Painful

New beginnings are often disguised as painful endings.

- Lao Tzu

.

.

Kami terduduk dengan pikiran masing masing, tak ada yang membuka mulut setelah kepergian Ruby, dengan canggung aku mengeluarkan buku dari tas yang ada di sampingku. Dan ia hanya menatapku acuh tak acuh.

Menghela nafas dengan dalam aku mulai membuka pembicaraan tanpa menatapnya."Aquakun, untuk kencan selanjutnya ayo jalan-jalan ke danau Aishi!" Ucapku dengan ceria untuk menghilangkan kecanggungan ini.

"Siapa yang mau berkencan denganmu?" Tanyanya sinis.

"Inikan agar Ai-san tidak curiga!"Bantahku agar aqua tak salah paham.

Ia berdecih,"Jangan mencari kesempatan dengan nama ibuku, aku tahu kamu yang menginginkannya!"

Aku hanya menunduk lalu memberanikan diri " Siapa gadis itu?" Tanyaku pelan.

"Bukan urusanmu.!" Sahutnya pendek.

"Apa kau sudah punya pacar?"

Ia melihatku dengan tajam."Kalau iya memang kenapa hah?!" Ketusnya padaku.

Aku sedikit terkesiap mendengar jawabannya namun berusaha tenang."Oh begitu ya, maaf jadi selama ini aku mengganggu.."

Ia menyunggingkan sebelah bibirnya."Baguslah kalau kamu sadar."Wajahnya mendekat menatapku lekat lekat."Jadi gimana, kamu mau kan membatalkan perjodohan ini?"Tanyanya dengan suara kemenangan.

Aku mengalihkan pandangan darinya."Walaupun begitu itu urusan Aquakun, Aquakun yang harus menyelesaikannya sendiri."Kataku sedikit gemetar."Lagi pula harusnya Aquakun menjelaskan ini pada Ai-san." Tambahku sembari menelan ludah yang serat.

Tak disangka ia menggebrak meja kecil di tengah kami membuatku terkejut setengah mati, sifatnya yang diluar kendali membuatku mundur tangannya menangkup wajahku."Apa kau tidak mengerti juga?" tanyanya pelan namun tajam."Apa kau tahu semenjak kau datang semuanya jadi kacau..." Lanjutnya.

Aku hanya menatapnya nanar dengan bibir gemetar."Apa yang kau lakukan?" Aku berusaha menyingkirkan tangannya namu sedetik kemudian sebelah tangannya langsung mencengkeramku.

"Bukannya ini yang kau mau? Berduaan dengaku, bermesraan dengaku? Aku akan melakukannya.!" Ujarnya dengan lantang.

"Apa yang kau bicarakan? Lepaskan."Aku berusaha menghindar dari perlakuan Aquakun.

"Kau yang merencanakan belajar bareng ini kan? Supaya bisa kerumahku? Supaya bisa masuk ke kamarku? Sok kenal sok dekat dengan keluarga," Tuduhnya tanpa henti.

"Tidak." Bantahku dengan cepat.

"Alah jangan menyangkalnya Akane, jangan sok jadi gadis polos." Ia makin memepetku ke sisi ranjang dengan kasar menarikku ke atas ranjang membuatku terkapar.

Aquakun seperti kesetanan, entah ada apa dengan dirinya membuat diriku sangat ketakutan tanpa berlama-lama ia langsung mendekat berusaha menindihku dan aku berusaha berontak.

"Hentikan, Hentikan Aquakun." Jeritku, namun sepertinya ruangan ini kedap suara, jadi orang diluar tak akan mendengarnya.

Ia semakin menjadi dan malah merobek kemeja bagian atasku dengan paksa sehingga sepertinya kancingnya lepas dan memperlihatkan bahuku. Detik itu juga aku langsung menamparnya dengan keras serta mendorongnya menjauh.

Nafasku berburu cepat , aku melihatnya mematung tapi aku tak memperdulikannya dan langsung merapikan kemejaku membawa tasku lalu berlari begitu saja. Aku turun dari tangga dengan cepat tangisanku ingin segera meledak namun aku menahannya saat sudah di depan pintu aku mendengar Ruby memanggilku tapi aku mengabaikannya dan buru buru keluar dari Rumah ini.

Aku terus berlari tanpa henti setelah cukup jauh aku berhenti di sebuah pohon, untuk mengatur nafasku, Kakiku yang sudah lemas langsung ambruk saat itu juga. Ada yang menikam hatiku aku menangis dengan kencang disitu.

Kejadian yang cepat berlalu begitu saja, mengaliri memoriku. Sakit, Sakit,Sakit, aku merasakan rasa sakit, sesak takut,, bagaimana aku melupakan kejadian ini.

Setiap hari aku berusaha melakukan yang terbaik, aku terus mencoba lagi dan lagi. Aku berusaha mengubah diriku tapi masih belum cukup, kamu masih membenciku, apa yang harus aku lakukan?

Sikapnya tadi benar benar diluar kendali.

Papa mama, aku ingin mengabulkan mimpi kalian namun sepertinya tidak bisa, maafkan aku.

Tapi jika Aqua minta maaf tentang tadi, mungkin aku bisa memaafkannya. Namun jika tidak aku tidak tahu harus bersikap seperti apa.

Aku barusaha mengehentikan tangisanku dengan sesegukan yang tak menghilang. Mengusap usap mataku yang sembab dan mulai melangkah kembali.

Aku bisa membuatnya luluh, aku harus bertahan. Aku berusaha menyakinkan diriku sendiri bahwa jalan yang aku ambil adalah benar. Aku akan melupakan kejadian tadi dan bersikap biasa kembali.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!