Bab 18

"Aku ingin kalian segera menemukan pria cabul ini." ucap Joana sambil meletakkan foto Alvaro diatas meja. Memperlihatkan foto tersebut kepada Gleen dan Danu yang sedang duduk bersebrangan dengannya.

Danu dan Gleen pada melongo, karena target yang mereka cari adalah bosnya sendiri. Dulu mereka memanggil Alvaro dengan panggilan bos, karena Alvaro lah yang paling dominan di dalam pekerjaan ini, tapi Alvaro tidak nyaman di panggil bos, dia lebih senang jika mereka memanggilnya Al. Bagi Alvaro, diantara mereka tidak ada istilah bos dan anak buah, melainkan mereka adalah team.

Danu dan Gleen saling berpandangan, bibir mereka mendadak kelu, tidak tahu harus berkata apa kepada calon kliennya itu.

Kemudian Gleen mencoba untuk bicara, dia sangat penasaran mengapa Alvaro bisa disebut si pria cabul oleh Joana. "Kenapa kamu memangilnya pria cabul?"

"Haruskah aku menceritakan secara detail?" Joana nampak keberatan untuk menjawab pertanyaan dari Gleen.

Danu dan Gleen baru ingat dengan cerita Alvaro semalam, Alvaro bilang bahwa kemarin waktu dikejar oleh 40 orang gangster di hotel, dia bersembunyi di kamar seorang gadis yang sangat galak.

Danu dan Gleen yakin pasti gadis yang dimaksud Alvaro adalah Joana. Mungkin karena Alvaro masuk ke kamarnya tanpa permisi, sehingga Joana memanggilnya pria cabul.

Walaupun Joana sangat cantik, tapi mereka tidak mungkin harus menyerahkan Alvaro kepada Joana, walaupun sebenarnya mereka sangat penasaran, apa yang akan dilakukan Joana ketika bertemu dengan Alvaro.

"Tapi kalau boleh saya tahu mengapa kamu ingin mencari pria itu?" kini giliran Danu yang bertanya.

"Karena harus ada yang dipertanggungjawabkan olehnya." jawab Joana dengan nada dingin.

Mungkin maksud Joana bahwa Alvaro harus bertanggungjawab atas kesalahpahaman yang telah terjadi antara Joana dan ayahnya, gara-gara Alvaro masuk ke kamarnya membuat ayahnya mengira bahwa Alvaro adalah kekasihnya. Makanya Joana ingin Alvaro bertanggungjawab menjelaskan kejadian yang sesungguhnya kepada sang ayah.

Wajah Gleen dan Danu nampak memerah, mereka salah mengira dari kata tanggung jawab itu, sehingga mengira Alvaro mendapatkan rezeki nomplok ketika bersembunyi dari kejaran para gangster.

Gleen berbisik kepada Danu. "Apa mungkin kemarin mereka sempat melakukan adu mekanik?"

"Emang Al udah normal? Ingat gak misi kita yang waktu di kota H? Ada cewek dalam keadaan telan-jang di depannya aja dia gak bereaksi apa-apa." Danu malah balik nanya.

Alvaro, detektif tampan itu memang sangat menggoda dan bisa membuat para rahim wanita bergetar, makanya tak heran jika ada seorang wanita nekad ingin menyerahkan tubuhnya kepada Alvaro.

Tetapi Alvaro tidak tertarik lagi dengan semua hal yang berkaitan dengan wanita, dia taj berhasrat lagi. Tapi bukan berarti dia tidak normal, dia hanya ingin mencintai dirinya sendiri.

Gleen baru ingat bahwa Alvaro walaupun tampan dan gagah, tapi pria itu seperti tak berhasrat pada wanita. "Ah iya aku lupa, tapi siapa tahu dia jadi normal lagi kalau berduaan sama cewek secantik itu."

Joana menghela nafas, dia memperhatikan Danu dan Gleen yang sedang saling berbisik, melihat tingkah mereka dan suasana di kantor sana, dia menjadi ragu dengan pekerjaan yang katanya disebut detektif handal itu.

"Jadi bagaimana? Apa kalian mau mengambil pekerjaan dariku?" tanya Joana dengan nada kesal, memperhatikan Gleen dan Danu yang sedang sibuk berdiskusi, mereka malah sibuk saling berbisik, sampai Joana telah menghabiskan secangkir kopi yang telah Gleen suguhkan.

Danu dan Gleen sudah memutuskan untuk tidak mengambil pekerjaan itu, bagaimana ceritanya seorang detektif harus menjadikan dirinya sendiri sebagai target penyelidikan. Mereka berbicara hampir bersamaan, "Maaf mbak, kami tidak..."

"Aku akan membayar kalian satu miliyar." Joana memotong perkataan mereka. Dia menawarkan bayaran yang cukup tinggi kepada Gleen dan Danu.

Joana benar-benar ingin masalahnya cepat selesai, agar ayahnya tak salah paham padanya. Dia memang anak yang susah diatur, tapi bukan berarti dia terjerumus ke pergaulan bebas. Bahkan dengan Dion pun tak pernah berciuman, mereka bertemu hanya untuk saling menghibur, saling berbagi cerita, dan saling perhatian. Mungkin karena mereka sama-sama kurang perhatian dari orang tua.

Keduanya terperangah mendengar nominal uang yang ditawarkan oleh Joana. Sebenarnya mereka tidak perlu bekerja keras, tinggal tunjuk Alvaro saja ketika Alvaro datang ke kantor, pekerjaan mereka langsung beres hanya bermodalkan jari telunjuk. Tapi mereka tak bisa melakukannya, rasa solidaritas mereka sangat tinggi. Uang tidak akan bisa menghancurkan persahabatan mereka.

Danu mencoba menelepon Alvaro agar pria itu tidak datang ke kantor selama ada Joana disini, tapi sayangnya Alvaro tidak merespon panggilan telepon darinya. Mungkin karena Alvaro sedang menyetir mobil menuju kantor.

Sementara Gleen, dia merasa lebih baik menolak pekerjaan dari Joana, "Maafkan kami, rasanya kami tidak bisa mengambil pekerjaan darimu."

Joana tidak terima dengan penolakan dari Gleen. "Lho Kenapa? Bukannya seorang Detektif Al itu sangat hebat, masa hanya mencari identitas si pria cabul saja tidak bisa?"

Terkadang Joana memang terlihat angkuh di depan orang asing ataupun di depan orang yang tidak dia sukai.

Rupanya Alvaro baru tiba disana, dia tak sengaja mendengar percakapan mereka, posisinya sedang berada di belakang Joana. "Kenapa kalian menolak pekerjaan dari klien? Ini kasus pencabulan lho, justru kita harus menangkap dan menghajarnya sampai puas. Boleh aku lihat wajah si pria cabul itu?" tanya Alvaro sambil berjalan ke arah kursi sofa. Dia paling emosi jika menangani kasus tindakan asusila, sehingga dia selalu ingin ikut menghajar tersangka.

Joana yakin suara orang dibelakangnya itu adalah suara Detektif Al, walaupun dia merasa suaranya tak asing, tapi tak dia pikirkan, yang sedang dia pikirkan saat ini adalah mencari identitas si pria cabul, agar Joana bisa bertemu dengannya.

Danu dan Gleen terkejut ketika melihat Alvaro yang baru tiba di sana, mereka memberikan kode kepada Alvaro, tapi sayangnya Joana telah berdiri dan membalikkan badan, untuk memberikan foto si pria cabul kepada Alvaro.

Joana terbelalak ketika melihat pria yang ada dihadapannya, karena dia lah pria yang sedang dicari oleh Joana, sampai foto yang ada di dalam genggamannya terjatuh ke lantai.

Plukk...

Mata Alvaro membulat ketika melihat sebuah foto yang tergeletak di lantai, ternyata pria cabul yang dimaksud Joana adalah dirinya. Tentu saja Alvaro tidak terima disebut pria cabul oleh gadis itu. Justru dialah yang paling merasa dirugikan atas insiden kemarin, karena gadis itu telah menendang sesuatu yang sangat berharga, aset masa depannya.

Terpopuler

Comments

Tuti Tyastuti

Tuti Tyastuti

dirimu yg di blg cabul al🤣🤣🤣🤣😂

2024-03-27

0

Santi Rizal

Santi Rizal

😂😂😂

2024-03-25

0

MATADEWA

MATADEWA

Berabe.....

2024-02-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!