HOP EMPAT

Satu Minggu sudah Vanessa memberengut di meja makan apartemen milik Hilda. Malaysia negara yang kini dinaungi sang ibunda.

Sudah banyak absen sekolah, nyatanya sampai seminggu pun ibunya belum punya waktu untuk menemui dirinya. Sibuk sibuk dan selalunya sibuk alasannya.

"Kok nggak dimakan Non?"

Nimas asisten rumah tangga Hilda yang sudah setia dari tahun ke tahun. Selama satu Minggu ini Nimas yang mengurus Vanessa, jujur dia iba pada gadis yang terabaikan itu.

"Mau Bibi suapi?"

"Anes mau ketemu Mama." Ucapan Vanessa seolah terkabul, tampak ibunya pulang dan menaiki anak tangga dengan langkah tergesa.

Pakaian ala wanita karir yang dikenakan Hilda. Dan ibunya masih sangat teramat cantik untuk ukuran ibu-ibu 35 tahun.

Hilda...

"Ma!" Vanessa tersenyum serta mengejar wanita cantik itu.

Hilda menoleh dengan kerutan tipis di keningnya. "Kamu belum pulang?"

Vanessa mengernyit tak percaya. "Anes ke sini mau ketemu Mama, satu Minggu Anes nunggu Mama pulang! Dan jawaban Mama seperti ini?" protesnya.

Vanessa tak pernah berekspektasi lebih, cukup di temui saja. Tapi jawaban Hilda seperti tak peduli ada atau tidak ada dirinya.

"Kamu kan tahu sendiri, Nes. Mama sibuk sama kerjaan. Nanti Mama hubungi kamu lagi setelah kerjaan Mama selesai."

"Kapan?" Vanessa menyela dengan nada yang sudah naik tiga oktaf. "Mama selalu begitu setiap kali Anes datang kan?"

Hilda berhenti langkah dan menatap wajah Vanessa yang tidak sama sekali mirip dengan wajahnya yang cantik. Vanessa lebih mirip orang yang menghancurkannya delapan belas tahun silam.

"Sebenernya Anes ini anak Mama apa bukan sih? Selama ini cuma Papa yang sayang sama Anes!" Anak itu berteriak sebelum turun lagi dari lantai atas dengan berlari.

Hilda terdiam tak tahu harus berbuat apa untuk anak itu. Jujur saja, setiap melihat wajah Vanessa, ingatannya selalu kembali pada wajah pria culun yang memper kosa dirinya.

Vanessa yang kesal, segera mengemasi koper pink miliknya. Dia pergi dari rumah itu tanpa sedikit pun menoleh pada wajah sang ibu yang masih bergeming di lantai atas.

Lewat lift Vanessa turun ke lantai bawah, dan dia harus kembali dipertemukan dengan Om Om yang satu Minggu lalu mengejarnya.

"Kau!" Rega tampak terkejut akan keberadaan gadis itu. Namun, tidak dengan Vanessa yang sudah tahu alurnya; setiap kali Hilda pulang ke apartemen pasti karena Om Om tampan itu.

"Geledah dia!"

Vanessa terdiam menurut saat Sofie menggerayangi tubuhnya. Lalu membuka tas selempang miliknya bahkan dia mau memberitahukan sandi kopernya.

Di sana terdapat ponsel canggih milik Rega, dan Rega yakin isinya masih utuh tanpa tersentuh sedikitpun. Dia mematikan ponsel dari kejauhan dan pastinya anak itu tak tahu cara menyalakannya.

"Sudah kan? Anes mau pulang."

Rega menarik kerah baju Vanessa yang dengan datarnya dia ingin pergi. "Kau tahu, aku masih mau memberi mu pelajaran."

Tak ada ekspresi apa pun selain datar yang Vanessa presentasi kan. Rega tak menyangka anak ini cukup berani menghadapi dirinya dengan cara yang santai.

"Tidak perlu berpura-pura terlalu baik dengan memberi Anes pelajaran. Anes tahu kau bukan ayah yang baik!" Vanessa menarik kopernya begitu saja dengan ucapan yang ngelantur menurut Rega.

"Vanessa!" Rega belum selesai, ditariknya lengan Vanessa untuk dihadapkan padanya.

"Apa lagi? Ponsel sudah, Om tidak mungkin meminta balik pakaian mu yang sudah aku sedekah kan ke Bapak-bapak kemarin kan?"

Rega masih tak percaya, disaat dia selalu memikirkan alasan anak ini membawa lari ponselnya, Vanessa justru sesantai itu.

"Anggap uang dan pakaian Om yang itu, upah ku malam kemarin!"

"Ap..." Rega mendelik gagu. Apa maksud dari upahnya? Dia cukup shock sampai tak berani lagi menghentikan punggung Vanessa yang semakin menjauh.

"Jadi kalian benar-benar sudah bercinta, Bos?" Sofie menganga lebar. Bertahun lamanya dia ikut dengan lelaki itu, memang sering bergonta-ganti pasangan tapi untuk tidur bersama Rega tidak pernah.

"Aaah sudahlah!" Rega menepis dugaan buruk yang tiba-tiba melintas. Tidak mungkin dia tidur bersama anak kecil, tidak mungkin.

"Jadi kalau kau saja tega berselingkuh. Untuk apa kau ke sini, Bos?" tanya Sofie keheranan.

Rega terkekeh sambil berjalan dengan langkah yang tanpa sadar dia gusar. "Kemarin aku hanya khilaf. Aku tidak pernah berniat meniduri gadis bau kencur!"

"Tapi nyatanya?" Sofie menimpali.

"Aku terlalu mabuk mungkin." Rega tak mengingat kejadian malam itu. Jadi apakah cap merah di tubuhnya tanda bahwa gadis itu sudah dia gagahi.

"Bagaimana kalau anak itu hamil?" tanya Antoni yang lalu mengangkat kedua bahunya yang bidang. "Bisa saja kan, Bos?"

Mereka semua terdiam untuk berfikir.

Kriiiiiing...

Keheningan di antara mereka terpecah oleh dering ponsel lain Rega. Sebuah panggilan dari Hilda. "Hmm..." Dia segera mengangkat.

📞 "Jadi menemui ku kan?"

"Aku sudah di apartemen." Rega berjalan memasuki lift diikuti kedua asisten personal nya.

Terpopuler

Comments

Erina Munir

Erina Munir

naahh...loohh...

2024-03-10

1

esti aja

esti aja

🥰🥰

2023-12-21

0

Ety Nadhif

Ety Nadhif

owh brti Vanesa bukan anaknya Arjuna ,,,, pantesan pas Vanesa lahir Hilda meninggalnya karna Vanesa anak hasil pemerkosaan

2023-12-13

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!