Perjodohan

"Rel, gimana kalau kita nongkrong -nongkrong dulu di Caffe. Sudah lama kan kita nggak nongkrong bareng."ajak Cindy saat mereka menuju parkiran kantor.

"Lain kali saja ya, aku capek." ucap Darel.

Mereka pun masuk ke dalam mobil Darel dan mobil itu pun mulai bergerak meninggalkan kantor Darel.

"Kenapa sekarang kamu susah banget diajak jalan sama aku. Sekarang aku rasa kamu itu sudah berubah." ucap Cindy saat mereka masih ada di dalam mobil.

Darel menghela nafas panjang dan menatap sekilas ke arah Cindy yang duduk di sampingnya.

"Nggak ada yang berubah Cin, itu hanya perasaan kamu saja. Lagi pula kita sudah tiap hari ketemu dan dalam waktu 8 jam kita ada dalam satu gedung Cin." ucap Darel.

"ltu lain Rel, kita di kantor itu kerja bukan nongkrong - nongkrong. Kamu sudah berubah ." ucap Cindy kesal dengan sikap Darel belakangan ini.

Darel hanya diam saja tak sedikit pun menjawab omogan Cindy.

Empat puluh menit mereka sampai disebuah rumah yang cukup besar dan di itulah rumah orang tua Cindy yaitu Awan.

"Assalamualaikum." ucap Darel saat aka masuk ke dalam rumah besar itu.

"Wa'alaikumsalam, Darel..ayo masuk dulu." ucap mami dari Cindy.

"Baik tante. Hallo om, Darel cuma antar Cindy. Darel langsung pamit om,tante, sudah sore juga." ucap Darel pada Awan dan istrinya.

"Lho kok kamu langsung pulang sih Rel, kamu kan bisa bebersih dulu disini. Nanti pulangnya abis makan malam." ujar Cindy.

"Sorry Cin, aku sudah janji sama mama buat makan malam dirumah.Kasihan nanti nggak ada yang makan masakan mama.Sorry yah.." ucap Darel yang sedikit risih dengan perlakuan Cindy padanya.

" Ya sudah ,besok juga kami di undang ke rumah kamu buat makan siang sama-sama di rumah kamu.Katanya mama kamu ada pengumuman penting ." ucap Maryam mami Cindy.

" Owhh kebetulan,Darel juga sekalian mau kasih tahu sesuatu pada kalian semua. Darel pamit dulu om, tante. Cindy aku balik. Assalamualaikum." pamit Darel

"Wa'alaikumsalam." ucap semuanya dan terlihat Cindy yang langsung menuju kamarnya dengan hati kesal.

Darel tak mengambil pusing apa yang di lakukan Cindy. Dia pun langsung meninggalkan rumah Awan dan bergerak ke arah rumah orang tuanya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Malam hari setelah selesai sholat isya, Darel mengambil benda pipih yang ada di atas nakasnya.

Lalu dia membuka laci nakas dan mengambil kotak bludru berwarna merah .Dia duduk di pinggiran tempat tidur dan menghubungi sebuah nomer telpon.

"Assalamualaikum." ucap dari seberang sana terdengar kurang bersambung.

"Wa'alaikumsalam." jawab Darel

"Ada apa kau telpon aku, tidak mungkin kau telpon aku kalau cuma sekedar basa-basi." ucap nya.

" Kau tahu saja kalau aku sudah pasti menghubungi kau karena ada berita penting yang harus aku sampaikan." ucap Darel dengan suara yang terdengar dingin.

"Langsung saja nggak usah banyak biasa Rel." ucap orang yang ada di seberang sana.

"Aku mau nikah." ucap Darel.

"Baguslah, selamat.Tapi, jangan harap kau bisa dapat dia .Kau boleh nikah dengan yang lain tapi,tidak dengan dia. Aku tak akan pernah rela." ucap Orang itu.

Tut Tut Tut

Panggilan telepon itu pun terputus begitu saja. Darel hanya bisa mendengus kesal dengan orang yang ada di seberang sana.

.

.

.

Keesokan harinya karena hari libur Maria mengundang keluarga Cindy yang merupakan salah satu kerabatnya juga ke rumah mereka karena akan makan siang bersama.

"Kamu mau pake lauk apa Rel?" tanya Cindy yang sedang melayani Darel untuk makan siang bersama.

"Ayam goreng, sama SOP saja." jawab Darel.

Cindy dengan wajah berseri mengambil apa yang di katakan Darel.

"Wahhh..sudah cocok punya suami kamu Cin,buktinya kamu sudah luwes banget buat siapin makanan buat Darel." ucap Danu menatap kearah Darel dan Cindy.

Cindy mendengar candaan papa dari Darel pun tersipu malu.

"Kamu ini Dan,Cindy ini belum bisa masak.Kalau cuma siapkan yang sudah siap itu gampang. Harusnya dia harus belajar stap demi stap." ujar Awan menimpali omongan sahabatnya itu.

"lya benar kata bang Awan. Cindy ini masih manja dengan kami, rasanya kalau punya suami sekarang - sekarang ini saya takut suaminya darah tinggi lihat kelakuan nya sama sifatnya juga perlu sedikit di poles." ucap Mariam

"Papi sama mami ini kenapa malah jatuhin pasaran Cindy sih, kalau buat masak masak kan ada bibi, buat apa Cindy susah payah masak." ujar Cindy.

"Tuh dengar kan apa yang dia katakan.Makanya kami ingin Cindy lebih dewasa lagi. Cobalah Rel bilangin Cindy supaya dia mau belajar untuk jadi istri yang baik.

"Sudahlah kenapa jadi Cindy yang jadi bahan ledekan. Kenapa bukan Darel saja." lontar Cindy.

"Kenapa aku. Kau ini selalu saja..." timpal Darel.

"Baiklah kita cukupkan sampai disini pembicaraan ini sekarang kita dengar apa yang akan Maria bicarakan pada kita. Sepertinya ada hal yang penting. Kemarin pun Darel kata ada yang mau dia bicarakan juga kan?"

" Owh ya, apa itu nak?" tanya mama Maria.

"Wow.. sepertinya ada kabar peting hari ini.' timpal Cindy.

" Kamu dulu atau mama dulu yang menyampaikan berita hari ini sayang?" tanya Maria pada sang putra.

"Mama dulu saja mah, pasti lebih penting." ujar Darel.

"Baiklah, mama dulu yang mau ngasih tahu pengumuman penting kali ini." ucap Maria.

"Begini mba Mariam ,mas Awan ..saya dan mas Danu berniat untuk menjodohkan Darel dengan seorang wanita yang baik dan sudah lama kita kenal." lanjut Maria.

Terlihat Cindy terkejut mendengar ucapan Maria barusan.

" Perjodohan,apa ini..kenapa mama Maria bilang perjodohan. Apa ini ada hubungannya dengan aku dan Darel?" batin Cindy

"Perjodohan, perjodohan dengan siapa Ri?" tanya Maryam.

"Aku dan mas Danu sudah sepakat untuk menjodohkan Darel dengan anak Khairi dan Yana yaitu Keyna Az-Zahra atau kita kenal dengan Zahra." ungkap Maria.

Awan dan Maryam saling pandang dan memandang putri mereka. Cindy begitu syok denga berita yang baru dia dengar.

"Mama, apa mama nggak salah? bukannya Zahra itu anak angkatnya tante Yana. Kenapa mama Maria dan om Danu menjodohkan Darel dengan bocah itu? Dia juga masih kuliah." ucao Cindy dengan nada yang terdengar ketus.

" Cindy, kami tahu apa yang kami putuskan untuk masa depan Darel. Darel.. bagaimana jawaban kamu Rel,mama sama papa ingin jawaban kamu sekarang." ucap Maria.

Darel melihat sekelilingnya. Mama dan yang lainnya terlihat sangat penasaran dengan jawabannya.

"Rel, jangan pernah memaksakan diri untuk perjodohan ini. Kamu bisa dan dapatkan wanita yang lebih baik dari Zahra." bisik Cindy yang duduk tepat di samping Darel.

"Darel menerima perjodohan ini mah, pah." jawab Darel dengan senyuman tipis tersirat di bibirnya.

Terlihat orang tua Farel begitu bahagia.Lain halnya dengan Cindy yang tak menyangka jika Darel akan menerima perjodohan itu.

Bersambung

Terpopuler

Comments

Sandisalbiah

Sandisalbiah

jd yg di telepon Darel adalah Aditya... dan sebenarnya Darel juga suka pd Zahra... terus satu lagi.. suka muncul nama FAREL... buat salfoks...

2024-03-19

0

yani suko

yani suko

kok farel sich
aku kira emang Darel cinta sama Zahra
pas tilpun itu.....dia tilpun Adit kakak angkatnya Zahra
Adit ndak mau Darel menikah sama Zahra....krn dia juga cinta sama Zahra

2023-12-15

1

Mukmini Salasiyanti

Mukmini Salasiyanti

itu yg marah tadi, ang angkatnya zahra ya???
aishhhh gmn nih... ???

2023-12-01

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!