Pagi ini, Kanaya bangun lebih pagi dan semangat sekali. Karena hari ini ujian terakhir Kanaya. Membuatnya merasa sedikit lega. Hari ini terakhir dia bergelut dengan buku-buku pelajaran. Dia berharap hasilnya sangat memuaskan. Hingga dia bisa masuk ke SMA favorit yang sudah menjadi impiannya.
"Pagi se-semua..." sapa Kanaya sedikit kikuk.
Karena disana sudah ada Dirga juga. Yang kebetulan pagi ini kerumah. Sekedar mengantar buku sang kakak. Dan diajak sarapan sekalian oleh ibu Anita.
"Tuan putri... Tumben sekali giat..." olok Arga.
"Kebiasaan kamu Ga, kalau nggak usilin adik kamu. Bibir kamu gatal ya..." omel bu Anita.
Dirga tersenyum melihat sahabatnya yang menciut oleh omelan maminya. Dirga sekilas menatap Kanaya yang tersenyum penuh kemenangan. Karena ada yang membelanya. Tidak sadarkah Dirga, jika sedari tadi Kanaya mencuri pandang ke arahnya.
"Mami ini, selalu bela gadis kecil.... Ups, sorry..." celoteh Arga.
"Kak Arga mah emang nggak ada rem mulutnya, dasar nyebelin..." ketus Kanaya.
"Udah-udah, kalian nggak malu apa sama Dirga? Dia pasti pusing melihat tingkah kalian. Hari ini mami harus ke butik mungkin lembur. Jadi kamu jangan lupa jemput adik mu. Papi mungkin lusa baru pulang." jelas mami Anita.
Mereka pun sarapan tanpa ada kata yang terucap lagi. Diperjalanan menuju sekolah, kanaya terlihat diam. Tanpa ada kata-kata yang terucap darinya. Biasanya dia selalu cerewet kalau hanya dengan Arga saja. Tapi kali ini ada Dirga jadi Kanaya sok jaim. Masih anak bau kencur yang belum paham soal cinta.
"Adik mu pendiem ya Ga?" tanya Dirga.
"Pendiam?? Dia sok jaim depan lo... Aslinya anaknya rame dia. Ya nggak neng?" goda Arga.
"Lo mah godain terus. Lagi moodyan kali..." bela Dirga.
Kanaya yang merasa diperhatika oleh Dirga hatinya berbunga-bunga. Padahal maksud Dirga biasa saja. Tidak ada maksud lebih dari pembelaan Dirga. Kanaya fokus dengan hand phone nya. Dia sedang menghubungi sahabatnya Dinda. Sampai didepan gerbang sekolah. Dinda sudah menunggu Kanaya. Mengembangkan senyum semangatnya.
"Makasi kak, kalau nggak bisa jemput nggak papa. Aku pulang naik bus seperti biasa." kata Kanaya sembari pergi.
"Siap tuan putri." jawab Arga.
Dinda dan Kanaya bergandengan tangan masuk menuju ruang ujian. Ini ujian terakhir untuk mereka. Kanaya sangat bersemangat. Dia ingin masuk SMA favoritnya. Ujian telah usai. Kanaya dan Dinda menunggu bus dihalte. Tak lama bus sudah datang. Mereka naik ke dalam bus, hanya satu kursi yang masih kosong. Kanaya mengalah memberikan kursi itu kepada Dinda.
Dinda tersenyum penuh bangga kepada sahabatnya itu. Kanaya berpegangan kepegangan gantung. Tapi tangannya tidak sampai.
"Pegang ke lengan ku saja." tawar seseorang.
Kanaya memalingkan ke arah sumber suara. Dan dia tersentak kaget, karena bus yang berjalan tiba-tiba mengerem mendadak. Sehingga pemuda yang menawarkan lengannya tadi menangkap tubuh Kanaya agar tidak terjatuh.
"Terima kasih kak Dirga." ucap Kanaya tersipu malu.
"Pegang lengan ku, nanti jatuh lagi lo." kata Dirga sembari membawa tangan Kanaya memegang lengannya.
Seperti ini saja, dia sudah dag dig dug jantungnya. Sedangkan Dinda tersenyum melihat Kanaya yang memerah pipinya. Dinda tahu Kanaya mengagumi sahabat kakaknya itu.
"Kiri pak, Nay... Aku duluan ya." pamit Dinda.
"Loh mau kemana Din? Kitakan satu komplek." bingung Kanaya.
"Suruh nyusul mama aku." seru Dinda.
Dinda sudah turun dan pergi menghilang. Tinggalah Dirga dan Kanaya. Kanaya pun melepas pegangannya ke lengan Dirga. Dia terus duduk di tempat duduk bekas Dinda. Dirga masih saja memperhatikan Kanaya. Merasa Kanaya anak yang lucu dan manis. Sampai di halte komplek Kanaya. Kanaya turun dari bus, masih diikuti oleh Dirga.
Namun Kanaya hanya diam tidak berani bertanya. Sampai Dirga menepuk pundak Kanaya. Dan Kanaya pun terhenyak kaget.
"Ha... Ada apa kak?" kaget Kanaya.
"Diem aja, cerita-cerita kek. Apa kamu nggak penasaran aku ngikutin kamu?" tanya Dirga.
"Hmmm... Enggak, mungkin kak Dirga ada perlu ke sini." jawab Kanaya asal.
"Bukan kali Nay... Aku emang sengaja turun disini. Mau mastiin kamu sampai rumah dengan selamat." ucap Dirga.
Kanaya menoleh sekilas kearah Dirga. Tapi tak menjawab perkataan Dirga. Apa maksudnya perhatian ini. Tanya Kanaya dalam hatinya. Merasa sangat diperhatikan dan dilindungi. Bahkan kakaknya sendiri malah acuh dengan keselamatan adiknya.
"Disuruh Arga, karena dia ada mata kuliah tambahan." jelas Dirga.
"Oh, kak Arga. Emb, udah sampai kak. Makasi ya udah diantar sampai rumah. Assalamualaikum." salam Kanaya.
"Walaikumsalam gadis kecil." jawab dan goda Dirga.
Kanaya hanya diam tak menjawab. Dirga tahu pasti Kanaya merasa kesal. Dirga baru pergi ketika Kanaya sudah masuk ke dalam rumah. Dia tersenyum melihat tingkah Kanaya yang aneh. Tidak seperti biasanya ketika dengan Arga. Dia selalu ceria, aktif dan banyak bicara. Dan pasti berontak atau kesal dengan panggilan gadis kecil. Tapi ketika dengan orang lain banyak diam. Dirga pun pergi kembali ke halte dan melanjutkan perjalanan pulang.
"Halo..." jawab Kanaya ketus.
"Walaikumsalam Kanaya." sapa orang diseberang.
"Assalamualaikum kakak ku... Yang ganteng, pinter dan konyol.... Kenapa kak Arga nyuruh kak Dirga ngikutin aku?" kesal Kanaya.
"Pelan-pelan tuan putri, maaf kalau nggak nyaman. Kakak nggak bisa jemput. Mendadak ada kelas tambahan." jelas Arga.
"Ya udah, aku tutup telepon nya."
Kanaya mengakhiri sambungan teleponnya dengan sang Kakak. Dia pun ganti baju dan menuju meja makan. Karena perutnya merasa sangat lapar. Sedikit banyak seperti itu, Kanaya dan Dirga dekat. Sampai Kanaya menyimpan rasa sukanya kepada Dirga. Yang entah, Dirga menyambutnya atau tidak. Tapi yang pasti Kanaya menyukai Dirga. Menyimpannya rapat-rapat didalam hatinya.
Sedikit banyak ini flash back kisah cinta dimasa lalu Kanaya. Yang rasanya masih tersimpan rapi didalam hatinya. Hingga mereka bertemu kembali ditempat kuliah yang sama. hanya saja beda angkatan dan jurusan. Tapi masih sering bertemu. Inilah awal mula cinta dari masa lalu. Tumbuh kembali mewarnai hidup Kanaya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments