HOP DUABELAS

"Kedepannya kita bisa bekerjasama mungkin. Kau akan mendapat keuntungan setelah mau menyetujui pernikahan Rega dan Vanessa."

Raka dan Raja bernegosiasi dengan Arjuna. Ini kesempatan langka, di mana mereka akan segera menikahkan Rega dengan keluarga yang cukup terpandang.

Namun, Arjuna tentu masih tak ingin memiliki menantu sepantaran. "Kalian pikir saya mau menjual putri saya?" tukasnya.

"Kau bisa berkata demikian. Itu, kalau putri mu terpaksa dan dipaksa. Tapi sekarang, dia justru senang berada di tengah-tengah kami."

Ibunda Rega mengangguk. "Setujui saja Tuan, Juna. Kami janji, Anes akan kami perlakuan dengan sebaik-baiknya," pintanya.

Arjuna menatap ke arah putrinya. Tak ada takut, tak ada sedih, atau terpaksa yang Arjuna lihat dari rautnya, Vanessa justru terlihat sangat berharap dapat bersanding dengan Rega.

Berbeda dengan Rega yang sepertinya tidak ingin bersama putrinya. Arjuna yakin Rega bukan laki-laki yang jahat, dia percaya jika ada yang berkata Vanessa yang menggoda pria tampan itu.

Vanessa Disaga tidak akan membiarkan laki-laki manapun menyentuhnya jika tidak dikehendaki olehnya sendiri. 17 tahun anak itu dia rawat, Arjuna tahu Vanessa punya sifat yang ambisius di balik riangnya.

Untuk memilih jalan tengah, Arjuna mengajak Rega bicara empat mata. Mereka menepi dari keluarga lainnya, terutama dari Vanessa.

Balkon tempat yang Rega pilih untuk bertatap muka langsung dengan teman sekelas sekaligus calon mertuanya.

"Aku yakin ini hanya accident. Aku tahu kau tidak menyukai Anes. Tapi aku setuju untuk menikahkannya dengan mu. Dengan catatan, kau tidak akan pernah menyentuhnya selama dia hamil!"

"Kau pikir aku monster?" Rega ketus memangkas kata-kata Arjuna.

Arjuna mengangguk percaya. "Kau tidak berniat menikahi Anes selamanya bukan?" tanyanya.

Arjuna berharap Rega akan segera menceraikan Vanessa jika cucunya sudah lahir. Ya, Vanessa berhak punya masa depan.

Rega mengangguk kecil. "Tentu saja! Aku tidak mungkin segila itu, menikahi bocah yang usianya separuh usia ku. Aku bahkan sudah punya cita-cita sendiri. Dalam waktu dekat aku akan menikahi kekasih ku. Dan putri mu berhasil mengacaukannya!"

Persetan dengan rencana Rega, Arjuna tak peduli setelah itu. "Aku hanya butuh nama mu untuk data-data wali anak Anes saja. Setelahnya, kau boleh pergi dari hidup putri ku."

Rega mengernyit. Jadi Arjuna tidak benar-benar merestui. Hanya saja, putrinya butuh suami untuk data cucunya kelak.

"Kita sama-sama memiliki kepentingan bukan? Kau bisa menenangkan keluarga mu yang menginginkan pernikahan mu. Dan aku memerlukan nama mu untuk wali cucuku."

Rega dan Arjuna bersalaman. "Kita sepakat ... Apa kau perlu materai?" tawar Rega.

"Tidak perlu, aku percaya kau tidak akan pernah mengingkari janji mu. Aku tahu Vanessa bukan tipe wanita yang kau mau. Tapi, aku percaya kau tidak akan menyakiti Anes selama menikahinya."

Rega tersenyum. Akhirnya, tanpa susah payah dia akan bisa lepas dari Vanessa setelah anak itu melahirkan. Dan ini atas persetujuan dari Arjuna.

Beruntung, Arjuna juga tidak menginginkan penyatuannya dengan Vanessa langgeng untuk selamanya, melainkan formalitas saja.

Secara cepat, penghulu dihadirkan, dan terlaksana lah pernikahan tersembunyi antara Rega dan Vanessa. Kini, mereka telah resmi menjadi sepasang suami istri dengan diwalikan Arjuna.

Ya, meski hasil dari perzinaan. Tapi Arjuna ikut merawat lebih dari enam bulan kehamilan Hilda, hingga Vanessa sah disambung nasab oleh ayah biologisnya.

Arjuna percayakan putrinya pada Rega. Dan dengan kesepakatan antar teman, Arjuna berani pergi dari rumah besannya, tentunya meninggalkan putrinya di istana Rain family.

Atas sahnya pernikahan mereka. Vanessa juga harus berada di kamar suaminya. Dan inilah hal yang paling tidak diharapkan oleh Rega.

Bayangan tentang Hilda yang sangat seksi telah musnah. Sebab, yang ada di kamarnya hanya bocah yang masih belum memiliki bentuk tubuh ideal seperti wanita incarannya.

"Hei..."

Pantat Vanessa yang hampir menempel pada permukaan ranjang telah urung setelah Rega bersuara cukup keras. "Kau mau apa di situ?"

"Tidur...," jawab Vanessa polos. "Kita sudah suami istri bukan? Jadi, aku akan tidur di sini." Dia juga menepuk ranjang empuk milik Rega.

Rega terkekeh samar. "Kau terobsesi padaku rupanya. Kau ingin sekali tidur dengan ku."

Vanessa menelan ludah melihat langkah kaki Rega yang perlahan lahan mendekati tubuh kecilnya. Dan, tanpa dia sadari kakinya terayun mundur untuk menjauhi.

Jujur, ini bagian yang diluar dari rencananya, 'tidur bersama'. Secepatnya otaknya mencari cara untuk bisa menghindar malam ini.

Rega curiga, bagaimana bisa anak yang mengaku pernah tidur bersamanya. Akan mengeluarkan berbulir bulir keringat gugup saat dia mendekat.

"Kau sangat mau tidur bersama ku?" tanyanya memancing.

Vanessa menggeleng cepat. "Ti-tidak juga... Ini hanya karena Anes hamil anak Om saja makanya Anes berani ke sini," cetusnya.

Rega yang tahu kegugupan Vanessa, dia coba mencondongkan tubuhnya agar bisa menyudutkan tubuh Vanessa yang terpentok bahkan terhuyung di tiang klasiknya.

"O-om terlalu dekat dengan ku!" Vanessa mendorong dada bidang Rega dengan jari telunjuknya.

Rega menyeringai, Vanessa selalu mendapat perlindungan dari keluarga besarnya, tapi di sini, dia yang berkuasa. "Kau tahu, aku tidak pernah merasa kalau aku meniduri mu. Kau dengar?"

Vanessa manggut-manggut sambil menahan napasnya. "Aku tidak budeg."

"Bagus..." Dagu berbelah Vanessa Rega cubit lalu dia memangkas jarak. "Sekarang, kita sudah resmi menikah bukan?"

Anggukan kepala diberikan Vanessa. "Jadi, tunggu apa lagi, kita lakukan seperti saat kita mabuk di hotel."

"Apa?" Vanessa terkaget dan dia spontan mendorong dada beton suaminya. "A-apa maksud, Om?" gagapnya. Suwer, ini tidak seperti yang dia inginkan sesungguhnya.

"Reka adegan. Aku mau reka adegannya. Kemarin aku tidak merasakan apa-apa. Dan saat ini, aku mau kau beritahu aku, apa saja yang kita lakukan malam itu, secara lengkap, tanpa ada yang diskip."

Vanessa meneguk ludahnya. Dan gestur itu cukup aneh menurut Rega. "Kenapa gugup? Kau bilang kita saling mencintai. Kita sudah pernah melakukannya bukan? Kenapa wajah mu pucat begitu?"

"Tuhan. Mana ide yang biasanya kau kirim ke otak encer ku!" Vanessa membatin. Tidak mungkin dia me-reka adegan yang bahkan dirinya sendiri tak berani melakukannya.

"Ayok Baby... Kita akan mulai dari mana dulu? Dari sofa, ranjang, atau ayunan?" Rega mundur sambil melepas kemejanya sedang Vanessa mematung dengan ketakutan penuh.

Terpopuler

Comments

Dyah Saja

Dyah Saja

halahhh mbelgedes ... nganti punya snow ssmaaa sky aelo

2024-03-28

1

Athallah Linggar

Athallah Linggar

kamu bkin rencana ko jgka pendek sih nes,dasaar bocilll

2024-01-07

1

jumirah slavina

jumirah slavina

lg mandeg Nes..
terkam diaaaa...
🤣🤣🤣🤣🤣🤣

2024-01-06

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!