengan Marsha sang kekasih.
___
Gadis centil yang kini duduk di bangku SD berkunjung ke rumah Nini nya itulah kegiatan mereka di hati libur. Siapa lagi kalau bukan Gaza anak dari Khansa, ia senang karena di sana sangat ramai. Apalagi Khalid om nya yang selalu menuruti apa yang Gaza mau.
" om mana Nini ." ucap Gaza menyibakkan gorden mencari sosok Khalid namun tak di temukan nya.
" om mu ya ke pesantren ada kajian anak muda kalau libur begini". ucap Alira masih sibuk bermain dengan Gani yang baru saja bisa berjalan.
" kenapa Gaza tak di ajak sih Nini, Gaza juga kan anak muda." seketika Nini buyut nya alias emak menutup mulutnya mendengar celotehan Gaza tertawa.
" mungkin lupa tak ajak kamu sayang tunggu saja sebentar lagi juga pulang ".
" Dasar om Khalid pasti akan menebar pesona dengan ukhti-ukhti di pesantren ". Kesal Gaza jika dia ikut kesal dengan para wanita di sana yang pasti akan mencubiti pipi Gaza.
" om mu itu tak perlu menebar pesona, pesonanya memang sudah menakjubkan Gaza". Aki buyut alias Abah datang mengusap kepala Gaza lalu duduk.
" seharusnya mereka itu ingat aki buyut batasan wanita dengan laki-laki itu bagaimana kan mereka ukhti harus menundukkan pandangan". Celoteh Gaza membuat Khansa menggeleng dengan tingkah anak gadisnya itu.
" menundukkan pandangan itu bagaimana ya aki lupa". tanya aki sengaja.
" begini aki buyut tak boleh menoleh pada laki-laki yang bukan muhrim lalu beristighfar jika tak sengaja memandang nya, bukannya seperti anak zaman sekarang justru malah mengabadikan nya di ponsel di pandang tiap hari apa bedanya coba". Gaza menirukan bagaimana ia menunduk saat bertemu dengan laki-laki.
" nah Gaza harusnya juga gitu ya tak boleh memandang yang bukan muhrim itu namanya zina mata". ucap barra turun saat mendengar celotehan Gaza lalu mengusap kepala cucunya itu.
" pasti aki sudah ku pertimbangkan".
" nah sekarang lebih baik kita makan es krim, kemarin Nini mu beli untuk stok jika kalian ke sini". Gaza nyengir ia senang makanya ia selalu meminta ke mari.
Gaza tak di izinkan oleh ayahnya makan es krim terlalu banyak, tau sendiri ayah Gaza seorang dokter. Gigi Gaza pun gigis semua ketika dia di larang ia pasti akan makan jika ke rumah nini atau neneknya.
__
Jangan lupa tinggalkan jejak ya dear dan bintang lima nya .
Terima kasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
Heny Janitasari
🩵
2024-07-01
0
Herry Murniasih
Sabar ya Khalid mungkin Aulia syok karena selama ini kalian sering bertengkar karena Khalid sering jahilin Aulia kan, nanti seiring waktu perlahan akan luluh hatinya 🥰🥰
2023-08-03
2