saat ini Hena sedang sibuk mengecek catatan yang harus besok di serahkan kepada pak Mahen, saking fokusnya Hena sampai gak denger ada yang mengetuk pintu ruangan nya yang terbuka sedikit
"Hei" sapanya pada Hena
"sorry gue lancang langsung masuk, pintunya udah gue ketuk Lo nya gak nyadar-nyadar" sebelum Hena menjawab udah di sela dulu
"eh sorry, aku sangking fokus nya Sampek gak tau kamu disini" sapa ramah Hena
"eh Lo gue aja, aku kamu malah canggung nanti terus ada yang marah lagi" kalimat terakhir Jesen pelankan
"oh oke, kalau gitu Lo ngapain ada disini, jenguk keluarga Lo ?"
"iya nih, adek gue kayaknya Lo tau sih dia di ruangan sebelah Lo" jelas Jesen sambil duduk di kursi yang kosong disana
"oh maksud Lo Sasa ya, baru aja gue dari ruangan itu, dan ternyata itu adek Lo" kaget Hena ternyata dunia sempit banget
belum tau aja kalau pak Mahen ternyata sahabat Jesen makin lah sempit tu dunia Hena hahaha
"iya nih, btw gue boleh tau tentang sahabat Lo yang kemaren ketemu di alpamart gak ?" tanya ragu-ragu Jesen
"weehhh Lo suka sama bestie gue" selidik Hena dengan kekehan kecil
"hehehe baru tertarik sih Hen, bantuin gue please pdkt sama doi" mohon Jesen sambil memasang muka melas
"wett tinggu dulu nih, Lo serius gak sama Naina kalau cuman main-main gue gak akan bantu"
"serius gue, sueeerr baru kali ini gue suka banget sama cewek pandangan pertama"
"dih nih nih kata-kat buaya" pancing Hena
"percaya deh sama gue, kalau Sampek gue nyakitin sahabat Lo , Lo boleh deh tonjok gue" bujuk Jesen
akhirnya dengan keseriusan Jesen, Hena pun mau membantu pdkt mereka
" oke gue percaya, tapi awas Lo sakiti bestie gue, bukan hanya gue yang maju bokap gue juga bakalan gue ajak" jawab Hena dengan muka serius
Jesen yang mendengar itu bergidik ngeri dan cepat cepat menganggukkan kepala
"jadi Naina itu anak pertama, dia punya adek cowok masih kelas 2 SMA, Naina juga kuliah di fakultas yang sama kayak gue tapi dia ambil jurursan seni, dia dari dulu cita-cinta nya pingin jadi aktris" jeda sebentar setelah Hena meneguk minuman yang ada di depannya kebetulan tadi dia membuat coffe , Hena pun melanjutkan
"tapi Lo jangan deketin dia ugal ugalan, karena Naina masih punya trauma sama masa lalunya, untuk trauma itu Lo tanya ke dia sendiri kalau kalian udah deket" Jesen pun hanya menganggukan kepala
"hmm oke gue bakal inget-inget apa kata Lo, tapi kalau boleh nih ya gue mau minta no nya dong" minta Jesen
"sorry nih gue kalau itu gak bisa bantu, soalnya no kan privasi kan ya, kalah Lo cowok ya harus usaha" ucap Hena "dan semangat berjuang buat bestie ku semoga kalian jodoh" tambahnya
"oke deh karena gue lakik gue akan berjuang buat ayang bebeb" semangat Jesen
"idih belum pacaran udah ayang ayangan Lo" julid Hene
"ye kan calon pacar hehehe, kalau Naina mau sih, tapi harus mau sih hahaha karena gue ganteng calon aktor terkenal lagi"
"wait Lo apa ? calon aktor terkenal ? maksudnya?" bingung Hena
"oh itu sebenarnya gue lagi ikut-ikut casting kemaren-kemaren dan akhirnya gue lolos, dan itu film gue rasa bakal melejit sih ya pasti gue ikut terkenal kan nya karena salah satu cast nya" jelas Jesen
"wih bagus tuh Lo bisa coba deketin Naina pakek cara itu, bahas aja tentang akting, Naina pasti tertarik dengan topik itu"
"wah ide bagus tuh gak salah si Mahen jadiin Lo doi gak salah pilih" kekeh Jesen
"hah ? siapa maksud Lo ?" Hena mencoba bertanya kembali karena dia seperti mendengar Jesen menyebut nama Mahen
"oh gak gak gue cabut dulu ya, takutnya nyokap gue nyariin" pamit Jesen karena takut mulutnya keceplosan lagi
"oh iya" jawab Hena kikuk
sekeluarnya Jesen dari ruangan Hena, Hena terus memikirkan kata-kata terakhir Jesen tadi
"apa bener tadi Jesen bilang Mahen, tapi masak Pak Mahen itu sih ah mungkin Mahen yang lain, Hena inget nama Mahen gak mungkin cuman satu aja" monolog Hena
...
keesokan harinya, Hena membereskan barang-barang yang akan di serahkan kepada pak Mahen nanti
"eh kak Hena, Lo langsung mau ketemu pembimbing sekarang" sapa Caca pada Hena
karena Caca 2 tahun di bawahnya, maka nya Caca memanggil Hena dengan sebutan Kak padahal Hena selalu menyuruh Caca untuk memanggil nama aja
"eh iya Ca, gue mau langsung nemuin pak Mahen ke fakultas teknik" Caca bingung kenapa jadi kak Mahen yang akan di temui Hena
fyi Mahen masih ada saudara dengan Caca, lebih ke sepupu sih karena ternyata jalur mama nya masih ada saudara dengan papa nya Mahen, mereka ketemu pas pertemuan keluarga besar pas tahun baru
"loh bukannya pak Jeferi ya kak dombing mu"
"pak Mahen cuman sementara sih Ca, pak Jeferi lagi keluar kota 3 bulan, jadi di ganti pak Mahen sebentar" jelas Hena
" kalau gitu gue cabut dulu ya Ca, titip RS jangan Sampek kemalingan" canda Hena sebelum meninggalkan ruangan
"ye emang Caca satpam apa" terdengar kekeh Hena sampai melewati pintu
"wahh kayaknya cocok nih Kak Mahen sama Kak Hena, pasti gue dukung banget" monolog Caca
...
tok tok tok
permisi
suara ketukan di ruangan pak Mahen, dan muncul lah Hena memasuki ruangan
"permisi pak, saya ingin menyerahkan laporan saya" Hena pun menyerahkan laporannya, dan menaruhnya ke atas meja
"oke silahkan duduk"
Hena pun mendudukkan dirinya di kursi yang tersedia di ruangan dan menunggu dengan gugup
"hmm oke untuk bagian ini kamu lebih di perjelas lagi" pak Mahen menunjukkan apa saja kesalahan pada laporan Hena
"untuk selebihnya cukup bagus"
Hena yang mendengar hanya dikit kesalahan dari laporannya bisa tersenyum lega
"baik pak saya akan perbaiki"
"kalau begitu cukup kamu boleh pergi" perintah Mahen
"baik pak, saya permisi"
Hena pun langsung meninggalkan ruangan, dengan sopan Hena berpamitan pada Mahen
"anjir tu dosen lempeng amat ekpresinya, kasian banget yang bakal jadi istrinya" gerutu Hena sembari berjalan meninggalkan ruangan pak Mahen
karena tak melihat lihat jalan, dan fokus pada gerutunya saja Hena hampir menabrak seseorang
"heh, Lo ya anjir kalah jalan tuh lihat lihat, hampir nabrak gue kan" sembur Naina, ternyata yang hampir di tabrak Hena adalah bestie nya
"heh ye elu sorry deh, gue lagi kepikiran ekspresi dosbing pengganti gue, lempeng amat kayak kanebo kering, gak bisa senyum dikit apa ya datar gitu wajahnya" curhat Hena
"maksud Lo pak Mahen, beliau mah emang gitu, tapi jangan terlalu gitu lah, nanti Lo malah jatuh cinta sama beliau" kekeh Naina melihat bestie nya uring-uringan
"ye amit amit masak gue suka sama orang lempeng kek gitu, udah deh ayok ke perpus gue mau revisi dikit nih laporan"
mereka pun berjalan menuju perpus pusat kampus
"btw Nai, gue mau nanya nih, Lo masih inget gak sama cowok pas kita ke supermarket kemaren" bisik Hena ke Naina karena mereka berada di perpustakaan
"oh maksud Lo cowok itu, siapa sih lupa gue, oh iya Jesen"
"iya itu gimana?" Selak Hena
"hmm gimana apanya nih" bingung Naina, tidak biasanya Hena memikirkan cowok biasanya Hena cuman mikirin Kuliah RS kuliah RS
"Lo tertarik gak sama dia, kayak nya kalau di lihat lihat dia naksir sama Lo deh Nai" pancing Hena
"hahaha ngacok Lo mana mungkin dia suka sama gue, baru aja ketemu satu kali, kesimpulan dari mana itu" kekeh Naina dengan jalan pikiran sahabatnya itu
"yeee biasanya feeling gue tuh gak bakal meleset ya, tunggu aja tanggal mainnya" bangga Hena
"dah terserah Lo deh"
"di bilang gak percaya, tapi kalau beneran gue mohon Lo coba ya buka hati lagi, gue sih berharap Lo bisa jodoh kali ini sama yang ini"
"iyadah terserah Lo" mendengar jawaban acuh Naina, Hena hanya bisa menghela nafas
"batu dah kalau di bilangin"
TBC
byArifa
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
Ryoma Echizen
Menyentuh banget, bikin air mataku meleleh.
2023-07-31
0
Bianca Garcia Torres
Keren banget, author hebat!
2023-07-31
0
Alphonse Elric
Aku rela begadang buat baca cerita ini, wajib banget dicoba!
2023-07-31
0