Maura menatap tiga orang yang duduk dihadapan dirinya saat itu. Bayu Angkasa suaminya, Nyonya Ajeng ibu mertuanya, serta Irene, mantan sahabat baiknya.
Sejak dirinya tau, kalau perempuan berkulit seputih susu dengan bodi bak gitar spanyol, serta wajah sendu, yang sempat membuatnya dulu empati itu ternyata seekor ular karena tega merebut suaminya, bahkan sampai hamil. Hal yang sampai detik ini belum bisa dirasakannya.
Maura menganggap, perempuan itu sebagai mantan sahabat untuk selamanya. Bukan sahabat selamanya, seperti judul sebuah lagu yang sering didengarnya bersama perempuan bernama Irene itu, karena dia naif.
"Cepat tanda tangani!" perintah Ajeng Angkasa, Ibu mertuanya pada Maura. Karena dari tadi Bayu Angkasa belum berhasil mendapatkan tanda tangan dari perempuan yang berstatus istri putranya itu, sampai dirinya dan Irene datang kerumah mereka.
Maura masih tidak bergeming, meski sudah mendapat ultimatum dari sang Ibu mertua saat itu.
"Maura! Cepat! Kenapa kau jual mahal sekali hanya untuk menandatangani surat cerai kita ini.Apa kau masih berpikir aku akan berubah pikiran melakukanya kalau kau bersikap seperti sekarang," geram sang suami karena mulai kehilangan kesabarannya menghadapi perempuan yang masih berstatus istri saat itu.
"Aku .."
" Maura maaf, sekarang kamu pasti merasa sangat marah juga benci padaku. Sejujurnya, aku tidak pernah berniat melakukan semua ini padamu, karena kamu adalah sahabatku. Tapi, semuanya terjadi begitu saja tanpa bisa kami kontrol. Aku memang pernah bilang pada Mas Bayu kalau aku tidak ingin dimadu lagi, karena pengalamanku di masalalu dengan mantan suamiku. Tapi kalau dengan menjadi madumu kamu bisa memaafkan kesalahanku, aku ikhlas Maura.
Jadi tolong Mas dan Ibu, berhenti memaksa Maura untuk menandatangani surat cerai ini, biar saja aku hanya jadi istri kedua dari Mas Bayu sekarang."
Maura menatap wajah Irene, mantan sahabatnya itu dengan rasa jijik juga muak. Dia benar benar tidak menyangka perempuan yang selalu terlihat anggun, baik, sopan, penuh kasih, ternyata perempuan yang sangat licik. Ternyata selama ini dia sudah ditipu oleh wajah itu.
Sebelumnya dia masih merasa sangat sedih, juga tidak terima dipaksa bercerai oleh Bayu Angkasa.
Tapi sekarang, begitu duduk berhadapan dengan mereka bertiga dan mendengar semua yang mereka katakan, niat Maura yang sebelumnya masih ingin mencoba mempertahankan rumah tangganya sampai titik darah penghabisan, hilang begitu saja.
Menyisakan rasa marah juga benci yang sangat besar, hingga rasanya dia ingin mencakar, juga mencabik wajah, serta tubuh mereka. Sampai tak berbentuk lagi, tapi tak bisa dilakukannya.
Jadi yang bisa dilakukannya sekarang agar tidak benar benar sampai meluapkan kemarahannya, pada ketiga orang dihadapannya. Adalah segera pergi dari hadapan mereka bertiga, secepatnya.
Maura pikir, percuma juga dia mencoba menahan atau menjaga, sesuatu yang sudah hancur dan dia harus membuangnya.
" Baiklah," jawabnya setelah lama terdiam, yang langsung membuat ketiga orang dihadapannya menjadi saling pandang.
"Apa maksudmu?" tanya Bayu mencoba memastikan makna jawaban sang istri itu.
"Ya..."
" Apa maksudmu dirimu bersedia menerimaku sebagai madumu Maura?" potong Irene yang dijawab gelengan oleh perempuan itu dengan wajah dingin.
"Maura!" bentak Bayu cukup keras karena kembali kesal menghadapi sikap perempuan itu yang seolah sengaja mempermainkan dirinya sekarang.
"Jangan berteriak Mas! Aku belum tuli!" balas perempuan itu mulai ikut tersulut emosi sekarang, melihat dari tadi Bayu selalu bersuara keras padanya.
Hal yang dulu jarang dilakukan pria itu, kecuali mereka bertengkar hebat dan masalah itu juga serius.
Tapi saat ini, entah sudah berapa kali pria itu melakukannya.Membuat Maura merasa semakin yakin dengan keputusannya sekarang.
"Hah! Kamu sudah berani membantahku sekarang!! Apa kau lupa aku ini masih suamimu sampai .."
" Aku setuju tanda tangan sekarang!" potong perempuan itu, lalu segera mengambil kertas juga pulpen yang ada diatas meja dan langsung membubuhkan tandatangannya pada surat cerai mereka.
" Sudah bukan dan itu artinya, mulai sekarang aku bukan lagi istrimu juga menantu ibumu Mas" ucap Maura dingin.
" Baguslah, akhirnya semua beres juga. Jadi Bayu, suruh pembantu kalian untuk membantu Maura membereskan semua barangnya, supaya dia bisa secepatnya keluar dari rumah ini, karena sekarang dia bukan lagi nyonya rumah disini," perintah Nyonya Ajeng dingin.
Bayu Angkasa masih tidak bergeming dari tempatnya, kali ini dia yang terlihat syok waktu melihat tanda tangan yang dibubuhkan Maura disurat cerai mereka. Sampai sentuhan tangan Irene dipundaknya menyadarkannya dari perasaannya barusan.
" Mas," panggil Perempuan cantik itu masih dengan ekspresi wajah muram, seolah ikut terluka karena apa yang terjadi pada rumah tangga Bayu juga Maura.
Maura bisa melihat bagaimana ekspresi Bayu, mantan suaminya itu sekarang. Terlihat jelas kalau pria itu syok dan sepertinya tidak percaya, kalau dia akan mau menandatangani surat cerai mereka. Karena sebelumnya dirinya terlihat sangat tidak ingin melakukannya.
Maura menghela nafas, bukannya iba atau simpatik dengan sikap dua orang yang terlihat seperti sedang akting drama dihadapannya sekarang.Dia malah merasa sebaliknya, benci dan muak.
Bahkan perasaan sayang juga cinta yang beberapa jam lalu masih dirasakannya, sekarang hilang tak berbekas, karena sikap yang ditunjukan oleh mereka, pada dirinya.
" Nggak perlu nyuruh Mas Bayu memerintahkan Bibik, Ma.Biar aku saja, karena aku juga ingin secepatnya bisa keluar dari rumah ini," cegah Maura lalu berniat beranjak pergi dari hadapan mereka semua, tapi langkahnya tertahan begitu mendengar suara Irene, memanggilnya.
" Maura tunggu! Kamu tidak perlu buru buru, toh setelah menikah nanti, kami juga nggak akan tinggal disini, jadi..."
Seketika Maura berbalik kembali menghadap kearah mereka bertiga, tapi kali ini tatapannya terlihat sangat sinis terutama pada Irene yang. Masih terus memasang wajah sendu yang sama seperti waktu pertama kali melangkah masuk kerumah yang semula rumah dirinya dan Bayu.
" Aku tau, karena rumah ini , beserta mobil, serta deposite tabungan selama kami menikah.Itu menjadi harta gono gini yang harus kami bagi rata.Alasan aku ingin segera keluar dari sini, adalah supaya pihak pengacaraku. Bisa segera menyelesaikan pembagian itu."
" Maura!" bentak Bayu lagi.
Dirinya cukup terkejut, juga tidak menyangka, perempuan yang sejam lalu masih menjadi istrinya itu, sekarang sudah memikirkan tentang harta Gono gini, mereka.
Mendengar mantan suaminya memanggilnya dengan nada keras, Maura hanya membalasnya dingin, tidak perduli. Dan melanjutkan lagi perkataannya untuk Irene, mantan sahabatnya itu.
"Oh iya, selain itu, sebelum aku pergi dari sini aku ingin tekankan padamu, Irene.Bahwa mulai sekarang dan seterusnya, andai dirimu bertemu denganku, baik secara sengaja atau tidak. Jangan pernah menegurku, anggap saja kita tidak pernah saling mengenal sebelumnya. Karena perlu kau tau Ren, pernah berkenalan juga menjadi teman dekatmu.Adalah hal yang paling aku sesali, dalam hidupku."
Setelah mengatakan semua itu, Maura berlalu pergi meninggalkan ketiga orang yang sudah menghancurkan hidupnya, untuk membereskan barang yang akan dibawanya keluar, saat itu.Dari rumah yang sudah ditempatinya, selama hampir 5 tahun sejak dirinya menikah dengan Bayu Angkasa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Lina Suwanti
musang berbulu domba.....
2024-03-06
0
Brayen
semaggattt mauraaa 💪,
sahabat kurang ajar
2024-03-05
0
Lily Miu
katanya pengalaman di masa lalu tp dia jg melakukan hal sama ke sahabatnya
2024-02-05
3